Sabtu, 28 Juli
2012
Ini kali pertama
ke Bali naik pesawat. Biasanya naik bis or travel.
Berhubung dapat
promo tiket murah, jadi bisa ke Bali naik pesawat.
Flight dari
Surabaya ke Bali hanya 55 menit. Board on time 05.15 WIB pagi.
Ini pertama
kalinya saya mengalami sunrise in the sky, kira kira jam 05.30 WIB, matahari
mulai terbit, perjalanan masih dipulau Jawa. Seakan akan langit ada garis
lurus.
Yang paling bagus,
kurang 15 menit dari jam landing, lokasi sudah hampir mencapai Bali. Matahari
terbit dibalik awan (sudah terik), tapi berhubung awan tebal (mendung), jadi
seakan akan matahari baru terbit, dibawah laut memantulkan cahaya matahari
berwarna kuning.....keren.... TOP BGT.... Sayang saya photographer amatiran, kalo yang pro, pasti keren abis...
Nyampe Ngurah
Rai, kudu jalan jauh (+/- 15 menit) untuk nyampe dipelataran parkir.
Disepanjang perjalanan ke depan, dikanan kiri, banyak depot (tapi masih tutup
belum ada yang buka), money changer, ATM.
Nyampe didepan,
langsung mampir ke salah satu depot yang baru buka, mo sarapan dulu. Berhubung
dari rombongan 3 orang vege, jadi kita cuma beli nasi putih aja, udah prepare
lauk dari Surabaya. Harga nasi putih Rp. 6.000. Yang lain beli nasi campur (or
apalah namanya saya lupa), harga
sepiring makanan Rp 18.000, harga minuman air mieral tanggung Rp. 3.000 (or 6
ribu yah, lupa - soalnya saya ga minum).
Habis makan
mampir ke Alfamart, beli minum buat sangu sehari di pulau Nusa Lembongan.
Karena menurut info hasil browsing di mbah google, kalo harga mamin di pulau
mahal. Saya beli air mineral 1.5 liter harga Rp. 6.000.
Naik taxi dari
Ngurah Rai, ga seperti Airport yang lain (pake tiket/karcis), tapi saya naik
persis dari depan Alfamart, taxi Blue Bird (habis drop penumpang). Rencana mau
naik Perama Bus ke Sanur, tapi ternyata tidak ada. Perama Bus hanya ada untuk
dropping penumpang ke Airport, bukan naik dari Airport.
Ya udah, kita
naik taxi pake argo ke Sanur. Perjalanan +/- 30 menit, argo Rp. 85.000. Didalem
ditawarin naik taxi ke Sanur Rp 150.000 (edan, untung sudah tau kalo naik taxi
ke Sanur ga bakalan lebih dari 100ribu, kalo ga bisa gondok abis).
Naik taxi turun
di Jalan Hang Tuah (paling ujung) dekat pantai, saya bilang sama bapak sopir
kalo mau beli tiket boat ke Nusa Lembongan, jadi diturunkan persis didepan
loket. Masuk ke Sanur taxi bayar Rp. 3.000.
Saya beli tiket
boat Rp. 60.000 (lama penyebrangan 30 menit), sekalian beli return dari
Lembongan ke Sanur, receipt disimpan, buat bukti tiket boat kembali ke Sanur. Maunya
sih beli tiket turun di Junggut Batu, tapi yang ke Junggut batu sudah penuh
semua, boat yang tersedia turun di Mushroom Beach. Ya udah, meskipun kita
nginap di Junggut batu, yang nota bene jauh abis dari Mushroom, tapi berhubung
penginapan nyediain penjemputan, so It’s doesn’t matter for us.
Jangan lupa tanya
jadwal boat dari Lembongan ke Sanur.
1 hari hanya ada
3x jadwal penyebrangan boat dari Busa Lembongan, jam 08.00, 10.30, 15.30
semuanya WITA. Dan kasih tau ke pihak boat jam penyebrangan besoknya, supaya
bisa dikonformasi dengan pihak boat yang ada di Lembongan, kalo ga seat di jual
ke orang.
Disamping loket
ada toilet, masuk bayar Rp. 2.000.
Oh ya, di Nusa
Lembongan tidak ada ATM, jadi mending ambil duit lebih daripada kekurangan uang
di pulau.
Habis gitu kita
disuruh nunggu di bale bale depan loket, nanti kalo mo board dikasih tau
melalui megaphone.
Kira kira menunggu
15 menit, sudah dapat panggilan. Boat yang saya naikin namanya Paradise.
Sebelum board
saya telpon dulu ke penginapan minta dijemput di Mushroom, kapal paradise, dan
kasih tau juga lama jam penyebrangan.
Dari total
penumpang, yang keliatan kalo turis lokal cuma kita ber-5 aja, sisa penduduk
lokal. Disini kita kena delay, gara gara turis (orang latin, ga tau dari negara
mana Spanyol, or Mexico), gau tau ilang ke mana, jadi kita semua nunggu mereka
berdua.
Berhubung seat
sudah penuh semua, (saya kebagian duduk dibelakang, teman yang lain duduk di
muka dan tengah), tuh 2 turis (dengan rasa tidak bersalah, sudah bikin delay
10 menit) duduk di kursi plastik,
diantara penumpang.
Finally, we
board.
Boat melaju
dengan kecepatan penuh, balapan sama boat yang ke Nusa Penida.
30 menit later,
nyampe deh kita di Mushroom beach.
Nusa Lembongan
bener bener keren, lautnya biru, bersih (sama sekali ga ada sampah), rumput
lautnya keliatan.
Dari semua pantai
yang pernah saya kunjungi, ini pantai yang paling best.
Nyampe dipantai,
jemputan sudah menunggu. Kita menginap di Tarci Bungalow, harga semalam Rp.
200.000 (penjemputan gratis), PIC Bp Agus, 08123906300.
Penginapan di nusa
Lembongan tidak banyak : http://www.walkaboutindonesia.com/tarci-bungalows.php
Untuk Tarci
Bungalow, kamar sesuai dengan gambar yang terdisplay.
Fasilitas Tarci
Bungalow:
- Penjemputan dari pelabuhan
- Bed 2 (1 double bed + 1 single bed), bisa muat sampe 4 orang per room
- Toilet dalam (tidak ada air panas).
- 1 buah Handuk
- AC + fan
High season Nusa
Lembongan : Juli – September (orang bule) dan Desember.
Jarang turis
lokal yang main ke Nusa Lembongan. Di Tarci Bungalow, turis lokal hanya kita
saja, sisa turis asing. Menurut pegawai Nusa Lembongan, kebanyakan turis asing
bule (turis asia jarang) yang menginap disana.
Di penginapan ini ada ayam cantik, yang sombongnya minta ampun.... susah banget mo fotonya.
Tapi ini pertama kalinya saya liat ayam kayak gini. Nih fotonya
Letak penginapan
Nusa Lembongan semua di pinggir pantai, bagus kalo sunset. Best Sunset di Nusa
Lembongan di Devil Beach.
Hari ini ada upacara
Ngaben. Jalan ke desa ditutup, tidak bisa lewat, jadi kita putuskan untuk
snokeling dulu.
Sampai
penginapan, walaupun belum jam check in kita sudah bisa masuk ke kamar, room
sudah tersedia. Penginapan kita letaknya persis didepan rumah pemilik Bp Agus.
Konsep penginapan
Tarci nuansa pantai, jalan menuju ke kamar diberi pasir pantai. Didepan room
ada tanaman, tersedia teras (2 kursi anyaman) plus jemuran handuk.
Tarif Snorkeling
Rp. 75.000 (harga dari Bp Agus), fasilitas : kapal, google, jaket pelampung,
kaki katak, snokeling di 3 tempat (padahal dengan P. Agus boleh snorkeling
sampai sore, tapi sama nahkoda (ga tau mo nyebut apa ke supir kapal) dibatasi).
Di blog milik orang lain bisa sampai 4 tempat. Kami snorkeling di 3 tempat :
Mangrove, Wall bay, Mangrove (beda tempat), seharusnya di Gamat, tapi berhubung
ga ada yang mau snokeling, cuma 2 orang aja, jadi batal ke Gamat.
Sebenarnya itinerary pertama mau ke Mangrove forest (hutan bakau), tapi berhubung air sedang surut, perahu yang kami tumpangi tidak bisa masuk kedalam. Untuk masuk ke dalam diperlukan air yang dalam (kalau tidak baling baling bisa tersangkut akar pohon), or sewa jukung disana.
Sebenarnya itinerary pertama mau ke Mangrove forest (hutan bakau), tapi berhubung air sedang surut, perahu yang kami tumpangi tidak bisa masuk kedalam. Untuk masuk ke dalam diperlukan air yang dalam (kalau tidak baling baling bisa tersangkut akar pohon), or sewa jukung disana.
Tempat Snorkeling
Nusa Lembongan : Mangrove, Wall Bay, Gamat Bay, Crystal.
Di Nusa Lembongan
juga tersedia Diving dan Surfing. Diving dan Surving biasanya bule.
Tempat pertama
Mangrove, nice place, banyak ikan, karang juga bagus. Jauh lebih bagus
dibandingkan dengan pulau Tidung (pulau seribu, di utara Jakarta). Disini arus
tenang, view juga bagus, saya cuma berenang 30 menit saja, soalnya ga seru,
yang berani mo turun cuma 2 orang.
So kita lanjut ke
tempat selanjutnya : Wall bay.
Disini arus
deras, ga usah berenang sudah ikut arus. Perahu tidak bisa berhenti, karena berbatasan
langsung dengan karang Nusa Penida.
Saya baru tau
kalo ternyata ikan berenang melawan arus, hebat banget. Angkat topi deh buat
ikan kecil yang cuma 3 cm panjangnya bisa berenang melawan arus, saya yang nota
bene lebih gede, plus ada kaki katak, berenang ga maju maju.
Pemandangan
disini TOP BGT, sangat rekomendasi, must visit. Karang lebih bervariasi, ikan
juga lebih banyak, lebih bervariasi, juga rada serem. Soalnya pemandangan hanya
1 meter dari karang, selanjutnya hitam, gelap, ga keliatan apa apa, dasar lautpun ga keliatan, saya segera berenang mendekati karang pinggi pulau Nusa Penida.
Semakin ke utara
(ikut arus), pemandangan tidak begitu menakutkan, dasar laut terlihat, jauh
dibawah, tapi terlihat berwarna putih, karang dan ikan juga bervariasi, pertama
kali saya merasakan langsung, apa yang biasanya disiarkan di TV, sekarang ada
didepan mata, absolutely DAEBAK...
Wall bay lebih
bagus dibandingkan mangrove.
Lanjut ke next
destintion. Mangrove again, tapi ditempat yang beda. Disini harus berenang
menuju karang, tidak jauh setengah meter, soalnya karangnya persis didepan
badan saya, perahu tidak bisa lewat karena baling baling perahu tidak
memungkinkan lewat disana.
Disini saya bisa
pegang karang langsung, bisa pegang ikan kecil yang berenang lewat didepan
saya. Memang pemandangan kalah dengan Wall bay, tapi sensasi yang didapat juga
beda. Bule suka berenang ditempat ini.
Kami hanya
snorkeling sebentar, total +/- 3 jam.
Kembali ke
penginapan, mandi, ngemil, ngobrol ngobrol.
Jam 4 kami
melanjutkan jalan darat, prosesi Upacara Ngaben sudah selesai, jam 11.00 sampai
jam 3. Sekarang sedang pembakaran jenasah, lebih tepatnya tulang. Kenapa
tulang? Karena jenasah sudah dimakamkan 4-5 tahaun yang lalu, sehingga yang
tersisa hanya tulang saja, yang kemudian di Upacarakan ramai ramai. Tujuanya supaya
biaya murah, karena ditanggung 1 desa, yang terdiri dari beberapa keluarga. Info
yang saya dapat kalo sekali mengadakan Upacara Ngaben bisa menghabiskan dana
samapai Rp. 200 juta.
Sewa motor dari
penginapan, tarif Rp. 40.000/motor. Seharusnya Rp. 50.000, tapi berhubung sudah
sore dan Nusa Lembongan pulau kecil, jadi kami hanya sewa sebentar (4 jam).
Dari hasil nego dengan pemilik cuma bisa turun Rp. 10.000, alasan kami masih
harus isi bensin.
Isi bensin di
toko kelontong milik penduduk, 1 botol plastik air mineral (ukuran paling
besar) Rp. 12.000. Kami hanya beli 1 botol saja, share 2 motor, karena motor yang
1 tangki bensinnya sudah penuh.
Tujuan kami :
Nusa Ceningan.
Perjalanan
berliku liku lewat jalan perumahan penduduk. Disini ukuran jalan seukuran jalan
di gang kampung di Surabaya. Karena penduduk disini transportasinya motor.
Kami melewati
tempat prosesi pembakaran jenasah Ngaben, yang sudah habis tinggal abu saja.
Menurut info penduduk lokal, setelah ini jam 5 sore akan ada prosesi lagi,
pelarungan abu ke laut.
Di Nusa Lembongan
papan petunjuk arah kurang, jadi sangat mengandalkan insting, apalagi didaerah
yang tidak ada perumahan penduduk, cuma ada semak semak.
Kami bertanya
arah ke Nusa Ceningan ke penduduk lokal yang kami lewati. Yang ternyata hanya
mengikuti jalan lurus saja, tanpa belok. Saat pertigaan dan tidak tau jalan,
kami belok mengikuti motor lain. Naik motor sampai keliatan jembatan kayu
kuning, itulah jembatan penghubung Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.
Menyebrang
melalui jembatan ini, rata rata naik motor (tidak terlihat yang berjalan kaki) harus
bergantian. Bila berpapasan dengan motor lain, salah satu motor harus mengalah.
Ada apa di Nusa
Ceningan ?
Nusa Ceningan
hanya pulau kecil, disini hanya ada beberapa resort, temple, dan sarang burung
wallet. Tujuan kami sarang burung wallet.
Kami tidak punya
peta Nusa Ceningan, dan penduduk disini juga lebih sedikit, jadi orang yang
bisa ditanyai juga lebih sedikit. Jalanan di Nusa Ceningan juga banyak yang
rusak aspalnya. Benar benar seperti pulau kecil tidak berpenghuni. Kami naik
motor sampai ke sebuah resort (belum yang paling ujung), hampir ujung : Secret
Point Hut. Resort yang satu ini keren banget, tapi mungkin masih lebih bagus
resort yang ada disebelahnya (yang paling ujung).
Kami bertanya ke
petugas disini, yang ternyata sarang burung wallet, batu besar berlubang di tengahnya,
sarang burung didalam lubang. Yang cuma bisa dilihat siang hari – saat air
surut. So kita skip sarang burung wallet, karena kita masih harus naik motor
masuk terus ke ujung pulau.
Jadi kami kembali
ke Nusa Lembongan, ke tujuan selanjutnya Goa gala.
Ngapain disini?
Saya juga tidak tau, karena semua turis baik lokal maupun asing yang ke Nusa
Lembongan pasti ke gua ini, bahkan sudah diliput disalah satu stasiun TV
Indonesia.
Goa gala, bukan
goa (goa digunung atau di bukit), tapi rumah penduduk yang digali pelataran
rumahnya. Pemiliknya sekarang sudah meninggal, dilanjutkan anaknya.
Saya lupa nama
pemiliknya, hanya saja goa tersebut digali sejak ayahnya berusia 75 tahun,
selesai dibuat 15 tahun kemudian, saat berusia 90 tahun. Ayahnya meninggal
diusia 98 tahun. Dipelataran rumah ada patung ayahnya yang disembahyangi dan
ada foto serta cerita singkat tentang goa gala.
Info yang saya
dapat saat melihat siaran di TV, kalau ayahnya terinspirasi dari epik cerita
Mahabarata, yang mana Pandawalima hidup didalam gua.
Didalam goa gala,
seperti rumah kurcaci, turun kedalam dari atas, sangat curam, dan ada 4 buah
exit – tapi yang dibuka untuk umum hanya 2 saja. Ukuran goa tidak terlalu luas,
hanya saja menyenangkan untuk permainan mencari jalan keluar. Disini cuma ada 1
tempat yang agak lebar dan terang yang bisa dibuat untuk berfoto.
Sebenarnya cari
exit sangat gampang, cukup menegadah, bila terlihat ada lobang besar dengan
tangga batu disampingnya (tangga batu tidak sama seperti diBorobudur, tapi
mirip seperti pinggiran sumur yang ada batu turun ke bawah), ya itulah way out.
Ternyata masuk
kesini harus bayar, per orangnya Rp. 10.000. Waktu turun kebawah langsung aja
turun (mengikuti lampu), begitu keluar ditagih Rp 10.000.
Perjalanan
dilanjutkan kembali, seharusnya kami akan mengunjungi Coconut Hotel, best hotel
(dan mahal pastinya) di Nusa Lembongan. Tapi berhubung ada salah satu teman
yang naik motornya terlalu cepat, jadi naik motornya sampai kembali ke
penginapan. Kalau mau balik lagi, harus naik motor naik ke atas, dan saya
malas, karena jalan tidak terlalu bagus, tidak pake helm, dan jalan berdebu.
Selain itu tidak bisa jalan terhalang oleh prosesi Ngaben pelarungan abu ke
laut.
Jadi kami
putuskan untuk dinner. Bertanya ke penduduk sekitar, kami diarahkan ke Warung
Made. Disana hanya ada 1 orang turis asing sedang order menu. Kami pelanggan ke
-2. Yang selanjutnya disusul turis bule sekeluarga.
Harga menu disini
lumayan (harga +/- 15.000), meskipun lebih mahal dibandingkan dengan makan di
Denpasar, tapi lebih murah dibandingkan makan di penginapan. Makan dipenginapan
paling murah Rp. 40.000. Minum paling murah Rp. 10.000.
Kami pesan 3 nasi
putih (2 orang diet), 1 piring buah, 1 mangkuk sup asparagus, 1 piring cap cai,
1 piring omelet dan french fries, minum jus 1 gelas, 3 gelas teh, 1 gelas kopi.
Total 108.000. Kami juga bawa lauk sendiri, jadi tidak begitu banyak
pesanannya.
Langit sudah
gelap, kami melewatkan sunset. Mengembalikan motor ke penginapan, waktu sudah
jam 7 malam lebih. Karena saya sudah mengantuk, saya langsung tidur, walaupun
tidak bisa tidur.
Teman saya yang
lain menyusuri sepanjang pantai, jalan dari penginapan sampai ke Junggut batu.
Kata teman saya sejauh dia berjalan penginapan yang bagus hanya 2, yang paling
bagus sebelah Tarci Bungalow, saya lupa nama penginapannya kalo tidak salah
Segara...dan Tarci Bungalow.
Udara malam di
Nusa Lembongan sangat dingin, pesan room tanpa AC sudah cukup.
Batal sudah acara
saya pengen makan ice cream dipenginapan karena udara dingin.
Di penginapan ada
salah satu turis asing yang menyelenggarakan ulang tahun, konsepnya cozy,
pinggir pantai, remang remang, ditemani suara ombak, dan ada lagu dari Bar,
menu makanan prasmanan.
Boleh juga nih
bikin mini party disini, ide bagus.
Other's Photos:
Rumput Laut dibawah laut |
View Tarci Bungalow |
That’s all my 1st
day trip at Nusa lembongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar