Kamis, 31 Mei 2012

Genting Highland


Minggu, 20 Mei 2012

Genting Highland – Ching Swee Temple

Arrived LCCT pagi jam setengah 7, waktu Malaysia. Ambil bagasi, ketoilet bersih bersih, ganti baju. Lalu kami beli tiket Aerobus ke KL Sentral.

Exit gate arrival, kami menuju ke gate Depature menscan bagasi. Karena kami mau titip bagasi disini. Petugasnya ganti cowok. Yang hari pertama cewek orang India, hari ini orang melayu. Hanya ada 1 tempat penitipan bagasi diLCCT.
Tarif per bag = RM 18. Penitipan tidak dimasukkan ke dalam loker, hanya diletakkan didalam ruangan saja. Seperti tempat loss and found bagage menurut saya.

Lalu kami naik bis ke KL Sentral. 1 jam kemudian kami sampai dan lanjut naik Aerobus ke Genting highland. Akan tetapi tiket jam 08.30 sudah habis, yang ada jam 09.30.
Saya putuskan untuk naik bis dari Titiwangsa.
Kami naik LRT menuju ke titiwangsa, change train di Mesjid Jamek.
Sampai di titiwangsa bis jam 08.30 baru saja berangkat, kami mendapatkan tiket bus jam 09.00

Harga tiket Aero bus ke Genting = RM 8.5 (include cable car), harga tiket bus di Titiwangsa RM 6, langsung stop di First world hotel.
Untung kami naik dari Titiwangsa, karena dalam perjalanan naik keatas turun hujan. Tidak bisa saya bayangkan kalo harus berhujan hujan naik cable car, plus didalam cable car bergoyang goyang tertiup angin.

Saya tidak ingat berapa lama perjalanan menuju Genting. Sampai diFirst world kami cari tempat makan. Karena saya sudah pernah kesini, dan main di outdoor, plus ditambah karena cape, jadi saya malas explore tempat ini.
Alasan saya ke sini karena saya mau ke Chin swee temple.
Ternyata Vietnam House tempat depot vegetarian disini sudah ditutup. Tempat makan lain yang menjual menu vegetarian juga sudah tidak available. Saya tidak naik keatas untuk mencari di tempat makan lain.

Selesai makan (roti sandwich isi mentega harga RM 5 dan telur ramuan - begitu saya menyebutnya, ga tau apa namanya - RM 2), putar putar sebentar, lalu jam 1 lebih kami meutuskan lanjut ke Ching Swee temple.  Dari hotel first world ada bus direct menuju ke temple free. Bis jalan setiap 1 jam mulai jam 9 pagi sampai sore. Antrian biasanya panjang, karena banyak orang yang menuju ke temple juga.

Selain dengan bis menuju ke temple bisa juga ditempuh dengan cable car, tapi berhubung hujan, saya tidak tertarik naik cable car. Tarif RM 3 sekali jalan. Antri bis didepan pintu masuk hotel First World – didepan Starbuck cafe. Bis datang on time.

Perjalanan dari First World hotel ke Ching Swee temple hanya 15 menit.
Didalam ada restaurant vegetarian. Saya order Soup rice with vegetable harga RM 9. Interior restaurant bagus sekali, langit langitnya tergantung lampu lampion dengan dekorasi bunga teratai.



Didalam restaurant juga menjual snack vegetarian. Ada juga counter lain yang menjual asesoris, patung Budha, alat tulis dan snack.
Dari sana kami berjalan naik keatas. Diatas ada patung Budha Sakyamuni, dan disamping ada jembatan naik keatas dengan tulisan Journey of Enlighment.

Diatas ada 10 tingkat neraka beserta penguasa dimasing masing neraka.
Dikisahkan bahwa setelah manusia meninggal akan masuk ke tempat registrasi, disana akan ditentukan masuk ke neraka tingkat ke berapa.
Semakin tinggi tingkatan neraka semakin besar kesalahan yang dilakukan.

Disetiap tingkatan neraka, disampingnya tertulis jenis kesalahan dan hukuman yang dijatuhkan, beserta penguasa neraka ditingkat tersebut.

Setelah arwah arwah selesai menjalani hukuman dineraka, kemudian mereka akan tumimbal lahir, lahir kembali ke dunia.
Disini juga terdapat patung Avalokitesvara yang besar.

Disampingnya ada patung Ratu Langit naik kereta ditarik burung Phoenix dan diiringi dewi dewi, lalu ada patung para dewa (saya kurang tau dewa apa). Yang paling ujung apa patung kera sakti beserta guru dan murid yang lain.

Turun ke bawah ada pagoda, dan terlihat orang orang datang bersembahyang disana. Saya tidak naik sampai ke atas. Juga tidak tau apakah pogoda tersebut boleh dinaiki sampai ke atas atau tidak.

Kamudian disamping pagoda ada tangga menuju keatas. Pada gate diujung tangga tertulis Tian tan – artinya Surga. Diatas terdapat temple untuk Ru Lai Fo, dan ada pelataran yang luas.
Disana juga terdapat patung founder Ching Swee Temple, serta ruang observasi, tapi saya tidak masuk ke dalam. Karena menurut saya tidak ada yang bisa dilihat, keadaan sedang berkabut sehabis turun hujan.

Dibawah dibelakang restaurant terdapat hotel. Disepanjang tembok menuju ke hotel terdapat banyak kisah kisah cina klasik.

Jam 4 kurang 10 menit saya kembali ketempat drop bus, menunggu bis datang untuk kembali ke Hotel First World. Jam 4 kurang 5 menit, bis datang. Perjalanan kembali ke First World hotel 10 menit.

Setelah itu kami berjalan perlahan menuju ke platform 16 – tempat Aerobus dari Genting direct to LCCT. Bila ingin naik bis ini kembali ke LCCT, book via online, karena sering kali tiket bis sold out.

Harga bis RM 31.5 – tiket memang mahal dibandingkan naik bis kembali ke KL Sentral atau Titi Wangsa. Tapi kami tidak perlu transit, karena bis langsung ke LCCT.
Selain itu tempat duduk bis lapang, dan nyaman. Didalam diputarkan film Hollywood.

Perjalanan 3 jam lebih. Bis berangkat dai LCCT jam 17.45 – sampai di LCCT jam 20.30.
Setelah ambil bagasi, kami antri drop baggage dan langsung ke gate. Karena jam boarding sudah dekat.

Thats all my journey, see you at my next trip – Nusa Lembongan & Rafting, Bali.

South Korea Trip - Day 3


Sabtu, 19 Mei 2012

Gyeongbokgung Palace – Gwanghwamun Square – Nanta Show – Namsan Tower

Last day at Korea. Entah mengapa saya tidak begitu bersemangat menulis perjalanan saya kali ini, entah karena trip tidak menyenangkan atau karena saya malas menulis.

Kami check out jam 8 pagi, titip bagasi, sarapan pagi. Lalu lanjut naik subway menuju ke Gyeongbokgung Palace. Naik subway turun persis didepan istana. Exit sudah berada didalam istana. Sepertinya saya sampai istana jam 10 kurang. Sudah banyak turis berdatangan, banyak rombongan tur disini.

Sepanjang mata memandang tidak ada bagus bagusnya istana yang satu ini. Jauh bila dibandingkan dengan Grand palace di Bangkok or kalah jauh bila dibandingkan Istana terlarang di Beijing. Mungkin seharusnya berkunjung ke Changdeokgung Palace lebih bagus (tempat syuting Rooftop prince di istana ini).

Kami sampai disini hampir jam 10 pagi, dan sepertinya akan dimulai upacara pergantian shift penjaga gerbang istana. Maka saya mengantri dibarisan paling depan (upacara berlangsung dipelataran depan, sebelum masuk ke dalam istana), supaya bisa melihat acara pergantian.
Hari ini menurut perkiraan cuaca, Seoul cerah, matahari terik. Dan it’s true, matahari terik, jadi agak malas mengikuti upacara, tapi saya tetap berdiri disana, walaupun panas.

Ada seseorang dengan kostum kerajaan menabuh genderang 3 kali (letak genderang dekat dengan loket tiket masuk), lalu masuklah pasukan dengan berbagai alat musik kuno dari samping loket tiket.
Mereka berbaris 2 baris sambil memainkan alat musik, kemudian berjalan sambil memainkan alat musik dan berbaris disamping, yaitu didepan saya. So kalau mau lihat pertunjukkan pastikan baris didepan pelataran.

Setelah pasukan musik masuk dan baris disamping, dari sekian orang ( +/-20 orang) hanya ada 1 orang saja yang masih muda dan cakep hehehe. Kemudian penabuh genderang kembali menabuh genderang 3 kali. Setelah itu pasukan musik kembali memainkan alat musik, dan masuklah penjaga gerbang dengan membawa bendera.

Pasukan terbagi menjadi 2 baris, yang mengikuti aba aba komandan, saya tidak mengerti aba abanya. Sepertinya aba aba untuk ganti formasi barisan.
Setelah selesai ganti formasi (+/- 5 menit), kemudian pasukan musik kembali memainkan alat musik dan semua pasukan bendera berbaris menuju ke gerbang istana untuk berjaga di depan - Gwanghwamun gate.
Sedangkan pasukan musik kembali ke tempat semula or ke belakang layar gitu lah...
Berdasarkan info yang saya dapatkan changing guard setiap 2 jam sekali, dan hanya ada 3 kali pertunjukkan dalam 1 hari.

Setelah itu kami masuk ke dalam istana.
Menurut saya yang namanya istana itu, yah...... kayak keraton di Yogya gitu, cuma desain bangunannya ga sama (soalnya istana ini sudah ada sejak abad ke 14 – kalo ga salah inget). Ada tempat duduk baginda raja, yang forbidden to enter, lalu ada baluring istana, tempat raja meeting sama mentri mentrinya.
Grand Palace – Bangkok, lebih indah, mungkin karena konsep bangunannya lebih modern yah... next saya bandingkan dengan Forbidden Palace di Beijing – for my next trip.

Karena banyak turis, jadi berebutan foto, saya jadi malas. Karena saya kurang suka dengan keramaian, plus panas, dan ditambah perjalanan hari terakhir yang capenya sudah terakumulasi, jadi tambah malas.
2 orang teman malas masuk ke dalam, jadi saya hanya berdua dengan teman yang lain masuk ke dalam.
Memang pemandangan istana dari luar kurang bagus, tapi masuklah ke dalam.

Didalam lebih tenang, teduh, object juga lebih bagus.
Menurut saya bagian depan adalah bagian resmi kerajaan, sedangkan semakin masuk kedalam adalah tempat tinggal anggota kerajaan. 
Didalam sepertinya akan ada acara masak, tapi waktu saya sampai mereka baru bersiap siap jadi saya tidak menunggu, dan langsung berlalu. Dibelokkan selanjutnya ada poster Jang Dang Geum besar, kami antri foto disana sebentar.

Kemudian kami masuk ke Istana permaisuri or ratu, bagaimana saya bisa tau? Karena detail istana lebih feminim dan juga diberi cat merah muda. Selain itu juga dari huruf kanji bahasa mandarin menuliskan ratu.

Didalam istana ada pagoda, tapi dilarang masuk. Dibawah pagoda ada museum Korea Folk Village, tapi saya tidak masuk karena tidak tertarik masuk ke dalam. 

Peta istana Gyeongbokgung.

Kami tidak masuk sampai bagian paling belakang istana tapi kami kembali ke depan, melalui jalan berbeda dari Jalan masuk menuju ke Istana yang dikelilingi kolam. And our friend waiting there. Disana ada mini cafetaria menjual kopi.

Saya heran, kemanapun kami pergi pasti ada kedai berjualan kopi. Disamping kedai kopi ada tempat berjualan merchandise, tapi tidak menarik buat saya. Tampaknya orang korea suka sekali minum kopi. Disamping kedai ada persewaan Hanbook, bukan persewaan sih, soalnya ga bayar alias gratis.

Kami hanya registrasi, menulis nama dan alamat email, berasal dari negara mana. 
Thats all. Antri 1 jam kemudian baru giliran kami.
Karena saya tidak tertarik dengan merchandisenya, jadi saya hanya duduk diluar toko (next to hanbok registration) sambil menunggu antrian dipanggil memakai hanbok. Lumayan, mengistirahatkan kaki saya yang udah pegel.

1 jam kemudian kami dipanggil. Saya memilih hanbok berwarna putih, dengan rok berwarna biru. Total hanbok ada 4, merah muda, putih (sedikit krem), hijau, biru. Sedangkan bawahannya  biru dongkar dan hijau. Sepatu juga disediakan. Warna sepatu hijau agak kebiru biruan dan coklat.

Kami bernarsis ria dengan pose pose gokil, sampai petugas peminjaman baju hanbok senyum senyum liat tingkah gokil kita. Maklumlah tingkah ga karu karuan hehehehe....
Setiap peminjaman hanbok diberi kesempatan pinjam baju 5 menit.

Selesai berfoto ria, kami lebih hepi. Jadi rasanya kaki ga seberapa pegel. Kamipun pergi meninggal istana, dan menyempatkan berfoto dengan pengawal istana didepan gerbang.



Kami menyusuri Gwanghwamun Square, tempat syuting Running Man, Ep 80-an, guest star Ha Ji Won (saya lupa ep berapa tepatnya). Melewati taman menuju patung King Sejong, berfoto sejenak, menuju ke tempat air mancur (tempat syuting City Hunter, Ep 1 : Park Min Young berdiri disebelah Lee Min Hoo, tapi belum saling mengenal).
Dalam perjalanan saya melihat ada kios yang meyewakan baju raja for FREE, jadi kamipun meminjam kostum, dengan mengisi form, nama, dan asal negara saja.

Kostum ada 2 warna Merah dan Kuning. Saya mendapatkan kostum warna merah. Kostum sama persis seperti yang dipakai Kim Soe Hyun di The Moon that Embrace the Sun (bedanya tidak ada sabuk rajanya) plus topi raja.

Selesai berfoto kami menyusuri jalan sampai ujung, foto sejenak di patung Yeonsu Festifal, tepat disebelahnya ada Cheonggye Cheon, tapi kami tidak mampir ke sana, karena sudah jam 1, kami harus ke Myeongdong untuk melihat nanta Show.
Then cross the street naik taksi ke Unesco Building, Myeongdong, tempat Nanta Show. 
Disini ada Kyobo book store, toko buku terbesar di Seoul – ada di Running Man ep Kim Hyung Jong (SS501), saya lupa Ep berapa.

Didalam taxi ajoessi menyetel lagu SNSD Mr. Taxi, sedangkan dari jalanan Myeongdong terdengar sayup sayup Busker Busker – Cherry Blossom Ending, diblok yang lain terdengar Fantastic Baby – Big Bang.
Padahal di top chart sekarang yang nomor 1 : TaeTiSoe – Twinkle, JYP, Sistar, tapi disini yang sedang in masih Big Bang.
Naik taksi dari sini ke Myeongdong won 3.700, saya membayar won 5.000, ajeossi hanya memberi kembalian won 1.000 (kalo tau gitu saya bayar pake T-Money). Kami langsung masuk ke dalam building, Nanta Show ada di lantai 2.

Saya sudah registrasi via email, dan sudah mendapatkan nomor seat depan untuk kursi ekonomi (no 3-6) dengan harga won 40.000 per orang.

Kami sampai disana pukul 13.20. Setelah selesai membayar tiket dengan menunjukkan email saya ke petugas, saya mendapatkan tiket masuk.
Di sini terdapat loker, free, ukuran 2 tas bag pack, dan disebelahnya terdapat dispenser, saya mengisi botol minum saya disini hehehe…. Ga tau boleh or ga, saya isi aja tanpa bertanya or permisi (turis bandel).

Ada juga kartun Nanta Show yang bisa dipakai untuk berfoto. Sempatkanlah berfoto dulu karena semakin mendekati jam 2 (jam show atau jam bubar show), antri foto padat. Juga sempatkanlah ke toilet dulu.

Disini  saya menyempatkan beli cold caffee latte won 4.000, bila hot won 3.500. Rasa kopinya pahit, tidak manis seperti kopi di Indonesia, tapi mungkin begini lebih sehat tidak terlalu creamy. Cuma pengen nyoba gimana sih kopi ala korea.

Nanta Show rekomended banget, cocok buat kita yang sudah gempor, perlu duduk manis sambil ketawa ketawi liat aksi chef yang lebay abis.
Menurut saya Nanta Show lebih tepatnya sebutannya untuk orang yang stress masak di dapur...... kenapa? Karena para aktor pakai alat masak plus sayur dalam pertunjukkan.... Aktor juga interaktif dengan penoton.

Untuk penonton yang mendapatkan nomor kursi disamping beruntung. Mengapa? Karena pada tengah tengah acara show, aktor akan mengajak penonton naik ke panggung. Ada 5 orang penonton yang beruntung.

2 orang pertama, sebagai pasangan pengantin.
2 orang selanjutnya, sebagai assisten pembantu chef.
1 orang selanjutnya duduk di barisan depan, dikerjain sama chef lebay.
Nonton show ini bisa ketawa sampe ngakak, aktornya kreatif plus lebay.

Jam 4 sore kelar acara, kami melanjutkan perjalanan ke Namsan Tower.
Masalahnya tidak ada taksi yang mau mengantar, karena taksi dilarang naik keatas (peraturan pemerintah begitu), hanya bis khusus no 2 dan 5 yang boleh naik keatas.
Buyar sudah plan mengunjungi gereja di Myeongdong (tapi sudah melihat gereja di Sinchon), plus M-Plaza (lantai 4 ada tempat yang jual barang murah all item won 1.000).

Sepanjang jalan di Myeongdong seperti Ximending pedestrian di Taipei – Taiwan. Tapi disini mahal.

Akhirnya kami berjalan sampai jalan raya disalah satu bus stop terdekat bertanya kepada salah satu orang lokal. Orang pertama cowok kira kira 18-19 tahunan, He said : “I’ll try” (to give direction using english language). But after I asked, he silent, and said : “Sorry, I didn’t know about bus number”  (hahahaha..... ketawa dalam hati), sambil ngomong "It’s OK".

Orang lokal ke 2 cewek kira kira 18 tahunan, bahasa Ingrris pas pasan, tapi baik sekali, sampai digambarkan rute perjalanan.
Sebenarnya saya kurang mengerti dengan petunjuk arahnya dia, karena terlalu banyak belokan, plus ogah banget disuruh jalan. Yang saya mengerti kalau saya harus berjalan kaki lurus ke depan menuju subway Euljiro 1. That’s all. Other’s it’s OK.
Tapi saya tetap sopan mendengarkan sampai akhir, and say, "Thank you" with bright smile.

Hanya berjalan kaki 2 menit sampailah di stasiun Subway, kami turun ke bawah. Celakanya ipad saya low bat, can't open metroid application dan tidak ada orang yang bisa ditanyai, papan petunjuk arah juga tidak terlihat.
Akhirnya saya beli waffle rasa strawberry (won 1.000) trus berjalan sampai ketemu papan petunjuk subway. Naik subway ke Chungmuro station, get off dan berjalan menuju ke Daehan Cinema (exit 2). Dari sana menunggu bus no 2 atau 5 menuju ke Namsan Tower (yellow colour).

I think I made great decision, naik bus ke atas, perjalanan naik keatas mendaki banget, 45 derajat. Bila naik cable car juga harus berjalan dulu ke stasiun cable car (yang jauuhhh plus mendaki banget keatas).
Bagi olahragawan or yang masih kuat fisiknya bisa tuh nyoba jalan kaki sampai ke atas, or naik cable car.

Naik bis kira kira 20 menit sampai di bus stop, tidak sampai di depan, masih harus berjalan +/- 5 menit, karena jalan menanjak banget tidak memungkin untuk bis lewat.
Pelataran Namsan Tower..... ehm, how to say, nothing to much to tell, compare with Petronas Park, Petronas Park much much better....

Ada gazebo mini, ada juga di Running Man – saya lupa Ep berapa, dibawah Ep 10 sepertinya. 
Namsan Tower ramai sekali ada turis, ada pula penduduk lokal.
Antri tiket masuk ke Teddy bear museum, lalu berfoto ria dengan pohon gembok cinta.

Ada juga gembok cinta diatas loket tiket, tempat Khuntoria couple pasang gembok (WGM session II Ep 10). Saya tidak menemukan gembok khuntoria couple, karena sangking banyaknya gembok disana.

Diujung terihat pemandangan kota Seoul. Rasanya kalo malam hari liat view kota Seoul cukup dari sini, tidak perlu naik sampai ke Observation deck. Gratis. Kalo naik ke Observation deck bayar won 8.000.
But, I’m not too interest with it, lebih bagus Victoria peak di Hongkong, mungkin karena polusi jadi view kurang jelas.

Lalu kami turun ke bawah masuk ke Teddy Bear museum.
Bayangan saya museum itu luas, besar, banyak isinya. Museum ini kecil, hanya ada beberapa belokan saja, lalu that’s all end of the museum, yang rasanya ga worthed bayar won 8.000 – but nothing much to see. I don’t know how Teddy Bear museum at Jeju Island, mungkin lebih bagus. Teddy Bear museum tempat syuting Princess Hour ada di Jeju Island, bukan yang di Namsan Tower.

Jadi puas puasin foto disana, ambil berbagai pose. Museum yang cuma 15 menit sudah selesai dikitari. Keluar dari sana ada toko merchandise yang menjual pernik penik Namsan Tower, and it’s really really expensive. Saya tidak beli apa apa disini.

So far menurut saya Seoul adalah kota yang romantis. Kemanapun kami pergi pasti berjumpa dengan tempat yang romantis. Seoul cocok dikunjungi dengan pasangan. Susana malam yang romantis plus banyak tempat untuk couple.
Plus kota yang cocok untuk shopping, everything, cosmetic, dress, shoes, accesories....
Tapi buat yang sudah pergi ke China or yang akan pergi ke China, skip aja yang ini, karena China jauh lebih murah dan menyenangkan belanja disana. Or shopping at Bangkok lebih menyenangkan dibandingkan Seoul.
That’s all. Mungkin kalo pergi dengan pasangan beda kali yah suasananya.

Turun kembali kebawah naik bis no 2 atau 5 ke Daehan Cinema .  Lalu  naik subway ke Angguk – exit 6, berjalan ke arah Insadong.
Karena kami belum beli oleh oleh jadi, kami beli oleh oleh disini. Walaupun kata orang disini lebih mahal daripada Namdaemun. 
Saya beli kaos kaki gambar Gyeongbokgung dan Lee Min Ho each won 3.000. Maunya sih beli Big Bang sama CN Blue, tapi gambarnya kurang jelas. 
Beli pembatas buku, ada gambar namsan tower won 3.000 – di namsan tower harganya diatas won 5.000.
Oleh oleh won 1.000 – gantungan HP.
Rasanya lebih murah oleh oleh cosmetic, sabun cuci muka It’s skin ukuran 100ml, harganya won 1.650, cat kuku Etude or Face shop won 1.400 – lebih worthed.

Sambil bertanya arah, kami menuju ke Oh Sae Gae Hyang (Vegan restaurant) – yang satu ini recommended juga. Saya order Bibimbap won 9.000, must try.

Setelah itu naik taxi kembali ke Guest house, won 6.100, ambil bagasi, then back to airport. Disamping Guest house mampir ke toko baju harga won 5.000 – murah, plus bahan bagus – beli 2 pcs.

Kami naik subway ke airport. Pertimbangan naik subway karena hari ini hari sabtu, saya menghindari kemacetan jalan raya, jadi naik subway lebih aman. Apakah ini pilihan terbaik?

Let me continue.
Naik subway sampai ke Incheon airport.
Saya tidak refund T-money. Ada refund machine pada akhir eskalator.
Kami jalan mengikuti papan petunjuk sampai di persimpangan. Ada 3 arah berbeda, airport East, West, or lurus aja.
Untung disana ada layar petunjuk, ternyata Air Asia stasiun B.
Setelah itu masih jauh berjalan menuju ke counter.

Sampai ke Stasiun B, masih harus melihat papan cuonter Air Asia tujuan Kuala Lumpur disebelah mana. Trus me, compare with Suvarnabhumi – yang walaupun Incheon airport adalah airport yang besar. Tapi saya lebih suka Suvarnabhumi. Apalagi kalo dibandingkan dengan Hongkong, ga ada apa apanya.

So next time, naik bis saja ke airport (pake subway masih perlu jalan kira kira 10 menit lebih), walaupun lebih mahal, tapi turun langsung didepan dan masuk ke counter check in tidak jauh, plus masih banyak pilihan free duty shop yang bisa dikunjungi, dan mungkin terlihat view Incheon airport dari depan.. Kalau naik subway tidak ada free duty shop hanya ada tembok dan kaca saja hehehe.....

Check in lalu masuk ke imigrasi. 
Karena saya masih punya sisa uang won, dan saya tidak mau membawa pulang mata uang won, jadi saya habiskan beli snack disalah satu counter.

Tidak berapa lama kemudian, panggilan untuk masuk ke pesawat  sudah terdengar. Jadi kami tidak menunggu lama langsung masuk ke pesawat dan berangkat 30 menit lebih awal. 
Semua rute connecting flight tidak ada yang delay, smuanya on time.

South Korea trip - Day 1


Kamis, 17 Mei 2012

Korea Folk Village – Sinchon - Banpo Bridge

Mendarat di Incheon jam 06.20 pagi. Langit di Incheon masih gelap.
Karena kondisi masih mengantuk plus kurang bisa tidur karena iringan musik tangisan sepanjang perjalanan, jadi saya tidak begitu memperhatikan kondisi airport.

Incheon airport - dari tempat pesawat landing, kami diarahkan naik kereta +/- 5 menit untuk menuju bangunan induk. Cara ini mirip seperti airport Hongkong.

Sebelumnya kami mampir dulu ke toilet, berbenah, ganti baju, dandan, maklumlah cewek. Selain itu alasan utama karena di Seoul terkenal modis modis, jadi kita kan ga mau keliatan jelek, jadi kudu tampil cakep juga walaupun trip ala backpacker.

Perjalanan ke arah imigrasi mirip atau menurut saya sama persis dengan airport Tao Yuan, panjang, sunyi, view disamping kiri pesawat yang sedang parkir. Antri imigrasi padat, padahal kita sudah dandan setengah jam lebih.

Kartu kedatangan dari pesawat harus diisi selengkap lengkapnya, kalo ga ditolak, disuruh baris kembali untuk mengisi. Disini kami juga diwajibkan untuk finger print dan difoto.

Setelah selesai proses imigrasi, kami turun ke lantai bawah. Dibawah kami sarapan nasi putih yang sudah kami beli di Suria KLCC plus lauk yang kami bawa dari Indonesia.

Teman saya beli kartu telepon dengan harga won 10.000, yang rencananya akan dipakai buat telpon ke Indonesia. Akan tetapi telpon yang dipakai untuk telpon tidak bisa nyambung. Alhasil kartu telponnya tidak terpakai sampai kami pulang kembali ke Indonesia.

Kami naik subway menuju ke penginapan. Karena naik subway jauh lebih murah daripada naik bis. Naik bis dari Incheon menuju Seoul tarif Won 10.000, sedangkan naik subway hanya Won 4.350, plus refund kartu Won 500, jadi tarif  hanya Won 3.850.

Bagi yang punya elektronik android, sangat saya sarankan untuk download Metroid Korea sebagai panduan (Korea Subway).
Program Metroid ini sangat membantu yang bisa memberikan info rute terpendek, tarif, lama perjalanan, berhenti diberapa stasiun.

Oh ya, sebagai panduan saya berpergian ke Korea saya belajar bahasa korea basic yang sekiranya bisa membantu saya. Berikut webnya : http://www.linguanaut.com/english_korean.htm
Semoga bisa membantu.
Kami menginap di Shinchon Hostel, book via booking.com.
Alamat : 90-15 Daehyeon-Dong, Seodaemun-Gu

Menuju ke penginapan bisa ditempuh melalui 2 cara :
  1. Airport bus # 6002, naik dari gate 5B/12A, get off at Ehwa Woman Univ.
  2. Subway dari Incheon change train at Hongik Univ, then continue to Ehwa Women Univ.
Perjalanan dari Incheon ke Ehwa Woman Univ +/- 1 jam, sama dengan naik bus. Hanya saja naik subway lebih terjamin dibandingkan naik bus. Karena naik bis trafic jam tidak bisa diprediksi.
Dari Incheon turun di Hongik Univ, lalu change train to Ehwa Woman Univ, (dalam bahasa korean Ehwa = Idae) hanya 2 stop dari Hongik Univ. Disini kami beli T-Money card. Karena saya tidak tau mesin yang mana yang jual T-Money, jadi saya beli di Kantor Informasi Subway. Kartu T-Money, harga Won 2.500, tidak bisa direfund.


Sekilas info tentang subway di Seoul. Untuk subway lama (subway korea sudah ada sejak tahun 1990 an) – terutama pusat kota, subway tidak pakai eskalator, tangga manual. Untuk stasiun subway baru pakai eskalator.
Apabila bawaan barang banyak, daripada jalan sampe gempor bawa bawaan yang banyak, barang bisa dititipkan diloker (ada di stasiun subway).
Cara titip lihat di : http://www.visitkorea.or.kr/ena/TR/TR_EN_5_1_4.jsp

Saya masuk ke kantor, bertanya ke petugas yang sedang berjaga,
Me :“Annyeonghaseyo, Yong o hal jul aseyo?”
안녕하세요, 영어할 줄 아세요?”
artinya, hallo, bisakah anda berbahasa Inggris?
Officer :“Jamkkanmanyo !
잠깐만요!”
Artinya, sebentar – lalu dipanggilan petugas yang bisa berbahasa Inggris.
Me : “I would like to buy 4 T-Money card”
Info T-money bisa dilihat di : http://www.visitkorea.or.kr/enu/TR/TR_EN_5_4.jsp

Kemudian saya tanya petugas untuk merefundkan card yang saya beli dari Incheon. Ternyata ada mesin khusus untuk refund card, mesin tidak gabung dengan mesin reload T-Money.  Begitu kartu dimasukkan langsung keluar won 500. Tapi saya tidak tau bagaimana cara proses refund, karena yang merefund smua card kita petugas.

Dari Ehwa Subway kami exit dari exit 2, disini sudah tidak ada eskalator, untuk keluar dari Subway harus naik tangga, tapi hanya sebentar. Berdasarkan petunjuk dari Shinchon Hostel kami mencari penginapan, dan menemukannya hanya 5 menit jalan kaki dari subway.

Dalam perjalanan ada seorang cewek yang tau kalo kita turis asing, mungkin liat tentengan koper kita kali, dia mencoba membantu kami untuk menemukan alamat yang kami cari, walaupun saat itu saya tidak bertanya.
Intinya orang Korea baik, mereka bersedia membantu, hanya saja untuk yang tidak bisa berbahasa Inggris mereka menghindar.

Disini untuk yang suka shopping ada Yes@am mall, dan banyak sekali gerai gerai berjualan baju, tas, sepatu, makanan. Dan yang pasti harga barang disini lebih murah, karena lokasi mahasiswa. Sayangnya saya tidak berhasil menemukan lokasi pasar (istilah saya), tempat berkumpulnya para pedagang, mungkin harus jalan sampai ke Ehwa Woman univ, baru keliatan tempatnya. Selain itu juga dikarenakan padatnya aktivitas kami dan waktu yang sangat terbatas.  Tapi disekitar penginapan kami terdapat banyak tempat hang out.
Juga tergantung dari teman jalannya, saran saya cari teman yang fisiknya kuat, yang walaupun sebenarnya sudah gempor, tapi masih mau jalan.

Saya book 2 twin room, harga per room won 60.000.
Fasilitas dalam kamar standar, tempat tidurnya keras (cocok untuk saya, menurut saya bed yang bagus yang keras, baik untuk tulang belakang), AC, Flat TV 32”, kamar mandi dalam (dikamar saya tidak ada sabun or shampo or pasta gigi), handuk disediakan, tapi harus mengambil sendiri, free wifi.

Ada sarapan pagi, buat sendiri, disediakan roti, toaster dan selai strawberi. Ada mie instant ramen, masak sendiri, selesai masak semua perlengkapan memasak harus dicuci. Tidak ada batasan jam memakai dapur. Tidak ada batasan jumlah roti atau mie yang boleh dimakan, juga ada teh dan kopi. Menurut teman saya yang mencoba teh, rasa tehnya aneh.

Diruang makan terdapat 4 komputer bisa on line internet. TV flat ukuran jumbo, game ala korea (saya baru tau ada game menarik ini setelah melihat WGM Adam Couple, waktu 2AM  dan Brown Eyes Girls bertandang ke rumah Adam Couple). Dispenser, bisa juga baca buku, tersedia Harry Potter – English version of course, majalah korea, etc. Menyenangkan tinggal disini standart tapi berasa seperti di rumah sendiri, bebas.

Shinchon hostel ada 2, main building dan second building disebelahnya. Dapur, registrasion semua ada di main building. Pintu entry untuk masuk main building ada 2. Yang satu pintu kaca biasa, pintu ini hanya buka jam 8 pagi sampai jam 11 malam, lebih dari itu lewat security lock door, sama persis dengan pintu pintu yang saya lihat di drama korea.

Kami mendapatkan 2 ruangan di tempat berbeda, yang 1 room di 1st floor at main building, kamar saya disebelah at 2nd floor. No elevator at next building. Tapi pernah baca di internet ada guest yang bilang kalau elevator tersedia mulai lantai 2 keatas.

Pengelola Shinchon Hostel semuanya cowok, English fluently, masih muda and also good looking.
Setelah membayar tapi kami tidak bisa chek in, karena belum waktunya check in (waktu check in jam 2 siang, hanya bisa check in bila ada room kosong), kami titip bagasi dan langsung tancap gas.

Tujuan Pertama Korea Folk Village (KFV) di kota Suwon. Sebenarnya KFV bisa dilihat di Seoul jadi tidak perlu jauh jauh ke kota Suwon.
Di Seoul ada 2 perkampungan kuno korea, yaitu di : Namsangol Village (sebelum naik ke Namsan Tower) dan Bukchon Village. Semua free, tidak ada tiket masuk.
Namun dikarenakan ingin melihat pertunjukkan atraksi serta ingin sekalian mengunjungi Hwasseong Fortress (Benteng kuno), jadi ditetapkanlah pergi ke KFV.

Sebelum saya berangkat ke Korea, saya sudah mengecek di internet prediksi perkiraan cuaca, yang memprediksikan bahwa hari ini di kota Suwon pada siang hari akan turun hujan disertai kilat. Jadi saya sudah siap membawa payung.

Menurut prakiraan cuaca suhu di Seoul dan Suwon berkisar antara 20°C - 25°C. Ukuran cuaca yang cukup dingin untuk penduduk tropis. Walaupun sudah menginjak bulan Mei, tapi masih perlu pakai jaket dan syal (at least for me).

Kami naik subway menuju Suwon station. Sampai di Subway station terlihat iklan Yoo Ah In dan Song Jong Ki, saya tidak tau iklan apa, yang pasti kalau lihat iklan artis pasti saya foto.
Perjalanan ke Suwon station memakan waktu +/- 70 menit, tarif won 1.950 (line biru), change train 1 kali dipersimpangan line biru (saya lupa nama stasiunnya).
Untuk mencapai Suwon bisa juga naik kereta.

Ada 2 jenis kereta, kereta super cepat (KTX train) dan kereta biasa (ada beberapa jenis).
Harga kereta biasa +/- won 2.700 an (duduk, ada juga harga tiket untuk berdiri, lebih murah), sedangkan untuk kereta super cepat bisa won 5.000. Harga, waktu, jenis kereta dan book kereta bisa dilihat di  www.korail.com/en/

Saya sebenarnya ingin naik kereta (yang biasa), hanya saja kalo naik kereta harus beli max 15 menit sebelum train berangkat, selisih waktu +/- 25 menit dengan naik subway. Dan kalau beli online, takutnya waktu tidak bisa tepat, tiket tidak bisa direfund alias hangus.
Mungkin ada bagusnya naik kereta, ga perlu jalan jauh saat change Subway. Subway disini jauh lebih menyebalkan dari Subway di Singapore, apalagi untuk subway tua tempat pusat train, jalannya jauh berkelok kelok and yang pasti gempor.

Sampai di Suwon station kami keluar melalui exit menuju ke Suwon Tourist Information Center (maybe exit 4 – I forgot). Karena disana ada shuttle bus gratis menuju Korea Folk Village. Bus berangkat jam 10.30, 11.30, 12.30, 01.30, 02.30 (warna bis hijau), website KFV  http://visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_6.jsp?cid=259324

Informasi bus, bisa ditanyakan ke dalam kalau ada perubahan jadwal, juga akan diberikan selembar  kertas sebagai tiket untuk naik bis, dan jangan lupa tanyakan jam kembali bus dari KFV ke Suwon station.

Kota Suwon terasa sekali perbedaannya dengan Seoul.
Di Seoul semua orang yang kami jumpai, penampilan wajah, pakaian, asesoris, semuanya modis, dan enak dipandang, ga peduli cowok or cewek, dijalan atau di stasiun subway. Sedangkan di Suwon, banyak ajuma dan ajeossi, anak mudanya juga tidak begitu stylish.
Tapi yang pasti suhu udara di Suwon lebih digin daripada di Seoul.

Bis berangkat on time, perjalanan menuju KFV +/- 30 menit.
Kami naik bis pukul 12.30. Bisa juga ditempuh dengan bis lokal no : 10-5 atau 37.

Sampai tujuan beli tiket di loket tarif Won 15.000 per orang.
Entah ada acara apa, banyak sekali siswa sekolah waktu kami sampai di KFV. Didalam KFV ada area bermain untuk anak anak, tapi tidak menyenangkan untk dinaiki buat saya, karena permainan itu untuk anak anak. Untuk turis asing hanya sedikit saja, mostly from Japan.

Kami masuk ke tempat wahana anak anak bermain, tidak ada yang bagus, hanya ada beberapa spot yang menarik untuk difoto. Kemudian kami pindah ke perkampungan kuno korea. Tempat ini tidak lah begitu besar seperti yang digembar gemborkan, kemanapun kami pergi kurang lebih bangunan yang ditemui sama.


Salah satu teman saya ingin ke toilet, dan jangan tanyakan ke anak sekolah Bahasa Inggris, mereka tidak bisa bahasa Inggris. Tidak terlihat sign toilet dan rata rata orang disana penduduk asli and can’t speak English. But it’s ok, cara ke toilet :
Me : “Jwisongeyo, hwajangsil i odiyeyo?” artinya : Toilet disebelah mana?
Diantarlah kita ke toilet.

Langit mulai mendung, kamipun berpindah ke area perumahan kuno. Benar saja mulai gerimis. Kamipun cepat cepat mencari tempat yang untuk berteduh. Disini ternyata yang bawa payung hanya saya saja, yang lain tidak, jadi 2 orang teman saya kehujanan. Persis seperti perkiraan cuaca hujan deras disertai kilat.

Kami berlari mencari tempat berteduh. Sampailah kami ditempat foto, foto dengan kostum kerjaan plus asesoris rambut, per orang dikenakan won 20.000 untuk 1 lembar foto. Karena mahal, tidak cocok dengan gaya backpacker kita, jadi kita lewatkan acara foto.

Hujan turun deras sekali, kami pindah berteduh di toko souvenir disebelahnya. Siswa siswa sekolah, tampaknya sudah siap, banyak yang memakai jas hujan, payung, tapi ada juga yang berhujan ria.
Barang barang di toko souvernir tidak begitu menarik. Barang barang yang dijual, pembatas buku, sumpit, sendok, gingseng, kerajinan korea, dan yang pasti harganya mahal.

Kami berteduh sampai hujan reda, masih gerimis rintik rintik, bubar sudah keinginan untuk melihat atraksi atraksi, karena hujan, saya tidak tau apakah masih ada pertunjukkan atau tidak. Kami menyempatkan untuk berfoto dengan seorang ajuma yang memakai kostum Hanbok.

Rencana selanjutnya ke Hwasseong Fortresspun terpaksa dibatalkan. Karena planning saya mengelilingi Hwasseong Fortress by train, harga won. 1.500 (30 menit), tapi kereta tidak beroperasi bila hujan. Setelah hujan reda apakah train beroperasi atau tidak saya juga kurang tau. Hwasseong Foretress – Benteng kuno yang masuk dalam Unesco. Jalan kaki keliling benteng untuk kaki yang sudah gempor, sepertinya tidak memungkinkan.

Juga disebabkan teman saya sudah tidak tertarik, yang sebetulnya menurut saya sayang sekali sudah bayar mahal tapi tidak eksplor ke seluruh tempat KFV. Seandainya tau begitu saya tidak mengunjungi Suwon, tapi lihat perkampungan kuno di Seoul saja, jadi tidak membuang buang waktu percuma.

Apabila ingin pergi ke Hwasseong Fortress, dari KFV naik Free Shuttle bus or bus no 37 dari 7-11 bus stop kembali ke Suwon station.
Kemudian ganti naik bis no. #11, 13, 36, 38, 39, menuju ke Paldamun Gate. Sampai di Paldamun gate bisa melihat istana Hwaseong Haenggung (menurut informasi disini tempat syuting film The Moon that Embrance the sun), setelah itu bisa berjalan ke belakang istana lalu naik kereta keliling benteng.
Jangan lupa untuk mengunjungi Banghwasuryujeong Pavilion dan Jang an Park.

Ok back to our story......
Kami menunggu shuttle bis menuju ke Suwon Station, setelah berjalan ke sana kemari, kami tidak menemukan bisnya, akhirnya kami masuk ke Information Center dan menunggu bis disana. Seharusnya kami bisa kembali naik bis jam 14.30, akan tetapi  karena keasikan duduk jadi terlewat bisnya.
Kami disarankan untuk naik bis lokal no 37, naik dari depan 7-11 menuju Suwon Station.

Karena teman saya sudah down duluan, akibat diberitahukan temannya yang sudah pernah mengunjungi Korea mengatakan kalau di Korea tidak ada yang bagus, akibatnya perjalanan jadi tidak seru, karena dia malas mencoba.
So, next time choose the right friends for travelling ala backpacker.

Kami naik bis no. 37, turun di Suwon station langsung menuju ke Subway. Suwon subway station letaknya persis disamping Ak Suwon mall, jadi dengarkan saja informasi didalam bis. Kira kira 25-30 menit dari KFV menuju ke Suwon Station.
Bis berhenti di sebrang plaza, jangan menyebrang jalan dari jalan raya, tapi turun melalui tangga disamping bis stop menuju ke sebrang.

Masuk ke subway station melalui banyak pertokoan, kalu mau beli biskuit or snack korea tempat ini murah, silahkan beli cemilan atau oleh oleh di sini. Saya beli roti (seperti mantau) isinya madu. 1 pak isi 10, harga 1 pak won 1.500, also earing harganya hanya won 1.000 di depan GS 25 Store.

Next destination makan di Shinchon – Loving Hut (Vegan).
Untuk teman teman non vege mereka sudah makan tteokbokki, dan siomay won 3.000 (saya tidak tau apa namanya, kalau di Indo disebut kekian, dan mereka sudah kenyang karena makan itu) di KFV, harga tteobokki won 2.000. Menurut teman saya rasanya pedas sekali, dan tidak bisa dimakan sampai habis.

Sampai di Shinchon station take exit 2, kami berjalan lurus saja, sampai ujung jalan, terdapat Loving Hut, disebelah kiri jalan. Letak Loving Hut disebelah Starbuck cafe dan didepannya ada gereja.

Saya pesan jajangmyung (black noddle), harga won 4.500.  Menu yang satu ini layak untuk dicoba.
Di Loving Hut banyak menu, ada ice cream, ada waffle, all delicious, sayang saya tidak bisa mencobanya. Akibat menu yang diorder teman saya terdapat bawang, dan teman saya tidak makan bawang, jadi kita yang menghabiskannya berramai ramai.
Saya pesan minuman tidak beralkohol, seperti yang diminum Soehyun (di WGM), harga won 1.000.

Setelah itu kami ke toilet di dalam gereja hehehehe...... soalnya tidak ada toilet didekat Loving Hut. Dilanjutkan cari Etude cosmetic, karena ada teman yang nitip, plus saya juga mencari kosmetik Etude.
Jalan putar kesana kemari, kami tidak menemukan counter Etude, akhirnya kami putuskan untuk menyudahi acara windows shopping, dan langsung menuju ke Hangang Park.

Saat on the way ke Subway station, ternyata letak counter Etude dekat dengan Subway station, hehehe.... perjalanan kali ini gempor abis, baru hari ke 1, sudah banyak membuang tenaga.

Kami langsung mencari manager in charge hari itu dan minta discount or special price plus sample product (kemaruk abis, kesempatan gitu...).
Akhirnya setelah teman saya nego dengan manager toko, diputuskan kami mendapatan discount 15% plus sample product (masker wajah).

Akibatnya saya borong, Lip gloss, bedak, masker wajah green tea, masker mata, eye liner. Waktu bayar saya diberi tas kosmetik plus masker wajah lagi.
Mungkin karena teman saya borong banyak jadi bisa dapat disc sampai 15%, itupun karena dia dapat titipan barang.

Oh ya, penjaga toko bahasa Inggris sangat terbatas, disana saya menggunakan bahasa mandarin. Bahasa mandarin dalam bahasa korea : Jung guk.

Langit sudah mulai gelap, kami melanjutkan perjalanan terkahir untuk hari ini yaitu ke Hangang Park – Banpo Bridge rainbow show. Jembatan tercantik yang tercatat dalam Guiness book of record.

Satu hal yang sangat tidak saya sukai di Korea, subway stationnya seperti di Singapore, banyak belokan, mengakibatkan kaki gempor kebanyakan jalan saat exchange subway. Padahal sudah minta petunjuk untuk naik Subway dengan change station sesedikit mungkin.
Menurut saya lebih baik naik taxi, walaupun pergi hanya 2 orang saja. Semahal mahalnya taxi disana yang pasti masih terjangkau, kecuali kalau keluar kota atau ke pulau yeoido, naik subway saja.

Or cari alternatif berpergian by bus saja. tidak usah naik turun subway, tapi perhatikan juga, apakah bus stopnya dekat atau tidak.

Sampai di Express bus terminal exit 8-1, subway terdekat dengan Banpo bridge. Ternyata harus jalan kaki jauh sekali. Mungkin untuk ukuran orang luar negri yang notabene dari kecil sudah jalan kali ke mana mana tidaklah jauh. Tapi buat orang Indo (buat saya kali lebih tepatnya), jauh banget and gempor.

Dari exit Subway, kami bertemu dengan cewek yang bahasa Inggrisnya pas pasan, tapi bisa memberikan penjelasan arah yang baik. Jadi kami mengikuti petunjuknya.
Exit Subway 8-1, jalan sampai ujung jalan lalu belok ke kanan, jalan lurus saja, sampai menemukan papan petunjuk ke Banpo Bridge.
Setelah itu turun tangga, ikuti lorong, sampai menemukan tangga kecil didalam lorong. Turun di turunan tangga ke dua, lalu ikuti jalan sampai menuju ke jalan raya. Akhirnya sampailah di parkiran mobil Sungai Han.

Sama sekali tidak tampak Banpo bridge, lalu bertanya kembali kepada orang lokal, (orang kantoran) arah menuju Banpo bridge. Ternyata dari sana kami masih harus menyebrang jalan, menuju ke sisi sebelah kiri jembatan. Karena rainbow show hanya ada di 1 sisi jembatan saja,

Keinginan untuk melihat show 2x hanya bisa menjadi 1x saja, akibat jalan kaki yang terlalu lama menuju ke Banpo park.
Jadwal Rainbow show setiap musimnya berbeda beda, bisa dicek di : http://www.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_1_1_1.jsp?cid=1011983

Sayangnya kami tidak mempunyai waktu yang cukup untuk naik kapal disana. Harga tiket won 11.000.
Tapi kata orang tidak ada bagus bagusnya naik kapal keliling 6 jembatan di Sungai Han, hanya terlihat lampu lampu, ditambah lagi cuaca yang dingin jadi malas berdiri di dek kapal.

Pukul :  21.00 Rainbow show dimulai, setiap pertunjukkan 15 menit.
Jadwal pertunjukkan weekday dan weekend tidak sama. Untuk weekend lebih panjang jadwalnya.
Sayang sekali kamera saya tidak bagus, ditambah lagi teman saya yang sudah gempor, yang malas duduk dipinggir sungai. Jadi kurang bisa dapat gambar yang bagus.


Melihat ini, saya jadi teringat saat Yongseo couple (WGM) naik taxi air, kembali ke rumah mereka setelah selesai mengkompose lagu Banmal Song, dari apartement CN Blue.

Selain Banpo Bridge, tempat lain didekat sini yang bisa didatangi Apgeujong (Beverly hill ala Seoul), tempat artis korea hangout. Selain itu juga ada Sinsa dong, tapi kami tidak pergi ke dua tempat itu, karena sudah gempor abis.

Mungkin karena cuaca dingin jadi tidak begitu banyak yang melihat pertunjukkan ini. Setelah selesai melihat pertunjukkan kami berencana untuk kembali naik taxi saja, tapi tidak ada taxi yang lewat. Hanya taxi warna hitam (mercedes benz) yang terlihat – as I know avoid thix taxi, it’s really expensive.
Jadi kami kembali melalui jalan yang sama kembali ke subway staion naik subway kembali ke penginapan. Sampai di penginapan sudah jam 11 malam.

Mandi, saya sempat melihat TV sebentar tentang cara make over wajah. Setelah itu tidur.

That’s all my 1st day trip at South Korea, not too interest (pitty me, skip Hwasseong Fortress dan cuma mampir bentar ke KFV).

South Korea Trip - Day 2


Jum’at, 18 Mei 2012

Nami Island – Petite France – Jogyesa Temple – Cheonggye Cheon - Dongdaemun

Hari ini bangun jam 6 pagi (waktu korea). Waktu Korea lebih cepat 2 jam dari WIB. Selesai mandi kami turun ke dapur, masak mie instant yang sudah kami bawa dari Indonesia, buat toaster bread with starwberry jam, also cereal.  Selesai makan, ngecek email bentar.
Selama saya stay disini saya tidak pernah memanfaatkan wifi, karena sudah terlalu cape, tapi menurut teman saya wifinya ok, ga lemot.

Jam 9 pagi kami berangkat naik Subway menuju ke Nami Island. Naik dari Ehwa Woman Univ, lalu kami turun di Wangsimpri station. Dari sana kami keluar dari exit 4, menuju ke arah Wangsimni Square.
Ngapain exit ke sini ? soalnya mo foto dengan lukisan sayap malaikat.
Setau saya seharusnya ada 3 model sayap malaikat, tapi sekarang hanya ada 1 saja.

Kalau mau lihat lengkapnya lihat di MV Super Junior KRY – Fly. Disini tempat pembuatan MV Fly.
Alamat : Wangsimni-ro-20-gil (왕십리로20)

Sayap asli sebenarnya ada di Ehwa Village, dipopulerkan oleh aktor Lee Seung Gi, melalui acara variety show 1N2D. Di Ehwa village banyak terdapat mural, dianak tangga, tembok, dijalan. Tapi sejak Lee Seung Gi berhasil menyelesaikan misi foto dengan sayap malaikat, tempat ini menjadi ramai sekali dan menggangu warga sekitar, siang dan malam banyak sekali turis datang untuk berfoto disana. Sehingga lukisan sayap tersebut dihapus dan dipindah ke Wangsimni Square. Lukisan inipun sudah diperbaiki. Tapi saya lebih suka versi angles wings di MV Suju KRY – Fly.

Setelah itu kami masuk kembali ke subway station melanjutkan perjalanan ke Cheongyanni station, change subway menuju ke Gapyeong station. Wangsimni Station & Cheongyanni station sangat luas, jadi bertanyalah supaya tidak salah jalan. Karena untuk menuju ke Gapyeong harus ganti rute subway warna biru langit, Gyeongchun line

Hari ini hari Jum’at, entah sedang ada event apa di Korea, kemanapun kami pergi, pasti banyak berjumpa banyak anak sekolah (mungkin di Korea sedang libur sekolah). Kemarin juga, waktu kami mengunjungi Korea Folk Village di Suwon, banyak sekali bis bis anak sekolah, ada kali 40 bis.

Bulan Mei ada festifal lampion diseluruh Korea. Jadi di sepanjang jalan utama banyak tergantung lampion, plus banyak orang orang pakai pakaian traditional bawa lampion.
Selain itu waktu saya datang di Seoul sedang ada Yeosu festifal (saya kurang tau festifal apa itu). Yang saya tau di Jogyesa temple akan ada pertunjukkan yang cuma ada 1 tahun sekali.
So next time visit Seoul at May.

Sampai di Gapyeong station, rencananya saya mau membeli tiket bus Gapyeong city bus tour, 1 hari penuh pakai fasilitas bus keliling daerah Gapyeong cuma won 5.000.
Rute bis melalui : Cheongpyeong stasiun - Cheongpyeong terminal - Petite France - Nami Island - Gapyeong station - Gapyeong terminal.
Beda teminal dan stasiun, terminal = terminal bis, stasiun = subway.
Ini alternatif yang paling murah buat keliling di Gapyeong.

Karena sampai di Gapyeong station sudah jam 10 lebih, sedangkan schedule bis yang paling pagi jam 09.15, next bus 12.15. Jadi saya putuskan untuk naik taxi menuju Nami Island. Taxi pakai meter, tarif won 2.700


Sampai Nami Island sudah terlihat banyak orang mengantri untuk naik kapal. Saya segera beli tiket dan ikut baris mengantri. Kapal feri kecil, hanya ada dudukan di dalam kapal. Disini tempat duduk hanya dibagian pinggir saja, sisa naik keatas or di dek, or didalam tapi berdiri. Diatas kapal banyak terdapat bendera dari berbagai negara.

Sepanjang perjalanan nothing much to see, and for me cross to Samosir Lake from Prapat – North Sumatra, much much better. Banyak kursi didalamnya, pemandangan juga luar biasa bagus, blue sky, nice view. Disini airnya sama sekali ga biru, tapi coklat – cuma bersih kagak ada sampah.

Alternatif lain masuk ke Pulau Nami dengan Zip Wire. Kalau naik kapal harga won 8.000 – include boat (round way) and admission fee, kalau zip wire harga won 32.000 (round trip and inlude admission fee too).
Zip wire, mirip seperti fly fox (menurut saya). Dari bagian bawah tower naik eskalator menuju keatas (mirip seperti tower Bugge Jumping – as I saw at Running Man and WGM).

Kalau flying fox, bepegangan pada besi or whatever that things name, kalau zip wire orangnya duduk dikursi (single chair) dengan kaki kudu lurus sejajar dengan kursi, kemudian kursi akan berjalan (or ditarik kawatnya yah..., maybe) ke menara disebrang pulau Nami. Perjalanan by Zip Wire +/- 5 menit. Kalau naik kapal +/- 15 menit. Tapi beda harganya.....selangit.....
Site pulau Nami : http://www.namisum.com/

Bagi yang suka tantangan yang satu ini boleh dicoba. Just Information, don’t forget to wear jacket and syal, trust me the wind blow really cold. But maybe it will not cold at July. Saat kami berkunjung ke pulau nami angin tidak bertiup jadi kalau mau naik zip wire kondisi cuaca bagus. Kalau angin bertiup, naik zip wire bisa terayun ayun.
Sebelumnya saya juga sudah searching prakiraan cuaca hari ini, baik di Gyeong gi maupun di Seoul hari ini berawan, and it’s true.

Sampai dipulau nami, disambut gate selamat datang, dan banyak orang mengantri untuk berfoto digate itu. Disamping gate ada batu dengan mini air mancur (kalo dibilang air terjun, kecil banget, dibilang air mancur juga ga mancur mancur amat, jadi bingung apa yah vocabulary seharusnya? Air mengalir di batu kali lebih tepat).

Masuk kedalam ada banyak patung patung kecil, disamping ada toko mini market berjualan snack (bukan snack special di Nami). Disebrang ada toilet, jadi bagi yang mo ke toilet buruan setor disini, didalam masih ada toilet tapi jauh and susah nyarinya.

Tujuan pertama persewaan sepeda.
Untuk menuju ke persewaan sepeda diharuskan jalan kaki masuk kedalam, kurang lebih 10-15 menit. Sepanjang perjalanan ada restaurant, spot spot untuk berfoto. 
Pohon pinus tempat syuting winter sonata bukan dibagian ini, tapi masih harus jalan masuk ke dalam.

Menurut saya pribadi, pulau Nami tidak begitu bagus, hanya pohon pohon saja sepanjang jalan. Untuk pemandangan alam kurang. Hanya saja pemerintah korea pandai mempromosikan dan mempercantik pulau Nami, dibuat jembatan, kolam air, spot spot cantik untuk berfoto. Untuk yang suka landscape, tempat ini tidak menawarkan banyak tempat yang bagus (compare with the admisson fee).

Sampailah kami ditempat persewaan sepeda. Sewa sepeda setengah jam won 3000, 1 jam won 5000, 2 jam won 10.000, dst.
Setiap orang yang menyewa sepeda diminta meninggalkan ID Card (I didn’t know it’s for foregin only or for all person).
Setiap 10 menit keterlambatan pengembalian sepeda didenda won 1.000.

Sepeda yang disewakan sepeda single rider, dan double rider.
Yang pasti sepedanya, walaupun tampilan sama seperti sepeda mini di Indonesia, tapi sepedanya enak dinaiki, goesnya tidak berat, jok sepeda juga nyaman. Pengalaman saya naik sepeda di Pulau Tidung, naik sepedanya cape dan joknya ga empuk, goes juga berat.

Berhubung banyak anak sekolah yang datang, (mereka pake seragam sekolah, sama seperti siswa di Korea Folk Village), naik sepeda kudu ati ati, anak sekolah naik sepedanya ngebut.

Kami naik sepeda sampai ujung, sampai terlihat danau, setelah jajaran pohon pinus tempat syuting winter sonata. And sejauh mata saya memandang, tidak ada tempat yang bisa membuat saya kagum dengan keindahan pulau Nami. Walaupun saya juga penggemar berat halluya wave, and K-Pop, tapi tempat ini tidak membuat saya kagum. Semua yang bagus buatan bukan alami.


Tapi yang pasti disini tempat yang bagus buat piknik. Kami makan siang dengan bekal yang sudah kami siapkan dari Seoul, di salah satu meja yang tersedia (banyak tempat yang tersedia untuk duduk dan makan), dekat dengan restaurant yang ditemboknya ada gambar Bae Yong Jung dan Choi Ji Woo.
Dan yang paling heboh minta foto di tempat ini rombongan tur turis dari Indonesia.

Di Seoul jual nasi Instant, nasi sudah matang tinggal dibuka dan bisa dimakan, jadi tidak usah repot repot beli nasi putih, harga won 1.000 (beli di GS 25 or 7-11). Ini bekal makan siang kami hehehe...

Tidak banyak hal yang bisa saya ceritakan tentang nami Island, cause as long as I see nothing much to see.
Jam 1 tepat kami meninggalkan pulau Nami. Jam 1 tepat ada kapal feri yang sandar.

Sampai di penyebrangan, kami masuk ke salah satu mini market, disamping exit dari kapal feri. Dimini market ini hanya berjualan sedikit sekali merchandise pulau Nami (dompet, gantungan HP, handuk, topi, etc), sisa berjualan snack seperti mini market  pada umumnya, dan kayaknya mahal harga barang disini.

Saya bertanya ke Information center tentang Gapyeong city tur bus (my next destination = Petite France), karena lebih murah won 5.000 PP dari pada saya harus naik bus/subway plus taxi ke Petite France.

Ternyata menurut tourism informasi center bis sudah lewat jam 12.30, so I miss the bus. Kalau mau ke Petite France dari Nami Island naik taxi, and you what made me surprise....... the taxi fare won 40.000 (alamak, mahal kali ....). Dari pulau nami ke Petite France makan waktu setengah jam.
Kalau ingin naik Gapyeong city tur bus, harus naik dari depan Family mart (gedung warna pink, only one – you won’t get lost).

Didekat Nami Island Zip Wire ada tempat Bugee Jumping. Saat kami lewat disana ada orang yang bersiap melompat Bugge Jumping, seharusnya bisa saya rekam, tapi saya tidak prepare camera waktu itu.

Kami berjalan ke family mart, beli air minum (oh ya, harga air minum disini +/- won 850 -900). Sekali lagi saya bertanya ke petugas family mart, yang sayangnya tidak bisa berbahasa Inggris, but fortunally she speak China, so lucky for me.
Dan seperti yang dikatakan petugas di Tourism information center, I already miss the bus.

So kita balik ke Gapyeong station, rencana ke Petite France naik subway ke Cheongpyeng station (2 stop dari gapyeong subway). Dari Nami kita naik taxi ke gapyeong station, ajoessi  tidak memasang meter, tapi saya cuek saja. Tidak sampai 10 menit sudah sampai ke Gapyeong station, saya bayar won 3.000.
Taxi di pulau nami semua tidak ada yang buka AC, jadi kita buka jendela.

Sampai di station Cheongpyeong, saya bertanya ke petugas subway, masih muda +/- 20 tahunan. “Annyeonghaseyo, Yong o hal jul aseyo?”, rupanya dia tidak bisa bahasa Inggris, saat dia akan memanggil petus didalam yang bisa berbahasa Inggris, tiba tiba ada ajoessi  yang membatu. “ Yes, may help you?”

Bertanyalah saya tentang lokasi Choengpyeong bus stop. Yang ternyata jauuhhh banget dari lokasi subway.
Orang korea ramah ramah, di Subway station pagi hari saya juga bertemu dengan haraboeji (sepertinya dia duta subway, soalnya pake selempang) yang ramah mengatarkan saya ke subway station Gyeongchun line, dan haraboeji  di subway cheongyangni station juga ramah memberi petunjuk kereta.

Cara ke bus stop : dari subway station berjalan ke arah jalan raya (untuk ukuran saya jalan kakinya bisa 5 menitan), lalu jalan lurus saja sampai ada belokan belok ke kanan, trus jalan lurus sampai ada belokan lagi lalu belok kiri, trus jalan sampai ketemu bus stop, menurut informasi jalan kaki 15 menit (untuk ukuran orang Indo lebih kali yah).

Jam 2 siang, panas panas disuruh jalan kaki, kamsia deh... mending naek taxi aja kali.
Yah sudah, saya berterima kasih sama ajoessi. Teman teman saya mampir dulu ke toilet, setelah itu kami melanjutkan perjalanan.

Baru aja exit dari station, eh si ajoessi manggil....dia menawarkan bantuan untuk mengantarkan kita sampai ke Petite France, bukan ke lokasi bus stop lho.... , but I’ve to wait 5 minutes, since he was waited for his girlfriends. Saya ok ok aja, tengkyu tengkyu malah, ada yang mo nganterin ke sana.

Dari Cheongpyong station naik taxi +/- won 16.000, kalo mo murah won 1.200 naik bis.
Tuhan tau kalo kita semua lagi cape, jadi dikirimkan seorang baik hati yang mengantarkan kita, Terima kasih Tuhan.

Menunggulah kami di gazebo luar stasiun. Didalam gazebo ada seorang sopir taxi dan 3 cewek korea. Tak berapa lama kemudian keluarlah ajoessi dengan pacarnya.
Tidak tau harus panggil apa sama pacarnya, mo panggil eonni, tapi sudah terlanjur panggil ajoessi, masa mau ganti panggil oppa. Ya udah jalan ke mobil diem diem an.

Tampaknya ajoessi pegawai or bos yang mapan, mobilnya captiva or similar like that, saya tidak begitu perhatian. Untuk ukuran orang korea, punya mobil seperti itu berarti orang berduit. Rata rata pegawai di korea berangkat dan pulang kantor naik transportasi umum.

Ternyata alasan kenapa ajoessi mo nganterin sampe ke Petite France, disebabkan karena dia kagum dengan bahasa Inggris saya. Katanya jarang sekali orang korea yang bisa berbahasa Inggris dengan artikulasi yang jelas. Gamsahamnida ajoessi.
Di Malaysia ketemu juga sama sopir taxi yang kagum dengan bahasa Mandarin saya, karena kemampuan bahasa saya, jadi dapet banyak petunjuk.
So learn language from now on.

Dari Subway menuju ke Petite France disuguhi pemandangan dam (waduk, tapi kering, airnya sedikit) , seperti yang saya lihat di Running Man, tapi saya lupa episode berapa. Jalan menuju Petite France berliku liku dan berkelok kelok. Kira kira 20 menit kami sampai di Petite France (ajoessi sedikit ngebut).

Kita rame rame say thank you sama ajoessi, saya sambil membungkuk say :
“neomu gamsahamnida “ (너무 감사합니다), - artinya : banyak terima kasih
“annyeonghigyeseyo” (안녕히 계세요), - artinya selamat tinggal,
“mannaseo bangapseumnida” (만나서 반갑습니다!)- artinya : senang bertemu dengan anda.

Pacar ajoessi tersenyum menoleh melihat ke saya, thank you oenni. Mungkin oenni kagum dengan bahasa korea saya yang walaupun cuma bisa segitu aja hehehehe.....

Kami langsung menuju entrance. Jalan menuju entrance mendaki. Beli tiket masuk won 8.000 per orang.
Gambaran Petite France sama persis seperti yang saya lihat di Running Man ep 40 (guest star = 2PM : Nichkhun dan Taecyeon). Karena teman teman sudah gempor jadi tidak begitu mengeksplore tempat ini.
Saat membeli tiket tidak lupa saya tanyakan jam bis dari Petite France menuju Cheongpyeong station dan letak bus stopnya. Oleh pegawai tiket, saya dituliskan schedule bis dan diberi 10 menit lebih awal dari jam kedatangan bis. Maksud petugas tiket baik, supaya saya tidak ketinggalan bis. Karena last bus jam 17.00.
Jam bus dari Petite France ke Cheongpyeong bus stop (info dari petugas tiket) = 14.50 (won 1.200), 15.50 (won 5.000 – yang ini Gapyeong city tur bus), 16.50 (won 1.200).

Benar benar suasana ala perancis, bahkan ada tembok dengan gambar menara eifel disini. Disini kumpulkan 10 stamp yang tersebar didalam ruangan ruangan, bila berhasil mendapatkan 10 stamp bisa ditukarkan dengan merchandise khas petite France.

Lagu yang dinyanyikan Yoo Jae Suk di Ep 40 – Running Man, adalah back sound lagu waktu saya sampai disana. Ternyata lagu itu merupakan lagu di Petite France, dan pada jam +/- 4 sore an ada pertunjukkan nyanyi lagu klasik ala korea di Ampetite Theather, pertunjukkan hanya sebentar saja.



Turis yang datang sedikit, dibandingkan dengan nami Island yang padat pengunjung, disini lebih bisa menikmati suasana.
Ada cafe dan snack khas korea. Tapi saya tidak mencoba, karena berdasarkan info yang saya dapat dari mbah Google kalau menu makanan disini mahal.
Bahasa korea mahal : bisseoyo

Jam 16.50 kami menuju ke bus stop, karena last bus jam 17.00
Jam bis disini on time, jadi jangan sampai ketinggalan, karena taxipun tidak ada yang ngetem disini.

Sesuai dengan petunjuk ajoessi kami turun di Cheongpyeong bus stop, bis mengarah ke Gapyeong juga, tapi saya tidak tau letak bus stop di Gapyeong (waktu sampai Gapyeong subway station saya melihat didepan subway terlihat ada bus stop), tapi saya tidak tau apakah bus ini stop disana or ga.

Masalah muncul lagi disini, sama sekali tidak ada taxi yang lewat. Kalaupun ada, pasti ada penumpangnya. Padahal tidak mungkin kami jalan kaki kembali ke station subway. Selain jauh kami juga tidak tau arah.
Akhirnya saya masuk ke salah satu toko didekat bus stop :
Annyeonghaseyo, Yong o hal jul aseyo?”
Yang jaga toko haraboeji and halmeoni – of couse tidak bisa bahasa Inggris, tapi saya basa basi aja – biar keliatan sopan gitu.
Masalahnya saya tidak tau bagaimana bilang saya mau naik taxi dari sini ke Cheongpeyong station.
Akhirnya saya bilang:
“Cheoneun Cheongpeyong station ga.....”
Seharusnya dalam tata bahasa korea ga (pergi) diikuti imbuhan akhiran, tapi saya tidak tau apa akhirannya.
Akhirnya halmeoni paham maksud saya, halmeoni bilang :
aegi, noneun Cheongpeyong station gasipseoyo”
Aegi – dalam bahasa korea anak.
ne”
Saya tidak tau bahasa Korea bilang apa, intinya haraboeji bilang tidak bisa naik taxi dari bus stop, kalo mau naik taxi dari sini harus telepon.
Halmeoni : “Teksi number opssoyo?”
Saya geleng kepala : “ “opssossoyo”

Lalu haraboeji  telpon taksi plus memberitahukan tujuan taksi, supaya saya tidak tersesat. Thank you haraboeji, thank you halmeoni. Sangking hepi anda groginya saya bilang gamsahamnida, thank you, xie xie....hehehehe..

Haraboeji bilang hanya perlu waktu 1 menit saja, walaupun saya tidak bisa bahasa korea, tapi saya mengerti, yang saya tau il fun = 1 menit. Dan kamipun menunggu didepan toko mereka.

Tidak sia sia saya belajar bahasa korea ala mandiri hehehehe.....

1 menit kemudian, taksi datang, sopir taksinya cakep. Saya duduk didepan, sepanjang perjalaan trip kali ini saya selalu duduk didepan (petunjuk arah). Oppa (ceillah...istilahnya...ga pa pa panggil oppa aja) nganterin kita ke Cheongpyeong bus terminal. Trus saya bilang no no, subway station. Keliatannya oppa ngeh, trus perjalanan dilanjutkan ke subway station. Tarif taksi won 3.700, oppa bilang annyeonghaseyo, saya bilang annyeong... (ga sopan yah, seharusnya bales annyeonghaseyo juga).

Kami naik subway kembali ke Seoul. Berhubung sudah jam 6 subway padat dengan pegawai kantor.
Disini terjadi peristiwa lucu, waktu kereta subway yang akan kami naiki datang, pintu kereta tidak bisa terbuka. Teman saya iseng mengetuk pintu subway sambil ngomong, permisi. Eh,.... tiba tiba dari dalam ada petugas subway melambaikan tangan hahaha... gokil.

Ternyata kereta subway itu ga bisa dibuka pintunya, pengumuman bilang kalo subway akan kembali ke stasiunnya dan disuruh menunggu 10 menit untuk kereta subway selanjutnya.
Trus dibelakang kami ada train (train biasa) yang baru saja sampai dan menurunkan penumpang. Setelah semua penumpang turun, eh tempat duduk secara otomatis berputar arah kebelakang. Keren deh.... kereta api agro anggrek aja, kalo mo diputer kudu manual satu satu, yang ini serentak 1 gerbong kursinya berbalik arah 180 derajat.

Setelah ganti train sampailah kami di stasiun Angguk, get off at exit 6. Tujuan : Balwoo 2nd branch, makan malam – di daerah Insandong depan Jogyesa temple.

Keluar dari exit 6, belok di belokan gang kecil pertama – jalan Insadong. Jalan lurus aja sampai mentok trus belok kanan. Lalu jalan mengikuti jalan sampai kelihatan Tourism Information Center, belok ke kanan. Dari sana jalan sampai jalan raya, letak Balwoo 2nd branch ada digedung sebelah kanan ujung jalan.

Tepat didepan Balwoo 2nd branch ada temple Jogyesa.
Balwoo 2nd branch banyak direkomendasikan orang, karena itu saya pilih makan disini. Menu makanan disini mahal, dibandingkan dengn Loving Hut.
Saya pesan menu jamur harga won 9.000

Selesai makan lanjut ke Jogyesa temple, just cross the street.
Karena keesokan harinya ada festifal lampion, maka seluruh langit langit temple ini tergantung lampion. Kalau siang hari menjadi teduh tidak terkena sinar matahari, bila berkunjung malam hari kesini cantik, karena lampu lampu lampion dinyalakan.




Lampionnya berwarna warni, cantik sekali. Once again my camera not support, maklum camera jadul.
Temple ini tidaklah terlalu besar. Ada satu bangunan induk. Didalamnya ada 3 patung Budah era Budha Sakyamuni. Ada beberapa orang datang berdoa disini, tapi saya hanya sebentar saja disini.

Karena sudah malam dan kamera tidak support jadi saya tidak bisa memfoto detail temple ini. Tapi temple yang satu ini merupakan temple yang paling terkenal di Seoul.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Cheonggye Cheon (Stream sungai dalam kota Seoul). Dari Jogyesa temple menyebrang ke sebrang jalan lalu jalan ke sebelah kanan menuju bus stop. Naik bus warna merah no 9710. Get off di Cheonggye Plaza.
Ada bis lain 704 (biru), 1020 (hijau), tapi bus no 9710 paling dekat bus stopnya.

Bus ini datangnya lama sekali dibandingkan dengan bus yang lain.
Sepanjang saya naik bis di Seoul tidak pernah saya melihat orang berdesak desakan naik bis. Kalau di Subway yah..... biasalah kalo sedang rush hour pasti subway ramai.

Perjalanan melalui Gyeongbokgung Palace, terlihat Gwanghwanmun Gate, lalu Gwanghwamun square, terlihat patung King Sejong dan Admiral shi. Lalu bis belok menuju kearah Cheonggye Plaza, dibelokkan ke 2 kami turun (hanya 1 stop dari kami naik bis).
Lalu jalan kesebrang jalan, disanalah letak Cheonggye cheon.

Karena ada Yeonsu festifal, maka sepanjang Cheonggye Cheon dipasang banyak lampion dan patung 12 shio dari kertas. Karena sudah malam maka lampu menyala, sehingga sepanjang Cheonggye Cheon menjadi cantik.
Disini ada panggung, yang besoknya akan ada acara bazar, pengisi acara sedang gladi resik, menyanyikan lagu tradisional seperti di film Heartstring, yang dimainkan Park Shin Hye dengan alat musik tradisional.



Kami foto foto sebentar disini. Banyak sekali penduduk lokal dan turis di tempat ini.
Karena dingin, teman saya tidak tahan berlama lama disini. Jadi kami melanjutkan perjalanan. Masuk ke Gwanghwamun subway to next Destination – Dongdaemun.

Sampai Dongdaemun, kami berjalan menuju Dongdaemun, seharusnya Doota dan Migliore. Tapi kami tersesat, seperti masuk ke pasar lokal yang jual barang grosir, yang sama sekali tidak menarik dilihat.
Karena tersesat kami jalan terus sampai terlihat Dongdaemun Gate, berfoto sejenak disana. Didekat gate terdapat Daiso, kami masuk kesana beli oleh oleh. Saya dapat 1 set manicure set harga won 1.000, sendok & sumpit plus tempatnya won 2.000, karet rambut + jepit 6 pcs, won 1.000.

Akhirnya saya tanya jalan menuju ke Doota dan Migliore. Ternyata harus jalan kaki jauuhhh sekali. Lebih baik naik taksi dari Subway station, really really far...

Sampai di Doota, didepannya ada banyak tenda tenda berjualan makanan. Dan terdengar Fantastic Baby – Big Bang (dimana mana pasti terdengar lagu Big Bang, bahkan di dalam kereta subway, diputar MV fantastic Baby).

Berhubung sudah jalan terlalu jauh dan sudah cape jadi teman saya tidak tertarik untuk masuk kedalam. Sebenarnya saya masih ingin masuk kedalam walaupun kaki saya sudah cape banget, tapi karena yang lainnya sudah mau pulang ya udah ga masuk.

Pulang dari sini kami naik taksi. Dan taksi disini susah sekali didapat, berebutan dengan orang orang. Pak Polisi yang ada disana juga sama sekali tidak membantu kami untuk mencegat taksi.

Akhirnya kami mendapatkan taksi. And you know what, ini taksi yang paling kurang ajar yang pernah saya naiki. Sopirnya keliatan kayak orang kurang beres.
Berhubung sudah cape terpaksa, ya udah naik aja. Sopir tidak mau pakai meter dia pasang harga won 25.000 (yang seharusnya menurut saya ke shinchon dari Dongdaemun ga sampe won 10.000). Karena sudah lewat jam 12 malam, jadi kami di charge midnite price, saya tau ini, tapi kayaknya koq ga sampe 3x lipat.

Sepanjang perjalanan sopir usil, tapi dicuekin aja. Akhirnya hampir jam 1 kami sampai dipenginapan, gempor abis hari ini.