Rabu, 01 Agustus 2012

Nusa Lembongan - Bali

Sabtu, 28 Juli 2012

Ini kali pertama ke Bali naik pesawat. Biasanya naik bis or travel.
Berhubung dapat promo tiket murah, jadi bisa ke Bali naik pesawat.
Flight dari Surabaya ke Bali hanya 55 menit. Board on time 05.15 WIB pagi.


Ini pertama kalinya saya mengalami sunrise in the sky, kira kira jam 05.30 WIB, matahari mulai terbit, perjalanan masih dipulau Jawa. Seakan akan langit ada garis lurus.

Yang paling bagus, kurang 15 menit dari jam landing, lokasi sudah hampir mencapai Bali. Matahari terbit dibalik awan (sudah terik), tapi berhubung awan tebal (mendung), jadi seakan akan matahari baru terbit, dibawah laut memantulkan cahaya matahari berwarna kuning.....keren.... TOP BGT.... Sayang saya photographer amatiran, kalo yang pro, pasti keren abis...

Nyampe Ngurah Rai, kudu jalan jauh (+/- 15 menit) untuk nyampe dipelataran parkir. Disepanjang perjalanan ke depan, dikanan kiri, banyak depot (tapi masih tutup belum ada yang buka), money changer, ATM.

Nyampe didepan, langsung mampir ke salah satu depot yang baru buka, mo sarapan dulu. Berhubung dari rombongan 3 orang vege, jadi kita cuma beli nasi putih aja, udah prepare lauk dari Surabaya. Harga nasi putih Rp. 6.000. Yang lain beli nasi campur (or apalah  namanya saya lupa), harga sepiring makanan Rp 18.000, harga minuman air mieral tanggung Rp. 3.000 (or 6 ribu yah, lupa - soalnya saya ga minum).

Habis makan mampir ke Alfamart, beli minum buat sangu sehari di pulau Nusa Lembongan. Karena menurut info hasil browsing di mbah google, kalo harga mamin di pulau mahal. Saya beli air mineral 1.5 liter harga Rp. 6.000.

Naik taxi dari Ngurah Rai, ga seperti Airport yang lain (pake tiket/karcis), tapi saya naik persis dari depan Alfamart, taxi Blue Bird (habis drop penumpang). Rencana mau naik Perama Bus ke Sanur, tapi ternyata tidak ada. Perama Bus hanya ada untuk dropping penumpang ke Airport, bukan naik dari Airport.

Ya udah, kita naik taxi pake argo ke Sanur. Perjalanan +/- 30 menit, argo Rp. 85.000. Didalem ditawarin naik taxi ke Sanur Rp 150.000 (edan, untung sudah tau kalo naik taxi ke Sanur ga bakalan lebih dari 100ribu, kalo ga bisa gondok abis).

Naik taxi turun di Jalan Hang Tuah (paling ujung) dekat pantai, saya bilang sama bapak sopir kalo mau beli tiket boat ke Nusa Lembongan, jadi diturunkan persis didepan loket. Masuk ke Sanur taxi bayar Rp. 3.000.

Saya beli tiket boat Rp. 60.000 (lama penyebrangan 30 menit), sekalian beli return dari Lembongan ke Sanur, receipt disimpan, buat bukti tiket boat kembali ke Sanur. Maunya sih beli tiket turun di Junggut Batu, tapi yang ke Junggut batu sudah penuh semua, boat yang tersedia turun di Mushroom Beach. Ya udah, meskipun kita nginap di Junggut batu, yang nota bene jauh abis dari Mushroom, tapi berhubung penginapan nyediain penjemputan, so It’s doesn’t matter for us.

Jangan lupa tanya jadwal boat dari Lembongan ke Sanur.
1 hari hanya ada 3x jadwal penyebrangan boat dari Busa Lembongan, jam 08.00, 10.30, 15.30 semuanya WITA. Dan kasih tau ke pihak boat jam penyebrangan besoknya, supaya bisa dikonformasi dengan pihak boat yang ada di Lembongan, kalo ga seat di jual ke orang.
Disamping loket ada toilet, masuk bayar Rp. 2.000.

Oh ya, di Nusa Lembongan tidak ada ATM, jadi mending ambil duit lebih daripada kekurangan uang di pulau.

Habis gitu kita disuruh nunggu di bale bale depan loket, nanti kalo mo board dikasih tau melalui megaphone.
Kira kira menunggu 15 menit, sudah dapat panggilan. Boat yang saya naikin namanya Paradise.
Sebelum board saya telpon dulu ke penginapan minta dijemput di Mushroom, kapal paradise, dan kasih tau juga lama jam penyebrangan.

Dari total penumpang, yang keliatan kalo turis lokal cuma kita ber-5 aja, sisa penduduk lokal. Disini kita kena delay, gara gara turis (orang latin, ga tau dari negara mana Spanyol, or Mexico), gau tau ilang ke mana, jadi kita semua nunggu mereka berdua.

Berhubung seat sudah penuh semua, (saya kebagian duduk dibelakang, teman yang lain duduk di muka dan tengah), tuh 2 turis (dengan rasa tidak bersalah, sudah bikin delay 10  menit) duduk di kursi plastik, diantara penumpang.

Finally, we board.
Boat melaju dengan kecepatan penuh, balapan sama boat yang ke Nusa Penida.
30 menit later, nyampe deh kita di Mushroom beach.
Nusa Lembongan bener bener keren, lautnya biru, bersih (sama sekali ga ada sampah), rumput lautnya keliatan.
Dari semua pantai yang pernah saya kunjungi, ini pantai yang paling best.

Nyampe dipantai, jemputan sudah menunggu. Kita menginap di Tarci Bungalow, harga semalam Rp. 200.000 (penjemputan gratis), PIC Bp Agus, 08123906300.
Penginapan di nusa Lembongan tidak banyak : http://www.walkaboutindonesia.com/tarci-bungalows.php

Untuk Tarci Bungalow, kamar sesuai dengan gambar yang terdisplay.
Fasilitas Tarci Bungalow:
  1. Penjemputan dari pelabuhan
  2. Bed 2 (1 double bed + 1 single bed), bisa muat sampe 4 orang per room
  3. Toilet dalam (tidak ada air panas).
  4. 1 buah Handuk
  5. AC + fan

High season Nusa Lembongan : Juli – September (orang bule) dan Desember.
Jarang turis lokal yang main ke Nusa Lembongan. Di Tarci Bungalow, turis lokal hanya kita saja, sisa turis asing. Menurut pegawai Nusa Lembongan, kebanyakan turis asing bule (turis asia jarang) yang menginap disana.

Di penginapan ini ada ayam cantik, yang sombongnya minta ampun.... susah banget mo fotonya.
Tapi ini pertama kalinya saya liat ayam kayak gini. Nih fotonya

Letak penginapan Nusa Lembongan semua di pinggir pantai, bagus kalo sunset. Best Sunset di Nusa Lembongan di Devil Beach.

Hari ini ada upacara Ngaben. Jalan ke desa ditutup, tidak bisa lewat, jadi kita putuskan untuk snokeling dulu.
Sampai penginapan, walaupun belum jam check in kita sudah bisa masuk ke kamar, room sudah tersedia. Penginapan kita letaknya persis didepan rumah pemilik Bp Agus.

Konsep penginapan Tarci nuansa pantai, jalan menuju ke kamar diberi pasir pantai. Didepan room ada tanaman, tersedia teras (2 kursi anyaman) plus jemuran handuk.

Tarif Snorkeling Rp. 75.000 (harga dari Bp Agus), fasilitas : kapal, google, jaket pelampung, kaki katak, snokeling di 3 tempat (padahal dengan P. Agus boleh snorkeling sampai sore, tapi sama nahkoda (ga tau mo nyebut apa ke supir kapal) dibatasi). Di blog milik orang lain bisa sampai 4 tempat. Kami snorkeling di 3 tempat : Mangrove, Wall bay, Mangrove (beda tempat), seharusnya di Gamat, tapi berhubung ga ada yang mau snokeling, cuma 2 orang aja, jadi batal ke Gamat.
Sebenarnya itinerary pertama mau ke Mangrove forest (hutan bakau), tapi berhubung air sedang surut, perahu yang kami tumpangi tidak bisa masuk kedalam. Untuk masuk ke dalam diperlukan air yang dalam (kalau tidak baling baling bisa tersangkut akar pohon), or sewa jukung disana.

Tempat Snorkeling Nusa Lembongan : Mangrove, Wall Bay, Gamat Bay, Crystal.
Di Nusa Lembongan juga tersedia Diving dan Surfing. Diving dan Surving biasanya bule.

Tempat pertama Mangrove, nice place, banyak ikan, karang juga bagus. Jauh lebih bagus dibandingkan dengan pulau Tidung (pulau seribu, di utara Jakarta). Disini arus tenang, view juga bagus, saya cuma berenang 30 menit saja, soalnya ga seru, yang berani mo turun cuma 2 orang.

So kita lanjut ke tempat selanjutnya : Wall bay.
Disini arus deras, ga usah berenang sudah ikut arus. Perahu tidak bisa berhenti, karena berbatasan langsung dengan karang Nusa Penida.
Saya baru tau kalo ternyata ikan berenang melawan arus, hebat banget. Angkat topi deh buat ikan kecil yang cuma 3 cm panjangnya bisa berenang melawan arus, saya yang nota bene lebih gede, plus ada kaki katak, berenang ga maju maju.

Pemandangan disini TOP BGT, sangat rekomendasi, must visit. Karang lebih bervariasi, ikan juga lebih banyak, lebih bervariasi, juga rada serem. Soalnya pemandangan hanya 1 meter dari karang, selanjutnya hitam, gelap, ga keliatan apa apa, dasar lautpun ga keliatan, saya segera berenang mendekati karang pinggi pulau Nusa Penida.

Semakin ke utara (ikut arus), pemandangan tidak begitu menakutkan, dasar laut terlihat, jauh dibawah, tapi terlihat berwarna putih, karang dan ikan juga bervariasi, pertama kali saya merasakan langsung, apa yang biasanya disiarkan di TV, sekarang ada didepan mata, absolutely DAEBAK...

Wall bay lebih bagus dibandingkan mangrove.
Lanjut ke next destintion. Mangrove again, tapi ditempat yang beda. Disini harus berenang menuju karang, tidak jauh setengah meter, soalnya karangnya persis didepan badan saya, perahu tidak bisa lewat karena baling baling perahu tidak memungkinkan lewat disana.

Disini saya bisa pegang karang langsung, bisa pegang ikan kecil yang berenang lewat didepan saya. Memang pemandangan kalah dengan Wall bay, tapi sensasi yang didapat juga beda. Bule suka berenang ditempat ini.

Kami hanya snorkeling sebentar, total +/- 3 jam.
Kembali ke penginapan, mandi, ngemil, ngobrol ngobrol.

Jam 4 kami melanjutkan jalan darat, prosesi Upacara Ngaben sudah selesai, jam 11.00 sampai jam 3. Sekarang sedang pembakaran jenasah, lebih tepatnya tulang. Kenapa tulang? Karena jenasah sudah dimakamkan 4-5 tahaun yang lalu, sehingga yang tersisa hanya tulang saja, yang kemudian di Upacarakan ramai ramai. Tujuanya supaya biaya murah, karena ditanggung 1 desa, yang terdiri dari beberapa keluarga. Info yang saya dapat kalo sekali mengadakan Upacara Ngaben bisa menghabiskan dana samapai Rp. 200 juta.

Sewa motor dari penginapan, tarif Rp. 40.000/motor. Seharusnya Rp. 50.000, tapi berhubung sudah sore dan Nusa Lembongan pulau kecil, jadi kami hanya sewa sebentar (4 jam). Dari hasil nego dengan pemilik cuma bisa turun Rp. 10.000, alasan kami masih harus isi bensin.
Peta Nusa Lembongan

Isi bensin di toko kelontong milik penduduk, 1 botol plastik air mineral (ukuran paling besar) Rp. 12.000. Kami hanya beli 1 botol saja, share 2 motor, karena motor yang 1 tangki bensinnya sudah penuh.

Tujuan kami : Nusa Ceningan.
Perjalanan berliku liku lewat jalan perumahan penduduk. Disini ukuran jalan seukuran jalan di gang kampung di Surabaya. Karena penduduk disini transportasinya motor.
Kami melewati tempat prosesi pembakaran jenasah Ngaben, yang sudah habis tinggal abu saja. Menurut info penduduk lokal, setelah ini jam 5 sore akan ada prosesi lagi, pelarungan abu ke laut.

Di Nusa Lembongan papan petunjuk arah kurang, jadi sangat mengandalkan insting, apalagi didaerah yang tidak ada perumahan penduduk, cuma ada semak semak.

Kami bertanya arah ke Nusa Ceningan ke penduduk lokal yang kami lewati. Yang ternyata hanya mengikuti jalan lurus saja, tanpa belok. Saat pertigaan dan tidak tau jalan, kami belok mengikuti motor lain. Naik motor sampai keliatan jembatan kayu kuning, itulah jembatan penghubung Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.

Menyebrang melalui jembatan ini, rata rata naik motor (tidak terlihat yang berjalan kaki) harus bergantian. Bila berpapasan dengan motor lain, salah satu motor harus mengalah.

Ada apa di Nusa Ceningan ?
Nusa Ceningan hanya pulau kecil, disini hanya ada beberapa resort, temple, dan sarang burung wallet. Tujuan kami sarang burung wallet.

Kami tidak punya peta Nusa Ceningan, dan penduduk disini juga lebih sedikit, jadi orang yang bisa ditanyai juga lebih sedikit. Jalanan di Nusa Ceningan juga banyak yang rusak aspalnya. Benar benar seperti pulau kecil tidak berpenghuni. Kami naik motor sampai ke sebuah resort (belum yang paling ujung), hampir ujung : Secret Point Hut. Resort yang satu ini keren banget, tapi mungkin masih lebih bagus resort yang ada disebelahnya (yang paling ujung).

Kami bertanya ke petugas disini, yang ternyata sarang burung wallet, batu besar berlubang di tengahnya, sarang burung didalam lubang. Yang cuma bisa dilihat siang hari – saat air surut. So kita skip sarang burung wallet, karena kita masih harus naik motor masuk terus ke ujung pulau.

Jadi kami kembali ke Nusa Lembongan, ke tujuan selanjutnya Goa gala.
Ngapain disini? Saya juga tidak tau, karena semua turis baik lokal maupun asing yang ke Nusa Lembongan pasti ke gua ini, bahkan sudah diliput disalah satu stasiun TV Indonesia.

Goa gala, bukan goa (goa digunung atau di bukit), tapi rumah penduduk yang digali pelataran rumahnya. Pemiliknya sekarang sudah meninggal, dilanjutkan anaknya.
Saya lupa nama pemiliknya, hanya saja goa tersebut digali sejak ayahnya berusia 75 tahun, selesai dibuat 15 tahun kemudian, saat berusia 90 tahun. Ayahnya meninggal diusia 98 tahun. Dipelataran rumah ada patung ayahnya yang disembahyangi dan ada foto serta cerita singkat tentang goa gala.
Info yang saya dapat saat melihat siaran di TV, kalau ayahnya terinspirasi dari epik cerita Mahabarata, yang mana Pandawalima hidup didalam gua.

Didalam goa gala, seperti rumah kurcaci, turun kedalam dari atas, sangat curam, dan ada 4 buah exit – tapi yang dibuka untuk umum hanya 2 saja. Ukuran goa tidak terlalu luas, hanya saja menyenangkan untuk permainan mencari jalan keluar. Disini cuma ada 1 tempat yang agak lebar dan terang yang bisa dibuat untuk berfoto.

Sebenarnya cari exit sangat gampang, cukup menegadah, bila terlihat ada lobang besar dengan tangga batu disampingnya (tangga batu tidak sama seperti diBorobudur, tapi mirip seperti pinggiran sumur yang ada batu turun ke bawah), ya itulah way out.

Ternyata masuk kesini harus bayar, per orangnya Rp. 10.000. Waktu turun kebawah langsung aja turun (mengikuti lampu), begitu keluar ditagih Rp 10.000.

Perjalanan dilanjutkan kembali, seharusnya kami akan mengunjungi Coconut Hotel, best hotel (dan mahal pastinya) di Nusa Lembongan. Tapi berhubung ada salah satu teman yang naik motornya terlalu cepat, jadi naik motornya sampai kembali ke penginapan. Kalau mau balik lagi, harus naik motor naik ke atas, dan saya malas, karena jalan tidak terlalu bagus, tidak pake helm, dan jalan berdebu. Selain itu tidak bisa jalan terhalang oleh prosesi Ngaben pelarungan abu ke laut.

Jadi kami putuskan untuk dinner. Bertanya ke penduduk sekitar, kami diarahkan ke Warung Made. Disana hanya ada 1 orang turis asing sedang order menu. Kami pelanggan ke -2. Yang selanjutnya disusul turis bule sekeluarga.

Harga menu disini lumayan (harga +/- 15.000), meskipun lebih mahal dibandingkan dengan makan di Denpasar, tapi lebih murah dibandingkan makan di penginapan. Makan dipenginapan paling murah Rp. 40.000. Minum paling murah Rp. 10.000.

Kami pesan 3 nasi putih (2 orang diet), 1 piring buah, 1 mangkuk sup asparagus, 1 piring cap cai, 1 piring omelet dan french fries, minum jus 1 gelas, 3 gelas teh, 1 gelas kopi. Total 108.000. Kami juga bawa lauk sendiri, jadi tidak begitu banyak pesanannya.

Langit sudah gelap, kami melewatkan sunset. Mengembalikan motor ke penginapan, waktu sudah jam 7 malam lebih. Karena saya sudah mengantuk, saya langsung tidur, walaupun tidak bisa tidur.

Teman saya yang lain menyusuri sepanjang pantai, jalan dari penginapan sampai ke Junggut batu. Kata teman saya sejauh dia berjalan penginapan yang bagus hanya 2, yang paling bagus sebelah Tarci Bungalow, saya lupa nama penginapannya kalo tidak salah Segara...dan Tarci Bungalow.
Udara malam di Nusa Lembongan sangat dingin, pesan room tanpa AC sudah cukup.
Batal sudah acara saya pengen makan ice cream dipenginapan karena udara dingin.

Di penginapan ada salah satu turis asing yang menyelenggarakan ulang tahun, konsepnya cozy, pinggir pantai, remang remang, ditemani suara ombak, dan ada lagu dari Bar, menu makanan prasmanan.
Boleh juga nih bikin mini party disini, ide bagus.

Other's Photos:
Rumput Laut dibawah laut

View Tarci Bungalow
That’s all my 1st day trip at Nusa lembongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar