Jumat, 14 Maret 2014

Hopping City Trip – Day 1



MALAKA, Jum'at, 7 Maret 2014

Sudah lama ga ngeblog, rada kaku juga mau mulai nulis. And sudah beberapa trip kelewatan ga ditulis, jadi ga ngalir rasanya isi dikepala. Tapi saya coba nulis selengkap lengkapnya untuk trip kali ini.

My first trip at 2014 year.
Trip kali ini paling edan, tiap hari naik pesawat ganti kota, jadi jalan jalannya semampunya aja. Gara gara liat ada promo Air Asia untuk penerbangan domestik Malaysia. Total tiket pesawat Sub – LCCT (PP), LCCT – Langkawi, Langkawi – Penang, Penang – LCCT ga sampe 1 juta rupiah.

Flight dari Surabaya lancar sampai LCCT, lanjut ke Malaka by Trans Nasional bus. Tiket bis beli di terminal  kedatangan flight domestik, cari counter Trans Nasional. Jadwal bis bisa dilihat di : http://www.lcct.com.my/transportation/bus-services/buses-from-malacca

Saya beli tiket jam 11.30, harga RM 24,1 (harga include surcharge, and asuransi jadi tidak sama dengan harga yang tertera di web). Masih ada spelling waktu 2 jam, jadi sarapan di Medan Selera Food Court. Letak food court ini diujung bus stop. Entah karena sudah jam setengah 10 pagi or memang persiapan menu disetiap counter tidak banyak, jadi  banyak menu yang sudah tidak available, alias sudah habis.
Menu vegetarian sudah tidak dijual disini. Jadi saya hanya beli nasi putih saja RM 1.5, dan telur RM 2, air mineral di counter beverage RM 1.6.
Sambil makan, sambil ngecharge peralatan elektronik. Stop kontak kaki 3, tapi dibuat steker kaki 2 bisa koq.

20 menit sebelum jam keberangkatan kita sudah duduk manis di platform 4 (ruang tunggu bis Trans Nasional). Bis datang on time, membawa penumpang dari Malaka ke LCCT. Tempat duduk sesuai dengan seat yang tertera di tiket.
Perjalanan total 2.5 jam (info petugas counter lama perjalanan 3 jam), perjalanan lancar, sama sekali tidak macet.

Sampai di Melacca Center jam 2 siang lebih. Sama sekali tidak terlihat seperti pangkalan bis. Rapi, ada beberapa bis yang sedang parkir, tidak terlihat pedagang asongan. Turun dari bis masuk ke dalam ruangan (mirip seperti KL Sentral tapi lebih kecil), terlihat stan stan berjualan makanan ringan, baju, etc. Ada counter MC Donald disini.

Kami  langsung membeli tiket bis kembali ke LCCT untuk besok. Counter tiket letaknya digedung sebrang. Disana ada banyak loket bis, loket Trans nasional di no 11 (kalo ga salah inget :p), harga tiket sama.

Dari counter tiket kami kembali menyebrang ke gedung pertama, tempat kami turun dari bis, jalan masuk ke dalam sampai ke ujung exit, ada counter loket taxi. Tapi disini tidak menjual karcis taxi, petugas hanya memberi informasi saja. Ada petugas lain yang mengkoordinir penumpang ke taxi.
Tarif langsung nego dengan sopir, sepertinya ke daerah jongker street single tarif RM 15, tidak bisa dinego.

Perjalanan ke penginapan (Jongker street), kurang lebih 15 menit. Jalan tidak macet sama sekali. Sampai penginapan cuma ngasih print out booking hotel, langsung dibawa ke kamar, tanpa isi formulir or diminta identitas diri (sampe heran heran koq ga minta data pasport ya?).

Penginapan : Tang House Malaka
 Jalan Tokong, 75200 Melaka, Malaysia
Tapi web sedang  error waktu saya menulis blog ini, review tentang hotel bisa dilihat di Agoda or booking.com

Saya book via agoda.com 10 bulan sebelum hari H. Harga room untuk 2 orang tidak sampai 200ribu, untuk room 1 orang 108ribu. Harga single room waktu saya sampai disana RM 35, harga room yang lain saya tidak ingat (rate waktu itu RM 1 = Rp 3.550).

Lokasi kamar di lantai 2. Kamar berAC, berjendela, share bathroom (bersih, hanya ada 2, satu closet duduk yang lain closet jongkok). Total room ada 8, terdapat  single room, double room, maupun triple room. Lantai flooring kayu, harus lepas sepatu sewaktu memasuki  lokasi kamar.  Ada 2 unit komputer untuk umum, security lock front door. Jadi walaupun penginapan sudah tutup, bisa tetap masuk tanpa perlu mengetuk pintu.

Lokasi penginapan berada disebelah toko makanan ringan. Ada restaurant  disampingnya, didepan ada panggung pertunjukkan, disebrang samping kanan ada temple Kwan Im. Digang belakang ada temple Cheng Hoon Teng – temple paling terkenal disana dan masjid Kampung Kling.

Selesai taruh bagasi, langsung jalan kaki ke Malaca Clock Tower lewat Jongker Street. Street ini sangat attractive, banyak kedai berjualan macam macam makanan, benda seni, pernik pernik. Tidak ada barang khas Malaka disini, barang barang kerajinan yang dijual mirip dengan barang barang di Bali or Yogya. Gedung gedung kuno, yang ada sudah direnovasi menjadi toko merchandise atau depot makanan.

Kami singgah dicafe yang direkomendasi Tripadvisor.
Geographér Café
83, Jalan Hang Jebat
Opening hour : 10 pm – 10 am
Menu lezat, yummy, and ga mahal, must try food at Malacca.

Di Cafe ini menyediakan menu vegetarian, menu yang saya pilih :
Tomyam B.R Vermicelli (porsinya gede, cukup buat 4 orang) RM 9.9 , Fresh Veggie Roll RM 7.9 (dapat 4 biji), Pesto Pasta RM 11.9 (taste Italia banget). Ditempat ini dikenakan tax 6%.

1 hal yang saya kagumi disini, dilarang merokok disepanjang jalan ini, didalam cafe juga tidak boleh merokok. Jempol buat pemkot Malaka, denda USD.  1.000 buat yang melanggar (USD bukan RM).

Berjalan menyusuri Jonker Street sampai disebrang ujung jalan ada hotel Hard Rock. Menyebrangi jembatan Tan Kim Seng ada kantor Tourist Information Center disebelah kanan jalan. Tempat wisata Malaka The Stadthyus (kelihatannya museum, saya kurang tau) ada disebrang jembatan.
Buka mulai jam 9 am sampai 4 pm, entrance fee RM 8, saya tidak masuk, mau main yang gatisan aja hehehehe...... Sebelum menyebrang ada kincir angin disamping kiri jembatan. Didepan, sebrang jalan ada Queen Victoria Fountain dan Malaca Clock Tower.

Ditempat ini ada tempat mangkal becak becak Malaka. Becak Malaka cantik cantik, dihias bunga palsu (ga kebayang kalo ujan gimana), and full audio. Audio yang diputar tergantung yang goes, kalo yang goes orang India, lagunya India, kalo yang goes orang Melayu, lagu rakyat Melayu (dangdutnya orang Malay kali yah), kalo yang goes orang Cina lagu mandarin. Audionya kenceng banget radius 20 meter, sudah kedengaran suaranya. Sekali naik tarifnya RM 40 untuk 1 jam.

Disebelah kiri terdapat Christ Church dengan kubah berbentuk bulat, buka mulai jam 9am sampai 4 pm, no entrance fee.
Gereja ini sangat kuno. Lantainya masih dari batu yang terdapat pahatan, kursinya kursi kayu anyaman, duduk satu orang satu kursi, interiornya sederhana, khas Gereja jaman dahulu, tidak ada lukisan atau pahatan disekeliling dinding gereja.

Disebelah Christ Church terdapat Dutch Square. Banyak siswa sekolah yang sedang study tour disini. Juga terdapat pedagang yang membuka lapak disini. Kami menyebrang menuju ke Informastion center meminta map, lalu lanjut kembali ke Jongker Street minum es cendol.
Walaupun sudah jam 4 sore, tapi matahari terik sekali.

Harga Es Cendol RM 4, and sama sekali ga worth, cuma es serut aja, isinya dikit. Abis minum es, langsung batuk deh. Didepan depot ada pedagang yang menggelar dagangannya. Saya membeli dompet mini RM 9. Harga gantung kunci rata rata RM 10 dapat 3.
Satu hal yang tidak sempat saya coba disini pancake durian.

Selesai makan es, kami lanjut ke St. Francis Xavier Church.
Jalan lurus aja, dari information center, gereja disebelah kanan jalan raya dari sisi sungai.
Gereja ini lebih modern, interior lebih bagus, disekeliling dinding terdapat pahatan dan jendela bermozaik. Kursi kayu sudah modern.

Hati hati ditempat ini, ada seseorang keturunan India, mengaku sebagai pastur digereja itu. Menawarkan untuk mendoakan kami, kami mengatakan kami harus pergi, pastur (kurang tau apakah pastur beneran or ga) bilang ga apa apa, kita boleh pergi nanti tetap didoakan, tapi UUD alias ujung ujungnya duit, minta duit RM 30 untuk 3 orang.
Langsung deh, ditolak alus, and ngacirlah kita.

Didepan gereja (sebrang jalan) ada tembok merah, tulisan Welcome to Malacca.
Mejeng foto foto bentar, abis gitu kamera rusak, ga bisa baca memory card *_*, (apa gara gara ga mau didoain yah....asal.com). Apes banget dah...
Alhasil sisa perjalanan sampai hari terakhir foto pake HP.

Kami kembali ke jembatan Tan Kim Seng. Menyusuri sisi lain jembatan. Terdapat reruntuhan tembok Benteng A farmosa (dikit banget reruntuhannya). Trus lanjut menyusuri sungai malaka sampai malam.
Tempat wisata lain yang bisa disinggahi (kita ga ke sana, soalnya ada temen yang dah gempor ga kuat panas and jalan menanjak – Pelajaran buat diriku, ajak teman jalan yang bisa style BACKPACKER).
Tempat wisata lain yang dekat :
1.       St Paul Church Hill
2.       Malaka Sultan palace
3.       Proclamation of Independence Memorial

Tempat wisata lain yang bisa dikunjungi Masjid Selat malaka. Satu satunya akses ke tempat ini naik taxi, dari Jongker street kurang lebih RM 25. Saya tidak sempat datang kesini, disebabkan karena terbatasnya waktu.
Masuk kedalam masjid wajib berpakaian tertutup, berlengan panjang. Bila memakai baju berlengan pendek atau bawahan yang tidak tertutup samapai mata kaki akan dipinjami baju sebelum memasuki area masjid.

Kami berjalan terus sampai akhir jembatan terdapat musim kapal layar, tutup jam 6 malam.
Karena sampai sana sudah jam 6 ya ga bisa masuk.
Didepan kapal layar ada pusat perbelanjaan, mirip seperti Sukowati, tapi kecil sih, and ga rame.

Kami jalan terus menuju ke Plaza Mahkota. Bukan mau ngemall tapi nyari rumah makan vegetarian Man Yuan Fang.
No. G5, Jalan PM 3,Plaza Mahkota, Bandar Hilir (alamat dari web)
Ternyata sudah pindah 2 blok dari alamat yang tertera di web.

Menu disini terlalu manis, lebih mahal dibanding Geographer cafe.
Rencananya setelah makan malam mau naik Malacca River Cruise RM 15. Tapi batal karena tidak punya kamera (alias rusak), jadi hanya jalan jalan menyusuri sungai saja.
Lumayanlah jalan jalan disini daripada di Jongker Street yang rame banyak orang menggelar lapak.

Ada juga pertunjukkan kungfu, tapi saya tidak tertarik. Kita masuk ke salah satu toko didepan hotel Hardrock, namanya San Shu Gong Food, tempat belanja oleh oleh. Tempat ini menjual aneka manisan, biscuit, permen yang bisa dibawa buat oleh oleh. Info yang saya dapat di Malaka snack yang terkenal kue pineapple, beli di LW Nyonya Pineapple tart house, letaknya didepan temple Kwan Im.
Lalu kembali ke hotel, yang rupanya karena letak kamar persis didepan panggung, jadi agak berisik. Panggung sedang ada acara pementasan lagu clasic cina. Untung jam 10 acara sudah berakhir.
Btw, steker dipenginapan ini kaki 3, jadi kita sama sekali tidak bisa charge perlatan elektronik. Ternyata pas balik ketemu orang Indonesia di airport yang ngasih tau trik pakai colokan kaki 3. Yaitu colokan yang diatas dicolok pakai bolpoint, jadi bisa dipakai buat charge....ooalaahh.

Thas all my journey on day one at Malacca.

Map Malaka yang membantu dalam perjalanan saya.




Btw, dalam perjalanan menuju ke Man Yuan Fang vegetarian restaurant, kami tidak sengaja menemukan Menara Taming Sari.
Dari ujung sungai Malaka, lalu musium kapal, menyebrang ke sebrang jalan, susuri saja jalan itu, lalu belok kiri, 100 meter kemudian tampaklah Menara Taming sari.
Dari Menara Taming Sari bisa melihat pemandangan kota Malaka dari atas.
Naik ke Menara Taming Sari bayar RM 20 (dari bawah berputar sampai ke atas), mungkin hanya 10 menit saja. Buka dari jam 10 am - 10 pm.
Kami tidak naik karena sudah lapar. Dan kelihatannya tidak banyak orang yang naik, karena para turis kebanyakan hanya di The Stadhuys, tidak terlihat antrian.


Menurut saya best timing kalau mau naik waktu sunset setempat, demikian juga kalau mau naik Malacca Cruise.

Disebrang jalan dari Menara Taming Sari terlihat banyak ruko ruko, yang kalau malam di sepanjang jalan itu banyak pedangan membuka lapak berjualan baju, casing HP, snack, asesoris.
Diujung ruko (mengarah ke Plaza Mahkota), terdapat kuliner makanan tradisional Malaka.
Tempat ini ramai sekali didatangi penduduk lokal.