Senin, 06 Agustus 2012

Bali trip


Karena mata saya ngantuk banget, jadi saya ngeblog perjalanan hari ke 2 di bali.

Minggu, 29 Juli 2012

Karena sudah beli tiket return ke Sanur, jadi kita ga perlu pagi pagi datang ke Junggut Batu. Skedul keberangkatan boat paling pagi jam 8 pagi, jam setengah 7 pagi, kita sudah siap.

Pagi hari di penginapan, sudah ada beberapa turis yang jogging di pantai, berenang mengejar ombak, ombak di sini lebih besar dibandingkan ombak di pantai kuta.
Ada yang sekedar duduk duduk menikmati pagi atau sekedar memotret pantai Lembongan di pagi hari.

Nusa Lembongan sama sekali tidak bisa merasakan sun rise, pagi hari sama sekali tidak ada aktivitas. Benar benar tempat yang cocok untuk menyendiri.
Jam setengah 7 pagi matahari masih belum kelihatan, keadaan langit cenderung mendung.

Karena sopir kapal sedang mengadakan upacara, jadi pihak hotel tidak bisa mengantarkan kami ke Junggut Batu, jadi kami putuskan untuk jalan kaki ke Junggut Batu.

Banyak kapal nelayan merapat, para istri membantu suami mengambil hasil tangkapan ikan. Karena hari minggu, banyak anak kecil yang bermain disepanjang jalan, ada yang membantu orang tua menjemur rumput laut.
Rumput laut disini tidak bisa langsung dimakan tapi harus dioleh dulu. Info dari sopir kapal kalau rumput lautnya diekspor ke Jepang.

Dari penginapan jalan kaki pelan pelan sambil menikmati pagi kira kira perlu waktu 15-20 menit. Penginapan penginapan sedang berbenah, menyapu pasir pantai didepan penginapan, bersih bersih.

Semakin mendekati Junggut Batu, tempat pemukiman penduduk, jalan berpasir sudah tidak ada, para penduduk – perempuan menunggu suaminya pulang dari laut.

Sampai di pelabuhan Junggut Batu (dekat or sebelah pura Segara) kondisi sudah ramai oleh  penumpang yang akan kembali ke Sanur.
Disini saya beli air panas (di Nusa Lembongan tidak ada yang gratis) harga Rp 1.500 (untuk bikin cereal), sarapan pagi saya ngemil biscuit.
Ada warung kecil persis disebelah loket tiket boat. Diwarung menjual nasi, mie, snack (saya kurang tau harganya karena tidak minat beli barang disini).

Sampai di Junggut Batu kapal sudah penuh, tapi karena kami punya tiket return dan kami minta jam 8 pagi, jadi kami bisa dapat seat. Begitu kami tiba, seat penjualan boat untuk jam 8 ditutup – alias sold out.

Jam 8 kurang 10 menit, boat dari Sanur datang, setelah menurunkan penumpang, jam 8 kami sudah dipersilahkan naik boat.
Kali ini saya duduk didepan, disamping sopir boat. Saya lupa nama boatnya, tapi kata teman saya lebih bagus dari boat yang kami naiki kemarin.
Ombak hari ini juga lebih tenang dibadingkan kemarin (kemarin cuaca juga bagus, cerah, hanya saja pagi ini lebih tenang).
Matahari di Pantai Sanur

Jam setengah 9 lebih kami sampai di Sanur. Menikamti Sanur sejenak, sambil belanja sedikit oleh oleh. Belanja pagi hari berdasarkan pengalaman saya di pantai kuta yang lalu, harga yang diberikan penjual lebih murah. Pilih toko yang baru buka, yang barang barangnya belum selesai di display, biasanya bisa dapat potongan banyak.

Disini kami borong sandal jepit – batik 10 pasang, baju bali anak anak, celana pantai, topi, yang harganya setelah kami tawar, masih lebih murah dari Krisna (pusat oleh oleh Bali). Win win solutionlah, kita hepi yang jual juga hepi, soalnya kita belinya banyak.

Jam 9 kami naik taxi ke Vihara Budha Maitreya (wilayah Denpasar).
Alamat : Jl Gunung Soputan 88X
Taxi blue bird, tarif ga sape Rp. 50.000 (mungkin Rp. 47.000 an), tapi saya bayar Rp. 50.000.
Vihara yang satu ini keren banget, seluruh dindingnya diukir, lantai 1-2. Pengukirnya aja mengukir selama 2 tahun. Bulan September 2012 ini akan diresmikan.

Pilar utama dipintu masuk altar terdapat ukiran naga air.
Lantai 1 vihara, ada altar sembahyang untuk Budha Maitreya, Sakyamuni (Sidharta Gautama), Avalokitesvara (kwan Im) dan Kwan Kong. Disepanjang dinding luar altar lantai 1 ada ukiran perjalanan hidup Sang Budha (Sidharta Gautama).
Ukiran sangat detail dan jelas, ukiran dedaun-an, ranting pohon juga terlihat jelas.

Naik ke lantai 2, altar utama. Dinding disamping tangga ke Lantai 2, terdapat ukiran Budha Maitreya, yang pengukirnya selama mengukir Budha Maitreya tidak makan daging, alias vegetarian.
Pilar utama di depan altar ini terdapat ukiran naga api.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11, kami mencari rumah makan vegetarian dekat vihara, akan tetapi rumah makan tersebut tutup, dan info dari pelayan restoran sebelah tidak ada rumah makan vegetarian lain. Ya sudah kita makan di warung aja.
Yang non vege, pesan nasi campur (yang jualan orang banyuwangi), yang vege pesan nasi putih Rp. 3.000, makan lauk yang kami bawa.

Jam 12 siang, kami sudah akan dijemput Bali Sari Tour. Kami akan rafting di Ayung, Ubud, web : http://balitourmurah.com/ayung-rafting-ubud-rafting/
Tarif Rafting Rp. 230.000 per orang (Beginner).
Fasilitas : Penjemputan dan penghantaran, handuk, makan setelah rafting.
Diperlukan uang muka 50% sebelumnya.

Mobil penjemputan Suzuki APV, sopir ramah menjelaskan tentang Bali. Perjalanan dari Gunung Soputan ke Ayung, Ubud memerlukan waktu 1 jam.
Sepanjang perjalanan saya memanfaatkan waktu untuk tidur (hemat energi untuk rafting).

Jam 1 lebih kami sampai dilokasi, yang ternyata disawah sawah, dibelakang makam.
Tempatnya sepi sekali, petugas rafting belum datang.
1 hari hanya ada rafting 2kali, pagi (penjemputan jam 8 pagi) dan siang (penjemputan jam 12 siang).

10 menit kemudian petugas datang, saya melengkapi form isi nama, dll (untuk kepentingan asuransi), membayar sisa  biaya rafting 50%. Setelah itu kami memilih pelampung, helm dan diberi dayung.

Ternyata kami belum boleh turun, masih harus menunggu petugas yang lain, karena ada 2 orang turis asing ikut rafting.
Finish all, kita sama sama turun kebawah.

Alamak tangga turun kebawahnya banyak kali 400 lebih kayaknya…belum apa apa dah gempor dulu.

Sampai dibawah ternyata harus tunggu lagi, ada tambahan 4 turis asing yang mau rafting. Kita berangkat harus sama sama, tujuannya kalau ada apa apa diperjalanan ada perahu lain yang bias membantu.

Karena kita ber 5 + 2 bule + 4 tambahan + 3 instruktur = 14 orang, jadi berangkat 3 boat.

Disini ada sedikit insiden. Karena masih harus menunggu peserta rafting yang lain, jadi kami hanya duduk duduk dibawah. Disini ada 2 buah batu besar, saya duduk dibatu ini sambil tiduran menghadap langit.

Udara sejuk, ditemani suara air mengalir, kiri kanan pohon hijau, what a wonderful place. Karena tempat yang bagus saya jadi pengen mengabadikan momen bagus, karena banyak bebatuan dan air mengalir, bagus sekali.

Dari tempat saya berdiri hasil foto kurang maksimal, jadi saya pindah ke batu sebelahnya. Setelah selesai potret sana sini, kembalilah saya ke posisi semula. Nah disinilah terjadi insiden.

Untuk kembali saya harus melalui satu baru datar yang lebar dan saya sudah lewat batu ini 3 kali. Untuk kali yang ke 4 saya tidak lewat sebelah kiri batu, tapi saya langsung melangkah kedepan, and you know what, ternyata permukaan tidak rata, tiba tiba saja permukaan yang saya pijak amblas ke bawah. Ternyata disana pasir tidak padat, langsung aja kecebur, ga tanggung tanggung sampai dada.

Kaget, of course, langsung tangan yang pegang kamera saya naikkan ke atas. Kamera saya Sony Cybershot DSC W55 (kamera jadul banget). Begitu saya naik keatas, saya coba bisa nyala ga, ternyata masih bisa, ok, dipake ngeklik foto juga bisa, setelah itu hang, kamera off, lensa tidak bisa masuk kedalam, LCD mati pet.
Pelajaran kalau barang elektronik kemasukkan air, jangan langsung dinyalakan bisa konslet partisi didalamnya, tunggu sampai kering baru dinyalakan kembali.
Pertama tama yang saya lakukan, selamatkan memory card dan baterai.

Ya udah, berhubung memang rencana mau ganti kamera, jadi rusak juga ga begitu sakit hati. Ternyata 2 hari setelahnya saya charge baterai full, lalu saya pasang dikamera saya, and ajaib, nyala, bisa dipakai seperti sedia kala, kecuali ga bisa display gambar yang sudah diambil. Bukan bermaksud promosi, tapi kayaknya kamera Sony – oke. Saya beli kamera Sony lagi (bukan branded, tapi saya suka gambar dan warna plus menu kamera Sony, dibandingkan merk lain, hasil juga lebih bagus, sudah saya buktikan (perbandingan dengan kamera Lumix dan Canon), tapi jangan dibandingkan sama kamera SLR lho.

Karena peserta yang lain kagak nongol nongol, kita ber lima berangkat. Sebelumnya dikasih briefing singkat sama coach kita – Sule, namanya. Cara pegang dayung, dan apa yang harus dilakukan selama rafting.

Info dari Sule, saat ini kurang bagus untuk rafting, karena ketinggian air dibawah 20cm (ga tau ukuran 20 cm itu diukur dari mana). Paling bagus rafting saat ketinggian air 50cm, kalau 60 cm itu bahaya, arus deras. Ketinggian 50cm itu saat musim hujan.

Perjalanan 5 km, lama perjalanan rafting 2 jam, dan ada 2 titik poin pemberhentian, 2 tempat stop untuk berenang (kalo mau – info dari Sule air tidak dalam, jadi aman dipakai berenang) plus 1 tempat istirahat (ada warung kecil).

Titik poin pertama, tembok ukiran Ramayana – diukir tahun 1970 an. Kira kira  sepanjang 500 meter ada ukiran di sepanjang tembok sungai. Didekat sini ada penduduk lokal yang nakal, menambang pasir secara illegal.

Titik point yang ke dua, air terjun, sempatkanlah untuk berforo ria disini. Air terjun mini, tapi bagus, airnya deras sekali.

Bagi yang tidak bisa berenang saya sarankan tidak usah berenang, memang dipermukaan air tampak tenang, akan tetapi dibawah ada arus air, jadi bisa hanyut.

Sepanjang sungai ada beberapa resort yang mahal, dan hanya ada 1 rwesort yang menurut saya TOP BGT, yang pasti bayarnya pake USD. Bagus banget, pemadangannya cocok dengan Ubud, letak resort hijau-banyak pohon, ada aliran sungai dibelakangnya. Minggu lalu ada couple dari USA menyelenggarakan pernikahan di resort ini (saya lupa nama resortnya).

Kami berhenti disatu point (ada warung), tapi harganya alamak…… selangit. Masa kopi segelas harganya sampe 30.000, semua minuman 30 ribu.
Batal deh acara saya minum degannya.

Kira kira jam 5 sore kami sampai di tujuan. Untuk naik keatas harus naik anak tangga, yang menurut saya lebih banyak dibandingkan dengan anak tangga yang saya turuni sebelumnya.

Sampai diatas, kami diberi handuk untuk mandi, tempat mandinya seperti di kolam renang, tapi tirainya cuma kain bali yang tipis, jadi ga pede mandinya.
Setelah mandi kami makan, (fasilitas rafting), menu ala kadar 5 macam menu (1 macam sup), kerupuk, plus air putih.

Selesai makan, kami memberikan tips rafting ke Sule Rp. 100.000 (kebanyakan ga yah…), lalu kami diantarkan kembali ke Hotel Tune – Legian oleh bali Sari Tour.

Ini pertama kalinya saya menginap di Tune hotel. Hotel bagus, gambaran ruangan persis seperti apa yang saya lihat diinternet. Kasur Ok, toilet OK, nice to try.

Selesai check in (ada deposit key Rp. 15.000 per room, dikembalikan saat check out), kami lanjut naik taxi ke Krisna – Kuta, Rp. 25.000
Belanja belanji, snack, baju, topi, tas, etc, murah murah…

Kembali kami naik taxi ke kuta, pijat – soalnya besok senin mo kerja, jadi persiapan supaya ga gempor gempor amat.
Massage full body, Rp. 70.000 (1 jam)
Refleksi Rp. 25.000 (30 menit)

Jam 23.30 kami naik taxi balik ke hotel, Rp. 22.000. Ini kali pertama kali saya merasakan jalan Legian sepi, ga banyak orang yang berlalu lalang, turis lokal or bule jarang, dari jam 8 malam yang biasanya padat oleh pejalan kaki, tidak tampak kerumunan orang.

Next day….

Saya kurang bisa tidur, jam setengah 5 pagi sudah bangun, mandi, lalu ke receptsionis minta ditelponkan taxi (karena taxi datang +/- 15-20 menit).
Jam setengah 6 berangkat ke Ngurah Rai, perjalanan tidak macet – argo Rp. 50.000.

Jalan kaki masuk ke terminal jauuuhhh banget, rasanya lebih jauh dibandingkan saat kedatangan. Karena naik Air asia, sudah check in, jadi kami langsung ke gate.
Bayar airport tax Rp. 40.000

Waiting room, sama  seperti bandara Polonia – Medan. Hanya saja di sini sudah banyak depot berjualan makanan, plus merchandise. Ada 4 komputer yang bisa dipakai untuk online. Kayaknya Ngurah Rai ga free duty shop, barang barangnya mahal..

Board on time, didalam flight ada penumpang yang ulangtahun, dikasih surprise oleh Airasia, pake topi ultah dan ada cake tart, plus foto foto dengan crew pesawat.

Saya jadi suka terbang pagi hari, saat berangat (hari Sabtu) saya mendapatkan pemandangan sunrise, saat landing hari ini saya disuguhkan pemandangan gunung yang keren....

I Like my flight, my trip, my journey, short but meaningful.
See you at my next trip...China, wait for me...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar