Kamis, 31 Mei 2012

South Korea Trip - Day 3


Sabtu, 19 Mei 2012

Gyeongbokgung Palace – Gwanghwamun Square – Nanta Show – Namsan Tower

Last day at Korea. Entah mengapa saya tidak begitu bersemangat menulis perjalanan saya kali ini, entah karena trip tidak menyenangkan atau karena saya malas menulis.

Kami check out jam 8 pagi, titip bagasi, sarapan pagi. Lalu lanjut naik subway menuju ke Gyeongbokgung Palace. Naik subway turun persis didepan istana. Exit sudah berada didalam istana. Sepertinya saya sampai istana jam 10 kurang. Sudah banyak turis berdatangan, banyak rombongan tur disini.

Sepanjang mata memandang tidak ada bagus bagusnya istana yang satu ini. Jauh bila dibandingkan dengan Grand palace di Bangkok or kalah jauh bila dibandingkan Istana terlarang di Beijing. Mungkin seharusnya berkunjung ke Changdeokgung Palace lebih bagus (tempat syuting Rooftop prince di istana ini).

Kami sampai disini hampir jam 10 pagi, dan sepertinya akan dimulai upacara pergantian shift penjaga gerbang istana. Maka saya mengantri dibarisan paling depan (upacara berlangsung dipelataran depan, sebelum masuk ke dalam istana), supaya bisa melihat acara pergantian.
Hari ini menurut perkiraan cuaca, Seoul cerah, matahari terik. Dan it’s true, matahari terik, jadi agak malas mengikuti upacara, tapi saya tetap berdiri disana, walaupun panas.

Ada seseorang dengan kostum kerajaan menabuh genderang 3 kali (letak genderang dekat dengan loket tiket masuk), lalu masuklah pasukan dengan berbagai alat musik kuno dari samping loket tiket.
Mereka berbaris 2 baris sambil memainkan alat musik, kemudian berjalan sambil memainkan alat musik dan berbaris disamping, yaitu didepan saya. So kalau mau lihat pertunjukkan pastikan baris didepan pelataran.

Setelah pasukan musik masuk dan baris disamping, dari sekian orang ( +/-20 orang) hanya ada 1 orang saja yang masih muda dan cakep hehehe. Kemudian penabuh genderang kembali menabuh genderang 3 kali. Setelah itu pasukan musik kembali memainkan alat musik, dan masuklah penjaga gerbang dengan membawa bendera.

Pasukan terbagi menjadi 2 baris, yang mengikuti aba aba komandan, saya tidak mengerti aba abanya. Sepertinya aba aba untuk ganti formasi barisan.
Setelah selesai ganti formasi (+/- 5 menit), kemudian pasukan musik kembali memainkan alat musik dan semua pasukan bendera berbaris menuju ke gerbang istana untuk berjaga di depan - Gwanghwamun gate.
Sedangkan pasukan musik kembali ke tempat semula or ke belakang layar gitu lah...
Berdasarkan info yang saya dapatkan changing guard setiap 2 jam sekali, dan hanya ada 3 kali pertunjukkan dalam 1 hari.

Setelah itu kami masuk ke dalam istana.
Menurut saya yang namanya istana itu, yah...... kayak keraton di Yogya gitu, cuma desain bangunannya ga sama (soalnya istana ini sudah ada sejak abad ke 14 – kalo ga salah inget). Ada tempat duduk baginda raja, yang forbidden to enter, lalu ada baluring istana, tempat raja meeting sama mentri mentrinya.
Grand Palace – Bangkok, lebih indah, mungkin karena konsep bangunannya lebih modern yah... next saya bandingkan dengan Forbidden Palace di Beijing – for my next trip.

Karena banyak turis, jadi berebutan foto, saya jadi malas. Karena saya kurang suka dengan keramaian, plus panas, dan ditambah perjalanan hari terakhir yang capenya sudah terakumulasi, jadi tambah malas.
2 orang teman malas masuk ke dalam, jadi saya hanya berdua dengan teman yang lain masuk ke dalam.
Memang pemandangan istana dari luar kurang bagus, tapi masuklah ke dalam.

Didalam lebih tenang, teduh, object juga lebih bagus.
Menurut saya bagian depan adalah bagian resmi kerajaan, sedangkan semakin masuk kedalam adalah tempat tinggal anggota kerajaan. 
Didalam sepertinya akan ada acara masak, tapi waktu saya sampai mereka baru bersiap siap jadi saya tidak menunggu, dan langsung berlalu. Dibelokkan selanjutnya ada poster Jang Dang Geum besar, kami antri foto disana sebentar.

Kemudian kami masuk ke Istana permaisuri or ratu, bagaimana saya bisa tau? Karena detail istana lebih feminim dan juga diberi cat merah muda. Selain itu juga dari huruf kanji bahasa mandarin menuliskan ratu.

Didalam istana ada pagoda, tapi dilarang masuk. Dibawah pagoda ada museum Korea Folk Village, tapi saya tidak masuk karena tidak tertarik masuk ke dalam. 

Peta istana Gyeongbokgung.

Kami tidak masuk sampai bagian paling belakang istana tapi kami kembali ke depan, melalui jalan berbeda dari Jalan masuk menuju ke Istana yang dikelilingi kolam. And our friend waiting there. Disana ada mini cafetaria menjual kopi.

Saya heran, kemanapun kami pergi pasti ada kedai berjualan kopi. Disamping kedai kopi ada tempat berjualan merchandise, tapi tidak menarik buat saya. Tampaknya orang korea suka sekali minum kopi. Disamping kedai ada persewaan Hanbook, bukan persewaan sih, soalnya ga bayar alias gratis.

Kami hanya registrasi, menulis nama dan alamat email, berasal dari negara mana. 
Thats all. Antri 1 jam kemudian baru giliran kami.
Karena saya tidak tertarik dengan merchandisenya, jadi saya hanya duduk diluar toko (next to hanbok registration) sambil menunggu antrian dipanggil memakai hanbok. Lumayan, mengistirahatkan kaki saya yang udah pegel.

1 jam kemudian kami dipanggil. Saya memilih hanbok berwarna putih, dengan rok berwarna biru. Total hanbok ada 4, merah muda, putih (sedikit krem), hijau, biru. Sedangkan bawahannya  biru dongkar dan hijau. Sepatu juga disediakan. Warna sepatu hijau agak kebiru biruan dan coklat.

Kami bernarsis ria dengan pose pose gokil, sampai petugas peminjaman baju hanbok senyum senyum liat tingkah gokil kita. Maklumlah tingkah ga karu karuan hehehehe....
Setiap peminjaman hanbok diberi kesempatan pinjam baju 5 menit.

Selesai berfoto ria, kami lebih hepi. Jadi rasanya kaki ga seberapa pegel. Kamipun pergi meninggal istana, dan menyempatkan berfoto dengan pengawal istana didepan gerbang.



Kami menyusuri Gwanghwamun Square, tempat syuting Running Man, Ep 80-an, guest star Ha Ji Won (saya lupa ep berapa tepatnya). Melewati taman menuju patung King Sejong, berfoto sejenak, menuju ke tempat air mancur (tempat syuting City Hunter, Ep 1 : Park Min Young berdiri disebelah Lee Min Hoo, tapi belum saling mengenal).
Dalam perjalanan saya melihat ada kios yang meyewakan baju raja for FREE, jadi kamipun meminjam kostum, dengan mengisi form, nama, dan asal negara saja.

Kostum ada 2 warna Merah dan Kuning. Saya mendapatkan kostum warna merah. Kostum sama persis seperti yang dipakai Kim Soe Hyun di The Moon that Embrace the Sun (bedanya tidak ada sabuk rajanya) plus topi raja.

Selesai berfoto kami menyusuri jalan sampai ujung, foto sejenak di patung Yeonsu Festifal, tepat disebelahnya ada Cheonggye Cheon, tapi kami tidak mampir ke sana, karena sudah jam 1, kami harus ke Myeongdong untuk melihat nanta Show.
Then cross the street naik taksi ke Unesco Building, Myeongdong, tempat Nanta Show. 
Disini ada Kyobo book store, toko buku terbesar di Seoul – ada di Running Man ep Kim Hyung Jong (SS501), saya lupa Ep berapa.

Didalam taxi ajoessi menyetel lagu SNSD Mr. Taxi, sedangkan dari jalanan Myeongdong terdengar sayup sayup Busker Busker – Cherry Blossom Ending, diblok yang lain terdengar Fantastic Baby – Big Bang.
Padahal di top chart sekarang yang nomor 1 : TaeTiSoe – Twinkle, JYP, Sistar, tapi disini yang sedang in masih Big Bang.
Naik taksi dari sini ke Myeongdong won 3.700, saya membayar won 5.000, ajeossi hanya memberi kembalian won 1.000 (kalo tau gitu saya bayar pake T-Money). Kami langsung masuk ke dalam building, Nanta Show ada di lantai 2.

Saya sudah registrasi via email, dan sudah mendapatkan nomor seat depan untuk kursi ekonomi (no 3-6) dengan harga won 40.000 per orang.

Kami sampai disana pukul 13.20. Setelah selesai membayar tiket dengan menunjukkan email saya ke petugas, saya mendapatkan tiket masuk.
Di sini terdapat loker, free, ukuran 2 tas bag pack, dan disebelahnya terdapat dispenser, saya mengisi botol minum saya disini hehehe…. Ga tau boleh or ga, saya isi aja tanpa bertanya or permisi (turis bandel).

Ada juga kartun Nanta Show yang bisa dipakai untuk berfoto. Sempatkanlah berfoto dulu karena semakin mendekati jam 2 (jam show atau jam bubar show), antri foto padat. Juga sempatkanlah ke toilet dulu.

Disini  saya menyempatkan beli cold caffee latte won 4.000, bila hot won 3.500. Rasa kopinya pahit, tidak manis seperti kopi di Indonesia, tapi mungkin begini lebih sehat tidak terlalu creamy. Cuma pengen nyoba gimana sih kopi ala korea.

Nanta Show rekomended banget, cocok buat kita yang sudah gempor, perlu duduk manis sambil ketawa ketawi liat aksi chef yang lebay abis.
Menurut saya Nanta Show lebih tepatnya sebutannya untuk orang yang stress masak di dapur...... kenapa? Karena para aktor pakai alat masak plus sayur dalam pertunjukkan.... Aktor juga interaktif dengan penoton.

Untuk penonton yang mendapatkan nomor kursi disamping beruntung. Mengapa? Karena pada tengah tengah acara show, aktor akan mengajak penonton naik ke panggung. Ada 5 orang penonton yang beruntung.

2 orang pertama, sebagai pasangan pengantin.
2 orang selanjutnya, sebagai assisten pembantu chef.
1 orang selanjutnya duduk di barisan depan, dikerjain sama chef lebay.
Nonton show ini bisa ketawa sampe ngakak, aktornya kreatif plus lebay.

Jam 4 sore kelar acara, kami melanjutkan perjalanan ke Namsan Tower.
Masalahnya tidak ada taksi yang mau mengantar, karena taksi dilarang naik keatas (peraturan pemerintah begitu), hanya bis khusus no 2 dan 5 yang boleh naik keatas.
Buyar sudah plan mengunjungi gereja di Myeongdong (tapi sudah melihat gereja di Sinchon), plus M-Plaza (lantai 4 ada tempat yang jual barang murah all item won 1.000).

Sepanjang jalan di Myeongdong seperti Ximending pedestrian di Taipei – Taiwan. Tapi disini mahal.

Akhirnya kami berjalan sampai jalan raya disalah satu bus stop terdekat bertanya kepada salah satu orang lokal. Orang pertama cowok kira kira 18-19 tahunan, He said : “I’ll try” (to give direction using english language). But after I asked, he silent, and said : “Sorry, I didn’t know about bus number”  (hahahaha..... ketawa dalam hati), sambil ngomong "It’s OK".

Orang lokal ke 2 cewek kira kira 18 tahunan, bahasa Ingrris pas pasan, tapi baik sekali, sampai digambarkan rute perjalanan.
Sebenarnya saya kurang mengerti dengan petunjuk arahnya dia, karena terlalu banyak belokan, plus ogah banget disuruh jalan. Yang saya mengerti kalau saya harus berjalan kaki lurus ke depan menuju subway Euljiro 1. That’s all. Other’s it’s OK.
Tapi saya tetap sopan mendengarkan sampai akhir, and say, "Thank you" with bright smile.

Hanya berjalan kaki 2 menit sampailah di stasiun Subway, kami turun ke bawah. Celakanya ipad saya low bat, can't open metroid application dan tidak ada orang yang bisa ditanyai, papan petunjuk arah juga tidak terlihat.
Akhirnya saya beli waffle rasa strawberry (won 1.000) trus berjalan sampai ketemu papan petunjuk subway. Naik subway ke Chungmuro station, get off dan berjalan menuju ke Daehan Cinema (exit 2). Dari sana menunggu bus no 2 atau 5 menuju ke Namsan Tower (yellow colour).

I think I made great decision, naik bus ke atas, perjalanan naik keatas mendaki banget, 45 derajat. Bila naik cable car juga harus berjalan dulu ke stasiun cable car (yang jauuhhh plus mendaki banget keatas).
Bagi olahragawan or yang masih kuat fisiknya bisa tuh nyoba jalan kaki sampai ke atas, or naik cable car.

Naik bis kira kira 20 menit sampai di bus stop, tidak sampai di depan, masih harus berjalan +/- 5 menit, karena jalan menanjak banget tidak memungkin untuk bis lewat.
Pelataran Namsan Tower..... ehm, how to say, nothing to much to tell, compare with Petronas Park, Petronas Park much much better....

Ada gazebo mini, ada juga di Running Man – saya lupa Ep berapa, dibawah Ep 10 sepertinya. 
Namsan Tower ramai sekali ada turis, ada pula penduduk lokal.
Antri tiket masuk ke Teddy bear museum, lalu berfoto ria dengan pohon gembok cinta.

Ada juga gembok cinta diatas loket tiket, tempat Khuntoria couple pasang gembok (WGM session II Ep 10). Saya tidak menemukan gembok khuntoria couple, karena sangking banyaknya gembok disana.

Diujung terihat pemandangan kota Seoul. Rasanya kalo malam hari liat view kota Seoul cukup dari sini, tidak perlu naik sampai ke Observation deck. Gratis. Kalo naik ke Observation deck bayar won 8.000.
But, I’m not too interest with it, lebih bagus Victoria peak di Hongkong, mungkin karena polusi jadi view kurang jelas.

Lalu kami turun ke bawah masuk ke Teddy Bear museum.
Bayangan saya museum itu luas, besar, banyak isinya. Museum ini kecil, hanya ada beberapa belokan saja, lalu that’s all end of the museum, yang rasanya ga worthed bayar won 8.000 – but nothing much to see. I don’t know how Teddy Bear museum at Jeju Island, mungkin lebih bagus. Teddy Bear museum tempat syuting Princess Hour ada di Jeju Island, bukan yang di Namsan Tower.

Jadi puas puasin foto disana, ambil berbagai pose. Museum yang cuma 15 menit sudah selesai dikitari. Keluar dari sana ada toko merchandise yang menjual pernik penik Namsan Tower, and it’s really really expensive. Saya tidak beli apa apa disini.

So far menurut saya Seoul adalah kota yang romantis. Kemanapun kami pergi pasti berjumpa dengan tempat yang romantis. Seoul cocok dikunjungi dengan pasangan. Susana malam yang romantis plus banyak tempat untuk couple.
Plus kota yang cocok untuk shopping, everything, cosmetic, dress, shoes, accesories....
Tapi buat yang sudah pergi ke China or yang akan pergi ke China, skip aja yang ini, karena China jauh lebih murah dan menyenangkan belanja disana. Or shopping at Bangkok lebih menyenangkan dibandingkan Seoul.
That’s all. Mungkin kalo pergi dengan pasangan beda kali yah suasananya.

Turun kembali kebawah naik bis no 2 atau 5 ke Daehan Cinema .  Lalu  naik subway ke Angguk – exit 6, berjalan ke arah Insadong.
Karena kami belum beli oleh oleh jadi, kami beli oleh oleh disini. Walaupun kata orang disini lebih mahal daripada Namdaemun. 
Saya beli kaos kaki gambar Gyeongbokgung dan Lee Min Ho each won 3.000. Maunya sih beli Big Bang sama CN Blue, tapi gambarnya kurang jelas. 
Beli pembatas buku, ada gambar namsan tower won 3.000 – di namsan tower harganya diatas won 5.000.
Oleh oleh won 1.000 – gantungan HP.
Rasanya lebih murah oleh oleh cosmetic, sabun cuci muka It’s skin ukuran 100ml, harganya won 1.650, cat kuku Etude or Face shop won 1.400 – lebih worthed.

Sambil bertanya arah, kami menuju ke Oh Sae Gae Hyang (Vegan restaurant) – yang satu ini recommended juga. Saya order Bibimbap won 9.000, must try.

Setelah itu naik taxi kembali ke Guest house, won 6.100, ambil bagasi, then back to airport. Disamping Guest house mampir ke toko baju harga won 5.000 – murah, plus bahan bagus – beli 2 pcs.

Kami naik subway ke airport. Pertimbangan naik subway karena hari ini hari sabtu, saya menghindari kemacetan jalan raya, jadi naik subway lebih aman. Apakah ini pilihan terbaik?

Let me continue.
Naik subway sampai ke Incheon airport.
Saya tidak refund T-money. Ada refund machine pada akhir eskalator.
Kami jalan mengikuti papan petunjuk sampai di persimpangan. Ada 3 arah berbeda, airport East, West, or lurus aja.
Untung disana ada layar petunjuk, ternyata Air Asia stasiun B.
Setelah itu masih jauh berjalan menuju ke counter.

Sampai ke Stasiun B, masih harus melihat papan cuonter Air Asia tujuan Kuala Lumpur disebelah mana. Trus me, compare with Suvarnabhumi – yang walaupun Incheon airport adalah airport yang besar. Tapi saya lebih suka Suvarnabhumi. Apalagi kalo dibandingkan dengan Hongkong, ga ada apa apanya.

So next time, naik bis saja ke airport (pake subway masih perlu jalan kira kira 10 menit lebih), walaupun lebih mahal, tapi turun langsung didepan dan masuk ke counter check in tidak jauh, plus masih banyak pilihan free duty shop yang bisa dikunjungi, dan mungkin terlihat view Incheon airport dari depan.. Kalau naik subway tidak ada free duty shop hanya ada tembok dan kaca saja hehehe.....

Check in lalu masuk ke imigrasi. 
Karena saya masih punya sisa uang won, dan saya tidak mau membawa pulang mata uang won, jadi saya habiskan beli snack disalah satu counter.

Tidak berapa lama kemudian, panggilan untuk masuk ke pesawat  sudah terdengar. Jadi kami tidak menunggu lama langsung masuk ke pesawat dan berangkat 30 menit lebih awal. 
Semua rute connecting flight tidak ada yang delay, smuanya on time.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar