Jumat, 27 April 2012

Pengalaman kena Tilang


Mau share aja tentang pengalamanku kena tilang bulan lalu.

Kejadiannya Sabtu, 31 Maret 2012, waktu itu nganter mama ke pasar dekat rumah. Yah...taulah ke pasar, jadi ala kadarnya, toh juga bukan baru pertama kalinya.
Mama ga pake helm, aku ga bawa SIM, STNK, plus ga bawa duit sama sekali (yang ini jangan ditiru).
Dengan rasa males (maklum mata masih rada merem, habis liat drama korea The Moon that Embrance the Sun, recommend serial), belum mandi berangkatlah ke Pasar.
Perjalanan berangkat lancar lancar aja, smua seperti biasanya,

Nah, pas jalan pulang, memang ada tanda dilarang belok (satu arah – sudah bertahun tahun tandanya ada disana, karena setelah itu ada belokan lagi, maksudnya supaya menghindari tabrakan), tapi berhubung lokasi diperumahan elite (yang lewat jarang) and masih pagi, ditambah lagi sudah sering melanggar (ratusan kali mungkin), plus banyak orang yang melanggar, daripada muter jauh, maksud hati hemat BBM (maklum isi pakai Shell, mahal), beloklah diriku di tikungan itu.

Setelah belok ditikungan selanjutnya, lha koq ada pak polisi berdiri langsung kasih aba aba berhenti. Ada 2 polisi (naik mobil), yang satu stand by di mobil, ada pengendara lain yang melanggar, yang satunya nyetop pelanggar.

Berhentilah diriku disana, ditanya sama Bapak Polisi, surat SIM dan STNK, dengan jujur ku jawab, “ga bawa pak”.
“Kalo ga bawa, motornya harus dibawa ke kantor” kata pak polisi.
Trus aku bilang, “bentar pak, saya pulang dulu ambil surat, dekat koq rumah saya, biar mama saya tunggu disini.”
(Untung bawa penumpang, lha kalo sendiri kan berabe, sudah ga ada surat, tak bawa duit pula).

Pulanglah diriku, ambil surat SIM, STNK, duit, pas itu cuma ada 31.000 di dompet.
Kembali ke tempat Bapak polisi, bapak polisi yang nyetop barusan, duduk di pinggir jalan, yang satunya lagi di mobil (bagian tengah).
Saya diarahkan ke pak polisi yang ada di mobil.
“Gimana nih mbak, mau ditilang atau mau titip saya saja. Mbak melakukan 2 pelanggaran, tidak membawa surat dan melanggar rambu lalu lintas.”
“1 pelanggaran 50.000, 2 pelanggaran 100.000”.

Yah, mana cukup duit cuma 31.000, didompet mama cuma ada 20.000.
Aku  mikir, bukannya orang orang bilang kalo kena tilang polisi biasanya ngasih duit cuma 20.000, lha koq ini mahal amat 100.000 (maklum belum pernah kena tilang).

Yah udah saya minta ditilang saja sama pak Polisi. “Tilang aja pak.”
Lha polisinya koq sewot, trus saya disuruh ke pak polisi yang duduk dipinggi jalan.
Aneh juga, tadi bukannya ada pelanggar lain, dan dilayani sama pak polisi itu, kenapa saya diarahkan ke polisi yang satunya lagi.
Didalam mobil polisi itu juga ada surat tilang, ada beberapa surat tilang (semuanya SIM).

Yah, udah ditulislah data diri, trus saya baca surat tilangnya sebelum tanda tangan, Sidang di Jln Arjuno tanggal 20 April, (lama amat yah, belakang baru tau memang proses nya 3 minggu. Mungkin ngasih kesempatan pak polisi dapet duit ceperan, sapa tau ada yang mau nebus sebelum sidang), yah udah tanda tangan, disurat tilang sebelah kanan atas, diberi tanda silang 3 kali.

Saya diberi lembaran warna merah (lembar pertama).

Setelah itu browsing diinternet tentang pasal pasal kalo melanggar lalu lintas.
Astaga...., mahal amat, 1 pelanggaran 250.000, kalo 2 pelanggaran 500.000 dong. Tulisan pak polisinya ga jelas, saya melanggar pasal berapa.
Sudah mikir tuh, apa ga usah ditebus aja ya SIMnya, buat SIM baru aja, harganya ga sampe 500.000.

Browsing browsing tentang surat tilang. Kalo kena tilang ternyata ada 2 surat.
Lembar pertama – warna merah, artinya, tidak mengakui kesalahan, dan bersedia mengikuti sidang.
Lembar ke 2 – warna biru, artinya, mengakui kesalahan dan membayar tilang di Bank yang ditunjuk, kalo ga salah bank BRI.
Kalo ga mau sidang dan ditilang, tapi surat ga ditahan, pakai lembar ke 2, setelah transfer di ATM, kembali ketempat polisi, surat SIM/STNK dikembalikan (ditukar dengan struk ATM).

Atau bisa juga pakai alternatif lain. Keesokan harinya ambil SIM/STNK di kantor polisi tempak polisi itu ngantor. Biasanya disurat tilang ada tulisan, polisi sektor mana, dan biasanya tidak jauh dari lokasi tilang. Saran dari teman saya begitu.

Besoknya, saya titip orang kantor dan saya bawakan duit 100.000 ambil dipolsek. Ternyata menurut polisi yang jaga, surat tilang saya masih belum diserahkan ke kantor, dan polisi tersebut tidak bisa bantu karena, dipojok kanan atas ada tanda silang 3 kali. Ditanya arti silang itu apa, pak polisi itu tidak menjelaskan, hanya menyarankan untuk ikut sidang saja, dan harus hadir, jangan diwakilkan, dan patuh dengan hakim.

Yah udah, saya pasrah aja. Sambil browsing pengalam orang lain kena tilang polisi.
Ternyata ada orang yang pernah kena tilang tapi ga ikut sidang, tapi ambil diloket, yah udah saya ikut aja.

Tanggal 20 berlalu (hari Jum’at). Sidang tilang pasti dilakukan pada hari Jum’at, dan hanya sampai jam 11.30 (karena hari Jum’at ada sholat Jum’at).
Hari Seninnya saya bawakan uang 250.000 dan surat tilang ke orang kantor, minta tolong diambilkan SIM.

Sampai dipengadilan, tanya bapak satpam, ternyata kalo sudah lewat dari tanggal sidang, dokumen sudah dilimpahkan ke Kejaksaan. Oleh Bapak satpam diberitahu, lain kali kalo ga mau ikut sidang, datang aja jam 1 siang, ambilnya diloket, ga usah ikut sidang. Jadi ga perlu antri sidang, langsung bayar denda dan ambil suratnya.

Teman saya tanya apa arti tanda silang 3 x itu, kata bapak satpam, berarti  melawan bapak polisi. Aneh deh, polisi sewot, kasih tanda silang 3 x (kagak dapet duit solanya hehehehe).

Berangkatlah teman saya ke Kejaksaan Sukomanunggal. Disana ada loket khusus untuk tilang. Hanya menyerahkan surat tilang, trus dipanggil, bayar denda 71.000 langsung dapet dah SIMnya (prosesnya cepat ga sampe 5 menit).
Menurut sopir sopir yang ada disana, tilang yang sudah lewat dari tanggal sidang tarifnya untuk sepeda motor = 71.000, mobil = 91.000, apapun pelanggarannya.
Kalo mau murah ambil sesudah jam sidang dipenggadilan, diloket belakang, hanya membayar 31.000.

Gila, tuh polisi kemaruk amat, minta sampe 100.000, bayar dikejaksaan aja cuma 71.000, apalagi kalo bayar diloket pengadilan cuma 31.000.

Next, kalo kena stop polisi, max yang saya bayarkan 20.000-30.000, lebih dari itu .... NO WAY...., tilang aja deh....
Tapi amit amit dah, jangan sampe kena tilang lagi, ntar track record di polisi jelek.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Mbak,, itu maksudnya kalau ga mau datang sidang tilang, ambil dokumen sitaannya di loket setelah jam sidang itu tetap di hari & tanggal waktu sidang yang dijadwalkan ke kita kan ya??

Unknown mengatakan...

@ Dinda, iya datang stlh jam sidang berakhir ke loket bayar denda tilang di pengadilan, pada tgl sidang.

Wijayaagus22 mengatakan...

mw nanya kak. kemarin saya abis kena tilang juga, itu karena teman saya yang saya bonceng tidak bawa helm. ya sudah deh,stnk nya diambip sama polisinya.. yang saya mau tanyakan , siapa yang harus datang ke pengadilan untuk nebus ntu stnk,saya atau teman saya?? trimakasih sebelumnya kak..

Unknown mengatakan...

@wijaya Agus
Sebaiknya yang namanya tertera di STNK yang ambil. Sebenarnya siapapun bisa ambil. Tapi untuk jaga jaga saja siapa tau data diri dicocokkan.

Posting Komentar