Kamis, 27 September 2012

Perjalanan ke Beijing - 3



Beijing, Senin, 20 Agustus 2012

Last day at Beijing.
Seharusnya kalau kita dapet tiket kereta api ke Harbin, saat ini kita sudah dalam perjalanan menuju ke Temple on Bliss, tapi apa mau dikata no seat – train sudah full book. Banyak orang lokal yang berkunjung ke Harbin.

Bangun pagi hari ini langsung telpon hostel minta extend lagi 1 malam, and ternyata no room available, jadi kita terpaksa kudu pindah.
Langsung, on line ipad and handphone nyari penginapan. Untung koneksi bagus, ga lemot. Rada susah juga sih nyarinya, selain karena kita nyari yang murah, juga nyari yang daerahnya ga jauh dari tempat wisata dan dekat dengan subway station.

Penginapan yang murah, transportasi susah, penginapan yang Ok segalanya, mahal. Budget hostel cuma CNY 250 (secara harga hostel kita CNY 228, tapi normal rate sudah CNY 328). Dengan budget segitu kita ga dapet penginapan, akhirnya budget dinaikkan jadi CNY 300, cari pake Booking.com (my fav web buat book penginapan).

Geser ke kiri, geser ke kanan, akhirnya ketemu Hostel 161 – CNY 359 – no breakfast (ini sudah hostel termurah dengan fasilitas paling bagus), di daerah Hutong. Hutong : Perkampungan kuno – konon perkampungan ini asli seperti jaman dahulu kala- di Beijing. Langsung  kita book, beberes, packing, sarapan mie instant beli dari Beijing Railway Station kemarin. Tinggal diXinmao hostel juga sudah berasa perkampungan kunonya.

Check out, ambil duit deposit CNY 100. Rencana naik subway, tadi sekilas lihat kalo Hostel 161 dekat stasiun subway. Sampai di exit C Zhangzizhonglu subway kita berubah pikiran, naik taxi aja, biar ga repot naik turun subway.
Soalnya subway disini kagak ada elevatornya, kan lumayan angkat koper naik turun tangga.

Ya udah geser ke pinggir jalan raya. Tidak ada bus stop disana.
Ada taxi yang lewat, tapi keduluan orang lain (mungkin orang tu buru buru ke kantor), ada juga taxi yang ga mau berhenti (mungkin takut kalo minta diantar ke Beijing Railway station – disana maacceeettt luas biasa, pas office hour, soalnya keliatan bawa koper).

Disini juga berlaku 2 in 1 (kalo diJakarta 3 in one). Jadi kita dihampiri mobil pribadi ditanya mau kemana, tapi tidak searah. Ada sih cowok cakep, mobil keren yang menghampiri, tapi dia tidak mengerti alamat Hostel 161. Bukan hostelnya yang terletak di jalan kecil, but saya yang kurang lengkap and salah nulis alamatnya... Coba kalo ga, kan lumayan dapet tebengan mobil keren gratis hehehehe.....

Karena ga dapet dapet taxinya, - disini susah kalo mo nyari taxi, soalnya pagi jam 8 lebih, lagi jam jamnya masuk kantor, jadi taxinya susah – so, kita masuk lagi dah ke subway station naik subway ke Hostel 161, and berharap subway tidak rame.

Get off di stasiun Dongsi keluar dari exit C (kalo ga salah inget), langung liat map didepan subway (ada papan map besar), nyari Hostel 161. karena saya salah tulis seharusnya Hostel 161, saya tulis Hostel 16, jadi baca petanya ikutan salah. Dari exit C seharusnya langsung ke arah sebelah kiri, tapi kita ambil jalan sebelah kanan.
Bertanya ke orang orang alamat hostel, arahan benar, sesuai dengan yang saya tulis, tapi berhubung saya salah tulis, jadi yang seharusnya bisa ditempuh 5 menit ke hostel jadi 45 menit.... aigooo....soalnya jalannya muter – jauuhhh.....

Hostel 161, Address :
No. 161 Lishi Hutong, Dongsinandajie, Dongcheng District,
北京市, 城区, 礼士胡同161

Setelah jalan sampe gempor, kehausan, akhirnya sampailah kita di Hostel 161.
Pihak hostel sampe kaget, barusan book 1 jam yang lalu, lha koq udah nongol di depan mereka hehehe…. Disini deposit key lebih mahal CNY 200.

Tampilan hostel cozy. banyak turis bule disini. Hanya sayangnya wifi cuma bisa diakses di cafetaria, sebab wifi masih dalam perbaikan, and tidak ada lift disini. Suasana cafeteria lebih bagus dibandingkan Xinmao Dragon Hostel, interior hostel juga lebih modern.

Untung dapat room dilantai 2, dah gitu ada pegawai yang bisa bantu angkatin koper ke kamar. Kalo di Xinmao hostel kita bawa sendiri. Kasih tips CNY 10, buat bell boy yang bantuin angkat 2 koper.

Interior kamar, perabot, kamar mandi semua lebih bagus dibandingkan dengan Xinmao Hostel (interior lebih modern), tapi fasilitas didalam toilet lebih lengkap di Xinmao Hostel.
Disini hanya disediakan handuk saja, tidak ada sabun, shampoo, sikat gigi, tidak ada sandal kamar mandi juga. Tempat tidur, selimut juga lebih bagus dan bersih. TV sama, bukan TV flat. Tetangga depot mie, tapi ga pernah mampir hehehe….

Oh ya, kalo tidak bisa bahasa mandarin, jangan lupa tanya petunjuk menyalakan AC, soalnya remotenya semua in Chinese (kayaknya semua penginapan disini remotenya pakai bahasa Cina).

Setelah beristirahat, akibat gempor jalan jauh sambil nenteng koper, kita naik subway ke Temple of Heaven.


Oh ya saya mau share pengalaman saya naik MRT di Beijing.
Hari ini waktu saya naik MRT menuju ke Tiantan Subway station, digerbong kereta terdapat sebuah keluarga, papa, mama, anak laki laki 3 orang, paman, bibi. Dan salah satu dari anak mereka keliatan banget kalo lagi ga enak bodi.

Bener aja, sebelum kereta tiba di stasiun Tiantan anak itu muntah muntah. And you know what, yah seperti biasa penumpang yang lain semua menyingkir. Tapi tidak ada satupun penumpang yang membantu keluarga itu.

Jangankan orang lain, keluarga sendiri aja cuek bebek. Cuma si papa aja, sungkan dengan penumpang lain. Karena kasian saya bantu, saya kasih beberapa lembar tisse basah (soalnya papanya pake tangan bersihin muntahan anaknya). Tissue basah itu pertama tama dipakai bersihin lantai kereta, sisanya bersihin anaknya sama tangan papanya. Waktu saya mau turun, saya kasih botol air minum saya ke anak itu, dan beberapa lembar tissue basah lagi, kasian banget soalnya.
And you know what, tidak ada ucapan terima kasih sama sekali, senyumpun tidak. Saya sampe kaget, koq ada yah orang yang kayak gitu. Keluarganya juga keliatan ga peduli....wah... wah.... wah...中國真的希要救求了....

Back to my trip...
Info yang saya dapat dari internet kalo Temple of Heaven ini lebih besar dari Forbidden palace (what???) and lebih kecil dari Summer Palace, padahal tempat yang bisa dikunjungi disini lebih sedikit dibandingkan Summer Palace.

Alamat : 214 Dongsi North Street, Dongcheng

Kami hanya memilih 4 tempat utama yang akan kami kunjungi :
  1. The Hall of Prayer for Good Harvests (祈年殿)
  2. The Imperial Vault of Heaven (皇穹宇)
  3. The Circular Mound Altar (圜丘)
  4. Echo Wall

So kita naik Subway get off di Tiantan Dong Men, take eixt A1. Dari exit berjalan mengikuti orang orang. Seperti tempat wisata yang lain, minim papan petunjuk.
Kami masuk dari East gate, dan rencana get out dari South gate.
Tiket masuk CNY 35.

Pada tiket terdapat tiket masuk ke :
  1. The Hall of Prayer for Good Harvests (祈年殿)
  2. The Imperial Vault of Heaven (皇穹宇)
  3. The Circular Mound Altar (圜丘)

Jadi tiket jangan sampai hilang, karena dimasing masing gate diminta menunjukkan tiket.

Tempat ini luas sekali. Mungkin 75% isi tempat ini adalah taman. Tamannya besaaarrr sekali.
Banyak sekali orang lansia berkumpul disini, merajut, bercerita, latihan menyanyi, main catur cina. Ada satu kakek kakek – walaupun sudah uzur tapi bisa merajut, pakai 2 stick lho, bukan 1 stick.
Keren, biarpun cowok and udah tua, tapi bisa merajut - Salut

Karena kita sudah gempor sebelumnya jadi tambah males rasanya.
Kalo berkunjung ke sini pagi atau sore hari paling bagus, kalo siang panasnya ampun dah.
Kalau lihat di peta, dari pintu masuk menuju ke The Hall of Prayer for Good Harvests (祈年殿) seharusnya tidak jauh. Tapi kenyataannya jauuuhhh sekali.

Sampai di gate Hall of Prayer for Good Harvests, hanya ada 1 building (seperti yang terlihat diinternet or foto orang orang yang berkunjung kesini). Bangunannya tidak besar, hanya saja pelatarannya luas sekali.
Didalam bangunan ada banyak patung, yang saya ingat ada patung sapi.
Interior Hall of Prayer for Good Harvests (祈年殿)
Hari ini saya bawa kamera tapi baterainya masih didalam charger di hostel – lupa ga dikeluarin, so hasil foto hari ini standart.

Mungkin kita disini hanya 15 menit, langsung keluar menuju ke The Imperial Vault of Heaven (皇穹宇).  Jalan menuju ketempat ini hanya luruuusss aja,  tapi jalannya panjaaannnggg.... Kami sempat beristirahat sebentar dibawah pohon, abis jalannya jauh banget and panaassss, jadi haus plus laper, tambah males jalan, mau balik juga ga mungkin, sudah terlanjur jalan jauh.

Sampai digate, kami dimintai karcis, toleh kiri, toleh kanan, mencari Echo wall.
Konon dulu, kata orang yang sudah pernah kesini, kalo di Echo wall bisa mendengar suara orang yang berbisik di tembok. Jadi kalo berdiri ditembok sebelah kiri, berbisik, bisikannya bisa didengar disisi tembok yang lain.

Tapi waktu saya kesana, temboknya dipagari, tidak boleh berdiri dekat tembok. Yah..... batal nyoba Echo wall. Lokasi Echo wall dientrance gate The Imperial Vault of Heaven (皇穹宇).

Bentuk bangunan The Imperial Vault of Heaven (皇穹宇) sama persis dengan Hall of Prayer for G
ood Harvests. Hanya saja pelatarannya tidak luas, dan tidak bertingkat. That’s all.
Hanya 10 menit saja disini trus kita lanjut ke Circular Mound Altar (圜丘).
Mirip seperti bagunan Borobudur (maksudnya bertingkatnya)
Jalan kaki sebentar menuju ke sini. Hanya ada bangunan tangga bertingkat seperti pelataran di Hall of Prayer for Good Harvests, hanya saja tidak ada bangunan diatasnya.  Interiornya melingkar, banyak orang yang berkeliling disana, saya tidak mengerti untuk apa, since I skip it. For me it’s not worth.

Ya udah selesai berfoto sebentar kita langsung cabut.

Mau nyari gate exit susahnya minta ampun. Sama sekali ga ada orang yang bisa ditanyain, Cuma berbekal peta yang sudah saya print saja, untung saja ada papan map ditaman.

Tamannya luas buanget, mau masuk, mau keluar, mau pindah dari satu gedung ke gedung lain, jalannya….alamak, gempor abis…. Saya koq kurang suka sama tempat ini, selain karena bentuk bangunannya sama, didalam juga tidak ada apa apa.

Kios kios yang berjualan juga ga banyak, rata rata kayak warung, jualan snack, merchandise, ada kios foto pake kostum raja disini.
For me, not worth to visit. Kecuali sudah tidak ada tempat yang bisa dikunjungi, ya mainlah ke sini. Kalo ga, Temple of Heaven alternatif terakhir aja.

Finally exit gate terlihat, kami berpapasan dengan orang orang yang baru akan masuk kesini. Paling bagus entrance dari South gate, memang jauh, tapi exitnya nanti gampang.

Keluar dari exit, saya sudah tidak sanggup jalan lagi (ke Subway station), yang ternyata jauuuuhhh banget (dekat pintu masuk), ooohhhh nooo…..mau naik bis, ga tau no berapa, mau naik taxi, semua tidak pake argo, alias main getok harga….
Tanya sama orang yang kebetulan lewat, kagak bisa menjelaskan, cuma bilang kudu jalan sampe keliatan jembatan baru naik bis dari sana (next stop : Pearl Hong Qiao market).

Ya udah naik taxi di jalan aja. Kita berdiri di bus stop nyegat taxi disana. Taxi pertama, keren (mobilnya) sopirnya cewek, begitu tau kita mo ke Pearl Hong Qiao market, kita disuruh turun, karena dia tidak lewat kesana. Dia menuju ke arah yang berbeda.
Aneh ya, mau naik taxi, bayar lho, tapi kudu menyesuaikan dengan supir.

Ya udah, kita nyebrang ke bus stop disebrang. Pengalaman naik taxi disini, jangan mau ngalah, kalo ada taxi berhenti, walaupun penumpang belum turun, sudah kudu stand by dipintu, kalo ga, taxinya bakal disamber orang.
Profesi supir taxi disini sepertinya laku keras ya.....

Tarif taxi di beijing :

Day Time
23.00-05.00

Flang fall (3km)
   10,00
       11,00

After 3 km
     2,00
         2,40
per km
> 15km
     3,00
         3,40
per km
Fuel surchage - if the journey > 3km
     2,00
         2,00


Naik taxi dari temple of Heaven ke Pearl Hong Qiao market CNY 11.

Pearl Hong Qiao Market.
红桥珍珠市 (hóng qiáo zhēn zhū shì chǎng)
Address : 北京市城区天9
Opens from 09:30 to 19:00.

Tempatnya menurut saya tidak besar. Hanya ada 4 floor saja. Tujuan pertama lunch.
Masuk ke Mc Donald. Mau oder juga tidak gampang, since all menu in chinese, jadi tunjuk gambar aja.
Rata rata makanan disini kategory junk food.

Mau makan (sudah jam 2 siang) susah nyari duduknya, full. Karena banyak anak sekolah yang main kesini. Ada yang pacaran. Yang turis ada orang India and Jepang, plus kita.

Selesai isi tenaga, baru kita keliling. Disini kita beli tas tangan CNY 50/biji, beli 3 and Jaket CNY 50. Yang menurut info penjual yang lain terlalu murah, menurut saya ya memang segitulah harganya (mungkin seharusnya bisa lebih murah).
Belanja disini nawar setega teganya minta potongan sampe 80 %, kalo bisa 90% lebih bagus. Soalnya barangnya ga ada mutunya sama sekali.

Di sini saya ga pengen belanja sama sekali. Barang barang sama kayak di Indo (maklum di Indo banyak barang made in China), malahan kalo beli di Indo bisa lebih murah kali (soalnya kita dikasih harga turis disini). Pengunjung juga tidak begitu banyak.
Menurut saya lebih bagusan Mangga dua pasar pagi.

Masa baju kain tipis, jahitan ga karuan, cuma modelnya aja keren – Shanghai look, buka harga sampe CNY 280. Untung ga pengen beli, begitu saya berlalu harga dituruni penjual sampe CNY 25 (padahal saya ga nawar sama sekali). Gila ga, jadi ga pengen beli barang sama sekali disini.
Padahal di Indo, banyak tuh kaos yang harganya cuma sepuluh rebu. Disini harga kaos CNY 100, jadi males dah nawarnya.

Disini jual baju, tas, dompet, sandal, sepatu,  semua modelnya standard. Beda banget sama kalo di Bangkok, begitu masuk ke tempat belanja, dah laper mata, pengen blanja blanji.

Lantai paling atas jual mutiara, tapi ga tau kualitasnya, asli or palsu.
Saya jadi ga percaya sama kualitas barang yang dijual, walaupun barang butik or counter keren (pengalaman hari pertama waktu beli gelang giok di pabrik giok). Bisa aja counter keren tapi yang dijual barang kualitas jelek.

Kata temen yang sekul di sini, beli barang disini, ada harga ada rupa, jadi ga murah murah amat. Mending duitnya buat yang laen aja kali yah....

Jam 4 sore, kita cabut naik subway menuju ke Yonghegong (Lama Temple). Yang menurut info diinternet, tempat ini bagus, dan banyak orang yang rekomen. Apakah seperti itu? Let me continue...

Get off dari Yonghegong subway, interiornya sudah berbeda. Disubway yang lain ga ada pilar merah, disini tembok pilarnya semua dicat warna merah. Sudah terasa nuansa kelentengnya. Saya lupa exit berapa, sepertinya mudah cari aja tulisan Yonghegong

Disepanjang jalan menuju ke Lama temple banyak toko yang berjualan peralatan sembahyang. Dikiri maupun kanan jalan. Disepanjang jalan ini, temboknya dicat warna merah, dan ini pertama kalinya saya lihat pengemis di Beijing. Biasanya didaerah temple banyak pengemis.

Lama Temple
雍和宮Yōnghégōng
Address: 12 Yonghegong Dajie, Dongcheng, Beijing
北京市城区雍和大街12
Tiket masuk CNY 25

Ditiketnya pake barcode, jadi tiket masukknya discan and ada mini CD didalamnya. Setelah pulang saya lihat, isinya tentang temple dan biksu (saya tidak mengerti isi pembicaraannya) cuma liat gambar doang.

Menuju Yonghegong dari pelataran parkir melewati taman, bagus, rapi, terawat. Seperti tempat lainnya tidak ada map, jadi tidak tau lokasi. And saya tidak  print peta temple ini.

So jalan sesuka hati aja. Masuk kedalam ada temple didepan, saya kurang tau temple untuk dewa apa, kalo ga salah dewi kwan Im (sudah lupa, maklum nulis blognya sebulan kemudian). Dibelakang temple itu ada prasasti (ga tau apa itu), cuma banyak orang lempar uang koin disana (khususnya turis bule, orang latin), koin yang dilempar kalo bisa nyangkut diprasasti itu bagus, semakin tinggi – maksudnya diatas, semakin bagus. Mungkin bisa hoki gitu kali yah. Disampingnya ada lonceng kuno item yang gueede.
Banyak orang bersembahyang ditemple depan, kebanyakan orang Cina.

Berjalan masuk kedalam, ternyata didalam ada temple lagi. Yonghegong, temple yang banyak bangunan didalamnya. Seperti di Sleeping Budha (Bangkok), jadi masuk di kawasan temple, didalamnnya banyak temple untuk menyembahyangi arahat. Hanya saja style bangunannya ala China, dan sepertinya Budha aliran Tibet karena huruf  papan nama templenya pakai huruf Tibet, bukan aksara mandarin. Juga bangunannya tidak seluas Sleeping Budha (Wat Pho) di Bangkok.

Terlihat 2 orang biksu melintas, mereka menuju ke belakang temple, jadi saya ikuti saja. Dibelakang ternyata, sepertinya bangunan induk, ada temple yang besar dan bangunannya bagus. Dan anak naga diatas atapnya berjumlah 9 ekor. Jadi pasti temple yang satu ini bukan temple biasa.
Patung Budha Maitreya. Ambil dari Mbah Google, soalnya kamera ga support, tempat gelap - kurang cahaya.

Ditembok luar tertulis, didalam ada rupang Budha Maitreya, tinggi dan besar (saya lupa ukurannya), yang tertulis disana bahwa Budha Maitreya adalah Budha akhir jaman. Temple ini tercatat di Guiness book record of the world.

Nice place, not crowded, sore hari duduk duduk disini juga bagus, tenang. Tapi tidak setenang temple yang saya kunjungi di Sunmoonlake – Taichung, Taiwan (disana lalat terbangpun terdengar). Tempat paling sunyi sepanjang saya mengunjungi Beijing.


So kesimpulannya, temple ini layak dikunjungi. Berkeliling disini 1 – 1,5 jam cukup.
And toiletnya juga lumayan bersih (lumayan, tidak begitu bau).

Keluar dari temple, (karena sudah tutup) langsung mencari makan. Saya menuju ke Fairy Su (Depot vege).

Fairy Su Vegetarian Restaurant (素精灵)
Location:
No.30, Yonghegong Street, Dongcheng District

Untuk harga makanan, terjangkau, taste good. Seperti biasa di Cina masakannya berminyak, yang mahal minuman. Harga jus disini per gelasnya CNY 18.
Tempat cozy, seperti restaurant berbintang.

Setelah makan kita lanjut menuju ke Yaxiu, pusat perbelanjaan di Beijing, yang lebih besar dari Pearl Hongqiao Market.

Yaxiu Market
三里屯雅秀市 
Address: Gongti Beilu 58, Chaoyang District
朝阳区工体北路58

Dari Yonghegong kami naik subway exchange di Dongdan ke stasiun Guomao, dan disambung naik bajaj (saya tidak tau apa istilah kendaraan ini di Cina) menuju kesini CNY 10. Waktu menulis blog ini saya cari info, ternyata namanya "bread cars" (Minivans) (mianbao che) lucu yah….
Bentuknya kayak bajaj, tapi kursi penumpangnya – seperti tempat roti (kotak, kaca putih polos), Cuma bisa diisi 2 orang saja.

Yaxiu, yah kurang lebih kayak Mangga dua pasar pagi, tapi lebih kecil. Dilantai 1 berjualan baju. Dan yang kurang menariknya, disini semua toko jualan barang yang sama. And harganya gila gilan, jadi kudu nawarnya super duper tega.
Dah gitu disini penjualnya kasar kalo ngomong. Jadi males beli.

Barangnya sama seperti baju diIndo, ga ada spesial spesialnya. Harganya juga kurang lebih sama (setelah ditawar, selisih paling dikit aja). Lantai 2 berjualan sandal, sepatu, tas, dompet. Lantai 3, peralatan elektronik, asesoris HP, kamera. Saya cuma beli baju model cina sebiji saja.

Karena sudah malam, and nanggung masih jam setengah 9, kami lanjut menuju mall. Sebelumnya sudah nyari info di mbah Google kalo kalo The Place mall, tempat hangout nya anak muda disana. Mall ini keren, paling bagus dikunjungi malam hari jam 9 an.

Soalnya ada big screen di sana, satu satunya mall yang bisa kayak gitu diAsia Tenggara.

The Place Mall
Add: 9 Guanghua Lu, Beijing, Chaoyang Distric.
北京市朝阳区光路甲9

The Place Mall, mall terbesar ke 4 di Beijing.

Karena sudah malam jadi kami naik taxi saja. Kami bertanya ke information center dilantai 1 Yaxiu market, dan minta tolong untuk dituliskan nama The Place mall in China. Petugas – cewe, dengan senang hati menuliskannya, katanya anak muda memang harus kesana, diberi petunjuk kalo mau naik bis, saya dengarkan saja, walaupun saya ga pengen naik bis.

Naik taxi kesana tarif CNY 11. Sampai disana kagum juga dari luar tampaknya mall yang satu ini branded banget, jadi ga pede mo masuknya.
Banyak orang duduk ditangga, menikmati film yang ditayangkan di Big screen, film tentang luar angkasa. Tidak ada tokoh, cuma efek suara dan gambar berwarna yang keren.
Setelah film selesai (+/-15 – 20 menit), ditampilkan MV lagunya Madonna, saya tidak tau judul lagunya apa.

Selesai melihat film, kami masuk ke dalam mall, mau numpang ke toilet.
Walaupun mall terbesar ke 4, yang namanya toilet tetep aja sama. Semua toilet di China khasnya kayak gitu.

Barang disini mahal mahal and keliatan banget kalo branded. Kita masuk ke salah satu swalayan, beli roti and cari baterai.
Waktu sudah jam 10 malam, sudah banyak tenant yang tutup. Jadi kami memutuskan untuk pulang.


Dari sini naik taxi ke Hostel 161 tarif CNY 13, tapi kena charge CNY 2. Ada tiket yang harus dibayar per penumpang CNY 1. Saya ga tau kenapa kena charge, ya udah dibayar aja.
That all my Trip at Beijing, see you at other city...

Senin, 17 September 2012

Perjalanan ke Beijing - 2


Beijing, Minggu, 19 Agustus 2012

Sarapan pagi mie instant sambil lihat berita prakiraan cuaca hari ini. Perhatikan saja tulisan 北京 (beijing) pada kiri/kanan bawah, channel TV apapun boleh (acara berita pastinya +/- jam 06.30), pasti ada prakiraan cuacanya.

Jam 8 lebih baru kita berangkat. Tujuan Tian An Men. Dari hostel jalan kaki ke subway Zhangzizhonglu +/- 4 menit, enter dari exit C.

Tujuan pertama beli IC card (kalo di Singapore istilahnya Ez-Link). Beli IC Card harus deposit CNY 20, bisa diisi bebas (reload bisa di loket IC Card or di ATM yang tersedia di subway or 7-11), kalo tidak habis bisa direfund – full amount.

Tidak semua tempat menjual IC Card. IC Card dijual terpisah dengan loket yang menjual tiket subway. Karena di subway Zhangzizhonglu tidak menjual IC Card jadi saya naik subway menuju Tiananmen, beli tiket biasa di loket CNY 2.

Satu hal yang saya kagumi, juga saya sebal (kalo lagi cape), naik MRT dimanapun di Beijing kalo masuk harus scan tas – allstation, seperti di airport. Ada petugasnya (biasanya cewek) yang berjaga dimesin scanner.
Subway Zhangzizhonglu tidak begitu ramai, saya suka subway ditempat ini, terkesan tidak diburu buru, or antri panjang.
Tapi begitu saya get off di Tiananmen station – woowww....lautan manusia sudah mulai terasa. Tapi yah, biasalah dimana mana kalo kereta baru nyampe pasti pada banyak orang keluar yang rebutan naik keatas.

Sebelum keluar dari stasiun saya beli  IC Card, itupun setelah akhirnya dapat petunjuk dari pak polisi, kebetulan ada polisi yang lagi jaga (3 orang). Tanya sama petugas subway cuma dikasih tunjuk tangan aja, ga ada penjelasannya, jalan lurus or belok kiri or kanan, ga pake senyum lagi ngomongnya. Jadi keder deh yang tanya, kesannya ga ramah. Or maybe cape kali yah, ngejawab pertanyaan orang orang, or dah pegel liat orang banyak.
Beda banget sama petugas subway dinegara manapun yang saya kunjungi. Apalagi di Seoul, diantar sampai tempat tujuan sama petugasnya, pake senyum ramah pula.

Harga IC Card CNY 20, saya isi CNY 20 total bayar CNY 40, buat 3 hari. IC Card - bisa buat naik bis and subway, mungkin bisa dipake buat beli di 7-11 (3 hari di Beijing cuma 3 kali liat counter 7-11, bener bener tuh negara tidak membiarkan merk luar masuk). Didalam stasiun subway Beijing sama sekali tidak ada counter yang berjualan disana.

By the way hari ini hari minggu lho... tapi subway tetep rame, sesak, ga sampe jubel jubel – tapi kudu antri juga.
Disini ga bisa ngalah, or mo nyari posisi enak, bakalan ga kedapetan naik kereta. Tapi masih lumayan sopan, yang keluar diduluin, yang naik belakangan. Temen saya sudah kasih warning, kalo naik subway jangan ngalah. Mungkin karena bukan office hour, hari Minggu, jadi kebayang deh kalo hari efektif kerja....ampun dah, hindari aja....mumet...banyak orang, and katanya orang Beijing kalo pagi ga mandi.
Berhubung lagi pilek jadi hidung mampet, cuma kate temen yang hidungnya normal, kayaknya emang bener ga mandi.

Keluar dari Subway bingung, arah ke mana yah Tiananmennya?
Banyak orang – tidak bisa dibedakan mana yang turis, mana yang orang lokal, full manusia. Bingung cari papan petunjuk arah, tapi ga ada. Tidak tampak officer yang bisa ditanyai. Akhirnya ikut orang orang aja.

Ternyata – saya sudah di lapangan Tiananmen, tapi saya ga tau hehehehe..... Karena semua orang pada turun tangga – saya ikutan aja. Diluar negri , negara manapun, biasanya di jalan protokol tidak boleh menyebrang di jalan. Disediakan terowongan bukan terowongan, tapi jalan lebar dibawah buat ke sebrang.

Disini ada 1 orang polisi muda, salut saya sama dia, orang segitu banyaknya diterowongan itu tetep berdiri tegak sambil mengawasi orang orang. Sudah terbiasa mungkin. Saya sudah ga tahan, kudu cepet cepet keluar dari tempat itu, rasa panas kota Beijing dicampur udara yang tidak fresh membuat saya sudah kegerahan. Diujung tangga terlihat beberapa pedagang menawarkan asesoris, gantungan kunci (tapi ga beber dagangan, dipegang pake tangan).

Orang luar negri setau saya, jarang berkunjung ke mall. Kalo pas ada hari libur mereka main ke taman or mengunjungi tempat wisata. Rata rata penumpang subway, keluarga yang akan piknik or sekedar mengajak keluarganya jalan jalan.

Kacau sekali keadaan disini. Pintu masuk menuju ke Forbidden city penuh dengan orang orang. Banyak rombongan tur dari negara Asia. Belum lagi ditambah penduduk lokal yang mengunjungi istana, mungkin ada lima ratus orang lebih disana.

Saya sama sekali tidak melihat gedung or monumen Tiananmen, sudah penuh orang jadi bingung, mau fotopun berebut, orang orang (apalagi orang lokal) ga pake liat kiri kanan kalo lewat, langsung aja jalan lempeng, padahal kita sudah pasang pose mo foto. Kalo yang turis, lebih sadar diri mereka akan menunggu selesai foto baru lewat. Itulah satu satunya cara membedakan turis dan orang lokal.

Orang lokal kalo ngomong kenceng banget, pake teriak teriak. Mereka ga akan sungkan sungkan memarahi or bentak bentak anaknya didepan umum, cenderung kasar sih, mungkin begitu kebiasaan orang sana. Maka ga heran mau tua or muda ga ada bedanya, sama semua pada kasar, ga sabaran. Lha wong dari kecil didikannya dah kayak gitu.

Antri masuk ke Forbidden city lewat dibawah foto Mao Zhi Dong (pimpinan kebanggaan warga Cina).
Dari tur kemarin saya dapat 1 pelajaran, kalo menurut legenda bangsa Cina, dahulu kala naga mempunyai 9 ekor anak. Anak yang terakhir Phoenix (bukan burung), anak itu makan logam, bisa masuk tidak pernah keluar. Patung anak naga yan terakhir ini yang sering diburu oleh orang orang.
Dan disetiap atap bangunan kuno di Cina selalu ada ukiran anak naga, tapi yang berjumlah 9 ekor, cuma ada Gate masuk ke Forbidden City, mungkin di Yonghe gong (Lama Temple) juga, saya lupa.
Atap dengan 9 ekor anak Naga
Atap dengan 5 ekor anak Naga

Dari semua negara yang pernah saya kunjungi, Cina adalah negara yang aneh. Tidak pernah ada brosur tempat wisata, dimanapun. Yang ada malah penduduk lokal yang menjual peta, semua yang bisa dijual, dijual – tidak ada yang gratis disini. Omo, lebih parah dari Indonesia ternyata... Untung saya ngeprint peta ala kadar tentang istana ini, kalo ga tambah buta ga tau lokasi.
Tiket 1 lembar untuk 2 orang

Pertama kali antri di loket beli tiket masuk, CNY 60. Antrinya panjaaang banget dan hari ini matahari benar benar terik. 1 orang bisa membeli tiket sampai 20 lembar. Kebayang deh pemasukan istana ini 1 hari, kalo pengunjungnya ada 2000 orang, sehari bisa CNY 120.000 (180 juta rupiah). Itu kalo pengunjungnya 2000 orang, kalo lebih....., makmur dah.... (ini baru 1 lokasi object wisata).
Dan disini ada beberapa pedagang jual minuman and snack, yang pasti harganya mahal. Saya beli roti sobek CNY 7.
Saran saya bawa bekal makanan dan minuman kalo mo kesini.

Detail Forbidden City :
Outer Court:
1) Meridian Gate (Wumen Gate)
2) Hall of Martial Valor (Wuyin Hall)
3) Gate of Supreme Harmony (Taihe Gate)
4) Hall of Supreme Harmony (Taihe Hall)
5) Hall of Central Harmony (Zhonghe Hall)
6) Hall of Preserving Harmony (Baohe Hall)

Inner Court:
7) Gate of Heavenly Purity (Qianqing Gate)
8) Palace of Heavenly Purity (Qianqing Palace)
9) Hall of Union (Jiaotai Hall)
10) Palace of Earthly Tranquility (Kunning Palace)
11) Gate of Earthly Tranquility (Kunning Gate)
12) Imperial Garden
13) Hall of Imperial Peace (Qinan Hall)

West Palaces:
14) Palace of Gathered Elegance (Chuxiu Palace).
15) Palace of Universal Happiness (Xianfu Palace)
16) Palace of External Spring (Changchun Palace).
17) Palace of Blessings to Mother Earth (Yikun Palace).
18) Palace of Eternal Longevity (Yongshou Palace)
19) Hall of Great Supremacy (Taiji Hall).
20) Hall of Mental Cultivation (Yangxin Hall).

East Palaces:
21) Hall for Abstinence (Zhai Palace)
22) Hall of Benevolence (Jingren Palace).
23) Hall of Celestial Favor (Chengqian Palace)
24) Hall of Quintessence (Zhongcui Palace).
25) Hall of Justice (Jingyang Palace).
26) Hall of Eternal Harmony (Yonghe Palace)
27) Hall of Prolonged Happiness (Yangxi Palace)
28) Hall of Ancestral Worship (Fengxian Hall)

Far East Palaces:
29) Nine-Dragon Screen.
30) Gate of Peace and Longevity (Ningshou Gate)
31) Hall of the Norms of Government (Huangji Hall).
32) Palace of Peace and Longevity (Ningshou Palace).
Garden of the Palace of Peace and Longevity (Ning Shou Gong Garden).
- Pavilion of Bestowing Wine
- Studio of Ancient Glory
Pavilion of Cheerful Melodies..
33) Hall of Character Cultivation (Yang Xing Dian).
34) Hall of Joyful Longevity (Leshou Hall).
35) Hall of Harmony (Yihe House).
36) The Well of Concubine Zhen (Zhenfei Well).
37) Gate of Divine Prowess (Shenwu Gate).

Masuk ke Gyeongbokgung Palace di Seoul udah males, dibandingkan dengan Forbidden City, Gyeongbokgung ga ada 1/4nya. Forbidden city Guuueeddeeee bangeett....

Forbidden City, persis seperti yang dilihat di film film. Saya malas naik keatas lihat detail isi masing masing istana, karena kurang lebih isinya pasti mirip seperti yang saya lihat di Gyeongbokgung. Kalo mau naik keatas, harus jalan melalui jalan ditengah (panas banget) plus naik tangga – gedenya kayak anak tangga di Borobudur, maklum bangunan kuno. And harus berjubel jubel antri bareng orang banyak buat liat isinya. Biasanya yang naik itu rombongan tur. Yang lain jalan lewat samping, menghindari matahari, lewat tempat yang lebih teduh, termasuk kita salah satunya.

Padahal saya berangkat +/- 08.30 naik subwaynya. Tapi saya baru menginjakkan kaki di Forbbidden city jam setengah 12 siang. Lokasi sih ga jauh dari hostel, yang bikin lama nyari IC Card, antri tiket, antri masuk, plus clingak clinguk bingung ga ada petunjuk arah, and jalan kaki (soalnya tempatnya luas bin guedee).
Mo tau detail Forbidden City bisa liat disini : http://www.kinabaloo.com/fcf.html

Gedung disamping disepanjang istana - istilah saya sendiri - banyak museum mini, yang memajang barang barang kuno. 1 buiding memajang 1 topik, alat perang, perhiasan, karya sastra, dll.
Saya tidak masuk ke seluruh tempat, hanya beberapa saja.

Disetiap perbatasan antara bagian istana luar dan dalam ada pelataran mini, banyak turis yang beristirahat disana. Selain istirahat karena cape jalan, juga karena panas terik. Mengunjungi Forbidden palace, waktu paling tepat musim gugur or musim semi menurut saya, tidak begitu panas.

Kami hanya jalan saja menuju ke arah utara. Menyusuri pinggir istana, kita sendiri  tidak tau sudah berjalan sampai diistana bagian mana, papan petunjuk arah sedikit, dan tidak ada peta sama sekali. Tidak ada petugas yang bisa ditanyai.

Sampai hampir ujung istana terdapat ruangan ruangan kecil, didalamnya ada interior kuno tempat duduk dan meja (seperti difilm kungfu) - ruangan ini tidak boleh masuk, kita cuma bisa mengintip dari jendela, mungkin karena perabotnya asli.
Dibelakangnya terdapat taman dan pavilion yang cantik dan ada pohon yang usianya sudah 200 tahun lebih. Tapi sangking banyaknya orang, taman itu yang seharusnya indah, teduh, jadi ga ada kesannya.

Kira kira jam setengah 2 siang lebih kita keluar dari Forbidden Palace, exit melalui pintu sebelah utara, jadi kita tidak kembali ke tempat semula (Lapangan Tiananmen).

Didepan exit ada Jingshan park, tinggal menyebrang saja sudah nyampe, tapi kita tidak mengunjunginya.
Dari sini kita naik bis no 109 (tidak usah menyebrang, bus stop disebelah kiri dari pintu exit istana) – naik 1 stop ke Beihai Park.

Cara naik bis, perhatikan tanda dipintu bis naik dan turunnya. Karena ada 2 tipe bis. Bis dengan 2 pintu, depan dan tengah serta tram dengan 3 pintu, depan, tengah , belakang. IC Card ditap waktu pertama kali naik bis (sama seperti di Singapore).

Pemberhentian pertama kami turun, lokasi penurunan didepan loket tiket, harga tiket masuk CNY 20.
Disini lebih teduh, sepi, dibandingkan dengan Forbidden City, saya lebih suka suasana di Beihai. Disini saya tidak berjumpa sama sekali dengan rombongan tur, menyenangkan sekali, jadi tidak padat.

Sama seperti Forbidden palace tidak ada brosur lokasi, hanya saja didepan ada papan (seperti papan pengumuman) denah Beihai.
Berhubung saya sudah lihat diinternet berkali kali peta Beihai, jadi saya tidak begitu tertarik melihatnya. Kami berjalan menyusuri jembatan Yong An dengan view bunga teratai and pohon willow sepanjang danau….cantik sekali…. I like it.

Karena hari ini hari Minggu, banyak penduduk lokal yang berkunjung menghabiskan waktu, jalan jalan ditaman or sekedar duduk duduk.
Tujuan pertama Toilet. Saya tidak berani pipis di Forbbiden Palace, lihat orang segitu banyaknya aja, saya sudah gerah and males, apalagi toiletnya (pengalaman hari pertama kemarin di Badaling).

Yah, sebersih bersihnya toilet umum disana, masih ada kecium sedikit bau “parfum khasnya toilet”. Disini toiletnya tidak antri, tapi tetep cari toilet yang layak pakai, and bersih, beraroma “parfum” dikit ga pa pa, bisa tahan napas.

Karena sudah jam 2 kami mencari tempat makan dipinggir danau Beihai, kaki sudah lumayan gempor karena di Forbidden City cuma duduk 10 menit aja.
Kami pilih restaurant dipinggir danau. Harga menu bervariasi paling murah CNY 15.

Saya pilih menu noddle, harga CNY 13, but not tasty at all, rasanya seperti makan mie pake minyak wijen plus kacang dihaluskan (kayak gado gado) tapi ada campuran, entah apa  itu, rasanya aneh. Saya sudah pake rumput laut, sambal goreng kentang, plus sambel botol (semuanya bawa dari Indo) tetep aja berasa aneh, alhasil tidak bisa menghabiskan semuanya. Daripada perut jadi error, perjalanan masih panjang.

Sehabis makan, kita lanjut berjalan menyusuri pinggir danau. Disini ada beberapa penjual snack, counter foto dengan kostum kerajaan.
Dari hari pertama saya sudah pengen mencoba ice cream, jadi kita beli disalah satu toko. Saya coba rasa jeruk – ga tau merk apa CNY 4 (mahal), pengalaman saya di Kuala Lumpur, yang waktu itu terik sekali, bisa menghilangkan haus and segar karena rasa jeruk.

But you know what, begitu icenya habis, saya langsung batuk. Dan batuknya ga ilang ilang sampe malem. So, jangan pernah beli ice di Cina.

Kami berjalan, seharusnya ke  White Pagoda, ada 1 temple ujungnya berwarna putih. Tapi kami sudah lupa itinerary, sangking luasnya tempat yang harus dijalani, jadi kami jalan menyusuri danau saja. Berjalan sampai ke Boat penyebrangan, naik boat one way CNY 10, PP CNY 15. Kita beli one way.
Di sini banyak yang naik perahu bebek, keliling danau. Tidak terlihat orang naik sepeda.

Perahu tidak antri seperti waktu saya naik perahu di Summer Palace, perahu menyebrang tidak sampai 10 menit. Kami diturunkan di Five Dragon Pavillion. Gambaran saya pavillion yang ada patung naga, or sesuatu yang berbau naga. Ternyata hanya pavillion biasa (mirip seperti gazebo, tapi besar, bisa menampung 30 orang lebih didalamnya.

Didalam setiap pavillion terdapat orang tua setengah baya (ce/co) sedang berlatih menari/berdansa or ada yang berlatih menyanyi. Banyak juga orang tua setengah baya yang berjalan jalan dengan teman seumuran, atau sekedar bermain catur cina.

Kami berjalan menuju ke arah building yang terlihat, setiap ada building yang bisa kami masuki, kami masuk. Disini suasana teduh, tempat yang cocok buat relaksasi. Kami berjalan sampai jam 5 lima sore, kemudian kita keluar melalui north exit menuju ke Shichahai.

Dari Exit kami menyebrang ke sebrang jalan. Bingung juga harus jalan ke arah yang mana. Tidak ada papan petunjuk arah. Kami hanya mengikuti rombongan tu turis, kami berjalan sampai kelihatan danau (+/- 7 menit), of course kudu bawa map juga, kalo ga bisa nyasar.

Disini kami cari tempat persewaan sepeda. Banyak sekali orang yang menyewakan sepeda, tapi kami terus berjalan sampai terlihat danau Shichahai, barulah kami menyewa sepeda disana. Disalah satu toko, harga CNY 10/jam, dan harus menitipkan pasport. Disini kami naik sepeda menyusuri danau.

Tidak bisa masuk ke mana mana, karena tempat object wisata disekeliling Shichahai tutup jam 5 sore. Jadi yah, hanya menikmati hari, bersepeda santai. Memasuki Yanda Xiejie, tempat pusat oleh oleh disana, tapi tidak ada yang bisa kami beli. Saya tidak tertarik dengan barang barangnya, selain tidak murah, barang barang disana semuanya persis seperti yang ada di Indonesia, jadi ngapain beli jauh jauh. Bahkan di Indo harganya lebih murah.

So menikmati hari saja. Kami lupa kalo bisa mengunjungi Drum Tower dan Bell Tower serta Hutong (perkampungan kuno Cina). Hanya berpanduan pada map yang kami miliki kami mengitari Shichahai.
Shichai yang saya lihat di Running Man tidak sama dengan yang aslinya, memang orang Korea pintar mengambil angel buat syuting.
DiShichahai banyak jajanan kuno orang Cina, gula gula, minuman khas Cina.

Sampai jam setengah 7 kami mengembalikan sepeda (kondisi langit masih terang benderang). Karena sewanya 1 setengah jam, kami dihitung 2 jam, total CNY 20. Saya beli kacang, kwaci, manisan khas Cina disini (beli saja disini, jauh lebih murah dari airport dan rasanya enak).

Saya bertanya arah menuju ke subway station dengan pemilik toko, yang ternyata harus naik bis no 111, 1 stop saja, stop di Yong An Li subway station.

Next destination, Beijing Railway Station, beli tiket kereta super cepat Shanghai – Suzhou (PP), Shanghai – Hangzhou, karena kami takut kehabisan tiket, jadi kami beli di Beijing.

Sampai di Railway station, berjalan ke gedung tiket, antri di loket no 16.
Mau lihat schedule train dan biaya bisa lihat di : http://www.chinatrainguide.com/

Ternyata harga tiket lebih murah CNY 3 dari yang kami lihat online. Untuk beli tiket kereta di perlukan pasport, karena diujung bawah kiri akan tercantum no pasport.
Harga Tiket :
Shanghai – Suzhou = CNY 80 (PP)
Shanghai – Hangzhou = CNY 93
Waktu beli tiket juga dapat 2 lembar karcis, saya tidak tau apa itu.

Lalu kami kembali ke Subway station dan naik subway kembali ke hostel. Sebelumnya kami singgah untuk dinner disalah satu depot. Saya order salad buah (saya sudah tidak pengen makan apa apa lagi), harga CNY 13 (mahal). Mahal karena isinya cuma semangka, nanas sama apel, that’s all. But it’s Ok for me.

Porsi makan orang Cina jumbo jumbo, kalo buat saya 1 porsi bisa buat ber dua. And orang sini kalo makan ga cukup cuma 1 porsi, ada cowok, badan sedang sedang aja, tapi makan sampe 3 piring (mie, nasi + entah apa lauknya + 1 porsi sate) itu yang makan cuma 1 orang saja lho. Makanya saya jadi tontonan, dikirain lagi diet ketat, makan cuma buah buahan saja.
Rencana mau mampir ke wall mart (supermarket) ga jadi, sudah tutup, akibat jalan kelamaan nyari tempat makan.

That’s my second day at beijing.