Selasa, 20 Mei 2014

Hopping City Trip – Day 4



Senin, 10 Maret 2014
Finally my last day, on these trip.
Kami check out menitipkan bagasi di hotel, bayar RM 1 per luggage.
Langsung jalan sarapan pagi. Tujuan EE Beng vegetarian restaurant (20 Lebuh Dickens, George Town, Penang, buka : jam 07.00-20.30). Walaupun saya sudah print map, saya salah jalan hehehe.... Trip yang kali ini paling kurang memuaskan dan slebor.
Tapi penduduk lokal disini baik baik, kalau ada orang bertanya, mereka menghentikan kegiatannya dan langsung membantu. Walaupun kadang kala mereka bingung, tapi mereka tetap berusaha semampunya membantu. Nice civilization.

Sebelumnya saya download Penang Unesco heritage brochure versi pdf untuk panduan mengelilingi George town. Sangat membantu sekali.

Dari EE Beng kami jalan kaki ke KOMTAR, tujuan mau naik CAT bus (warna hijau), bis gratis keliling Unesco herritage.
Letak bus stop CAT tidak sama dengan bis lainnya. Lokasinya dipengkolan belokan bis, depan posko polisi. Kalo naik bis umum yang berbayar ada info jadwal kedatangan bis, kalo bis CAT tidak ada, and tidak ada kursi untuk duduk menunggu.

Bis CAT kursi duduk sama seperti bis berbayar lainnya, ber AC juga. Bis ini bukan hanya untuk turis saja, penduduk lokal juga boleh naik bis ini. Rute pertama kami adalah ke St. George Church. Jadi kami stop di bus stop no 16.

Kami sampai di Gereja jam 9 pagi, tapi kami tidak masuk ke dalam gereja, ada pak satpam didepan pintu, karena saya bukan katholik tidak mengerti tentang peraturan gereja jadi saya tidak berani masuk ke dalam. Kami hanya berkeliling disekitar taman gereja, foto foto, lalu lanjut jalan kaki ke temple Kwan Im. Lalu ke Penang state museum, Cathedral of Assumption (letaknya berdekatan), nyebrang ke Court building, duduk duduk karena kepanasan didepannya sambil makan bakpao yang tadi kita beli dari EE Beng. Saya salut dengan turis yang mengelilingi George Town naik sepeda, panas banget soalnya, buat saya lebih mending jalan kaki.

Liat foto foto bangunan di sini keren keren, tapi koq pas saya nyampe ke sana biasa biasa aja yah buildingnya. Atau saya yang ga pinter ambil angel ya. Buildingya kalo dari jauh memang bagus, tapi kalo dari dekat juga terlihat kalo kurang perawatan.


Lanjut jalan ke Town hall and city hall. Tapi sedang direnovasi, jadi ga bisa liat apa apa. Jadi kami duduk duduk di pinggir Esplanade, pantainya juga kurang bagus. Tapi bersih sih, jalanan untuk pedestrian lebar luas dan bersih.

Lanjut jalan kaki ke clock tower. Clock towernya gede banget, jadi agak kesulitan juga kalo pas mau foto keliatan full, selain itu juga karena banyak mobil lalu lalang, jadi harus menunggu moment juga.
Clock tower letaknya di tengah perempatan jalan. Just tower, nothing much can see.

Lalu kami lanjut ke clan jetty, naik bis CAT  dari lokasi bus stop terdekat.
Stop di terminal CAT di Jetty. Keluar dari terminal, kami mengikuti turis asing yang berjalan dengan tur guide mereka. Karena tidak terdapat papan petunjuk pintu masuk ke klan Jetty.

Setelah melewati beberapa bengkel, kami belok ke kiri. Terdapat lukisan nenek ditembok dan disebelahnya ada klenteng mini. Setelah foto foto sebentar, kami melanjutkan perjalanan ke belokan selanjutnya, mengikuti turis bule lain.

Dibelokan selanjutnya terdapat beberapa rumah panggung yang berjualan kaos, post card Penang Herritage. Tapi menurut saya harga kaos disini mahal, jadi ga tega mau nawarnya, alhasil tidak beli apa apa. Tapi disini ada toko yang berjualan kue sus duren, saya lupa nama tokonya. Tapi kudu dicoba buat yang doyan duren. Harga RM 6 per box isi 6 pcs. Enak banget. Ada es krim durian, yogurt durian, enak banget. Tapi saya ga beli bawa pulang, karena repot bawanya, juga saya ga beli bagasi.
Dibelakang, rumah paling ujung terdapat klenteng kecil. View pantai yang kalau malam hari saya rasa tempat ini bagus, kalau siang kurang bagus.

Rumah panggung disini interiornya modern. Didalam rumah mereka terdapat TV, sofa, kursi goyang, ada yang rumahnya ber AC. Untuk yang kurang berada memang konsep rumahnya sederhana sekali. Konsep rumah mereka seperti kampung pecinan pada umumnya.

Karena sudah siang, kami lanjut makan siang. Rencana saya ingin makan di Sushi Kitchen (vegetarian meal ala Japan style), jalan 12 gat Lebuh Acheh. Dari klan jetty hanya menyebrang jalan, melewati 1 gang saja sudah sampai. Akan tetapi saat sampai disana Sushi Kitchen tutup (closed at Monday) #tepot jidat dah#.
Panik sudah, ga tau harus makan dimana. Kebetulan ada orang lokal yang mendatangi tempat yang sama, dia menawarkan mengantar ke tempat vegetarian terdekat dengan mobilnya.
Pengalaman 2 kali nebeng sama orang lokal, pertama kali di korea, ini yang kedua kalinya.

Kami diantar ke Vegetarian Life Style Restaurant, Jalan 27, Lorong Soo Hong, Lebuh Armenian (hari rabu tutup). Diujung jalan ini banyak lukisan didinding.
Saya kurang cocok dengan masakan ditempat ini selain terlalu berminyak, rasa menu makanannya cenderung sama, semua pakai minyak wijen, jadi eneg. Harga juga mahal, bertiga RM 69, kami pesan 4 macam menu, 2 mangkuk nasi merah, 1 poci teh hijau.

Kami melanjutkan perjalanan berjalan ke arah Khoo Kongsi temple. Seharusnya gampang sih, tinggal jalan lurus, lalu belok kanan, tapi kami tersesat, walaupun sudah bertanya ke orang lokal, masih aja tersesat. Ternyata petunjuk sudah benar, hanya saja letak temple ini masuk ke dalam jadi tidak terlihat dari luar. Saya sudah lewat tempat ini berkali kali, ya beginilah kalo udah cape, kepanasan. Jarak jalan kaki seharusnya ga jauh, tapi karena cuaca panas sekali dan info dari penduduk lokal tidak pernah turun hujan, jadi panas banget bikin gerah dan cepat lelah.


Masuk ke temple ini bayar RM 10, temple tidak begitu besar, tapi worthlah, satu satunya temple yang besar didaerah George town. Selain ditempelin stiker masuk ke temple kami juga mendapatkan post card gambar Khoo Kongsi plus map lengkap mural di George town (ini karena saya bertanya petunjuk jalan gambar mural anak kecil naik sepeda). Map ini hanya saya dapatkan ditempat ini, diairport juga tidak ada.

Didaerah ini banyak terdapat lukisan mural yang bagus. Ada barongsai, lukisan magisian, kucing, etc dan juga melewati beberapa temple kecil. Mungkin milik pribadi keluarga yang dibuat khusus untuk mereka bersembahyang. Kami hanya berjalan sampai jam setengah 3, karena ada teman yang sudah tidak kuat jalan akibat kepanasan. Jadi kami naik bis kembali ke Komtar. Batallah itinerary ke Ke Lok Si temple.





Kesimpulan Georgetown menurut saya lebih menarik didaerah pecinan, dibandingkan daerah Building kuno. Makanan kuliner disini, jajanan, penduduknya, saya suka semuanya.

Sampai di Komtar, kami mengunjungi Pasific Hypermart and dept. Karena belum sempat beli apa apa di Penang. Saya beli snack khas penang (pia), bukan Pia yang disarankan sih. Merk pia yang disarankan Ban Heang (tapi mengandung babi), dan mencoba mie instant vegetariannya.
Karena teman saya yang lain belum selesai belanja, saya sudah cape, jadi saya bayar, keluar dari dept store mencoba kursi pijat elektrik yang sudah pengen saya coba sejak saya liat di Malaka.

Selesai belanja naik taxi kembali ke hotel, ambil bagasi, langsung ke airport tarif RM 40. Lama perjalanan 30 menit (tidak macet).
Di ruang tunggu airport terdapat counter Ban Heang, free duty. Counter ini tidak hanya berjualan pia saja, ada kopi durian, bebagai macam kue mochi Taiwan, dan coklat.

Pelajaran dari trip kali ini. Jangan serakah dengan tiket promo, kalo beli tiket promo pesawat kebanyakan, alhasil seperti saya tidak bisa menikmati perjalanan, trip jadi tidak maksimal.

Hopping City Trip – Day 3



Minggu, 9 Maret 2014
Baru tau kalo ternyata dibawah motel ada depot yang berjualan makanan, Chinese food, harga dibawah RM 5. Dimotel terdapat dispenser air panas untuk umum didekat receptionis.
Kami check out hanya meninggalkan secarik kertas, sama seperti yang dilakukan petugas motel, karena saat kami mau check out, petugas receptionis belum ada.

Tujuan pertama Legenda Park dan Eagle Square, yang letaknya dekat dengan penginapan.
Tidak sampai 10 menit, kami sudah sampai di Legenda Park. Letak legenda park di Kuah jetty. Disini ada tembok dengan peta langkawi, sayang hasil foto terhapus dikarena saya salah pencet deleted, jadi foto disini terbatas. Juga ada taman dengan pohon yang asri yang cocok buat jogging pagi.

Setelah jalan jalan sebentar kami pindah ke Eagle Square, foto dengan background burung elang. Best timing kesini sore hari, jangan pagi, karena letak object foto membelakangi matahari akibatnya hasil foto hitam. Kecuali kalo bawa kamera SLR.
Didekat sini ada taman, namanya Chogm Park, tapi saya tidak menemukan tempatnya.

Setelah itu kami mengunjungi Oriental Village. Tujuan naik cable car. Dari Eagle square ke oriental village ternyata lumayan jauh juga. Jalan disini luas lebar, dan sudah 2 arah. Seperti pemerintah Langkawi sudah antisipati untuk kemajuan pembangunan, jalan jalan dibuat lebar.

Sampai di Oriental Village ternyata cable car rusak diperbaiki, baru saja rusak kemarin. Banyak turis yang langsung meninggalkan Oriental Village begitu mendapatkann info kalo cable car tidak beroperasi. Karena ada wahana baru Duck Car, jadi kami beralih ke duck car RM 38, lebih mahal RM 3 dibanding cable car.

Informasi bahwa kendaraan akan jalan jam 10. Jadi kami keliling dulu didalam Oriental Village, masuk ke dalam counter-counter, dan kami sama sekali tidak beli apa apa disana, mahal. Counter yang paling menarik adalah counter lukisan, keren keren dan bagus, sebagus harganya hihihi….

Petugas Duck car sama sekali tidak professional, para pengunjung yang sudah membeli tiket antri diloket, tapi ternyata mereka masih bersih bersih. Kami disuruh menunggu 1 jam lebih. Mana tidak ada tempat menunggu, berdiri, kepanasan disana.

Setelah selesai bersih bersih, kami diperbolehkan naik. Dan karena sudah antri lama, jadi penumpang pada berebut, mencari tempat duduk yang strategis. Tempat duduk yang paling bagus disamping jendela, didepan or dibelakang sama saja.

Sebelum jalan seluruh penumpang diwajibkan memakai pelampung. Mobil berjalan pelan keluar dari Oriental Village menuju ke Legenda Harbour Park, lalu mobil masuk ke laut. Pemandangan sepanjang jalan sama sekali tidak ada yang bagus. Hanya hutan gersang yang sama sekali tidak hijau. Begitu mobil berjalan dilaut, penumpang diperbolehkan naik ke dek belakang.

Tentu saja kesempatan ini tidak saya lewatkan. Kami berfoto foto dengan latar mercu suar, yatch, laut, sudah itu doang latar belakangnya. Agak mengecewakan sih, secara harga tiket mahal, lebih mahal daripada cable car, tapi yang didapatkan sedikit, dan sama sekali ga ada asik asiknya. Kalo yang naik anak SD mungkin bagus kali yah, kalo buat orang dewasa, ga banget deh.



Setelah itu kami lanjut ke Datai, karena salah satu teman mau ke sana. Ternyata jauuuhhh banget, dan sampe sana kagak boleh masuk, khusus untuk tamu yang menginap disana. For private only. Penginapan ini termasuk salah satu dari 5 best resort yang ada di Langkawi.
Pemandangan menuju ke Datai bagus, ada terowongan dan view golf yang OK. Juga melewati Black sand beach, didepan pantai ini ada air terjun, tapi kita tidak mampir ke semuanya.

Perjalanan rencana lanjut ke Pantai Cenang. Tapi karena teman yang bawa mobil takut ga sempat ke airport (karena tidak tau medan), takut ga keburu check in and ketinggalan pesawat, jadi batal, kita kembali ke airport. Jadi Langkawi sama sekali ga berkesan buat saya. Kami mampir sebentar untuk minum degan ijo dan saya nyoba rojak (rujak ala Langkawi). Rujaknya buah, sama seperti rujak manis di Indonesia, bedanya bumbunya bumbu petis.
The worst trip during my journey, ga dapet naik cable car and ga bisa kepantai di Langkawi. Saya melewatkan banyak tempat Burau Bay, Teluk Yu, Langkawi Wildlife Park dari itinerary yang sudah disusun.

Sampai di airport kembali saya beli coklat, murah murah lho disini, juga banyak coklat import. Free duty disini rata rata berjualan coklat dan minuman keras. Coklat dari Korea atau Jepang juga ada disini.

Makan diairport, kalau mau murah makan dibelakang. Letaknya belok kiri dari bawah tangga menuju ke food court lantai atas. Tempat makan kru airport. Sistem makan prasmanan.
Karena sayur sudah habis (apa karena sudah jam 3 yah??), saya beli nasi putih plus 1 telor ceplok (take away) di food court lantai atas (Noddle Langkawi) yang total harganya RM 6 (super expensive).

Perjalanan lanjut ke Penang by flight.
Flight hanya 35 menit saja dari Langkawi ke Penang. Cara lain ke penang bisa dengan bis atau kapal ferry, berangkat dari Kuah Jetty (lama perjalanan 4 jam-an).

Ruang tunggu airport tidak besar, kalau tidak salah ingat hanya ada 4 gate saja. Ruang tunggu sepi, ada kedai berjualan makanan diujung ruang tunggu dan dipinggir tembok sebelah kedai terdapat steker kaki tiga.Kami hanya ngobrol duduk duduk disana menghabiskan waktu.

Pesawat berangkat on time. Flight penuh, rata rata wisatawan domestik. Saya agak heran juga dengan trip kali ini, berangkat Jum’at pagi, kembali Senin malam, semua flight yang saya naiki penuh, padahal sama sekali tidak ada hari libur tanggal merah, just weekend.

Airport Penang lebih besar dibanding Langkawi, Lebih bagus juga.
Dari pintu exit airport, kami langsung menyebrang jalan ke lokasi bus stop.
Disana terdapat rute rute bus yang dilayani airport.

Berdasarkan hasil googling bahwa ada bis airport yang lewat di Tune hotel, yaitu bis 401E.
Saat bis 401E datang, saya tanya ke pak supir, dan diinfokan tidak ada bis yang stop di depan tune hotel dari airport, harus transit di KOMTAR. Karena saya keukeh dengan info yang saya dapatkan, jadi saya lewatkan bis 401E itu.

Saat bertemu dengan penduduk lokal, diinfokan bahwa memang harus ke KOMTAR, transit dengan bis no.103 yang menuju ke Tune hotel. Well, maybe ada bis yang lewat, tapi tidak didepan hotel,  mungkin lewat gang belakang, karena memang terdapat lorong lorong disamping Tune hotel. Jadi kami menghabiskan waktu 30 menit sia sia, menanti bis 401E selanjutnya.

Next bus came, kami naik dengan tarif RM 2.7 (dari airport sampai last stop – KOMTAR), sangat murah sih, kalo naik taxi sekali jalan RM 45. Bis nyaman, interor sama persis dengan bis di Singapore, masuk dari depan, bayar di pak supir, trus dikasih karcis bis. Saya duduk dikursi belakang, sementara teman saya duduk di tengah.

Saya kira bis ini khusus untuk mengangkut penumpang dari airport saja, ternyata ini bis umum, yang berhenti disetiap bus stop. Dan parahnya lagi, saat saya naik bis ini, waktu office hour baru saja berakhir (saya landing jam 18.05), jadi macet dan penuh sesak dengan penumpang yang diangkut dijalan raya. Naik bis dimana mana sama aja, kudu penuh sesak sampai penumpang mau naik ga bisa, baru deh ga ambil penumpang lagi.
Tips naik bis, duduk dikursi penumpang belakang, jangan di tengah. Kenapa? Soalnya penumpangnya berjubel jubel and *sorry to said* bau BB nya, alamak bisa bikin pingsan.

Tapi rute bis ini bagus, lewat banyak tempat wisata. Ada snake temple, Queensbay Mall, yang bisa lihat jembatan Penang. Tapi masih agak jauh, kalau mau buat foto kurang bagus. Sampai di KOMTAR sudah jam 7 malam. Dari sini kami naik bis no 103 ke hotel.

Naik bis disini rapi, sudah ada tempatnya sendiri sendiri (sama seperti di Cina). Ada papan board yang menginfokan jadwal kedatangan bis, dan kalau lama diberi tahu alasannya, biasanya sih karena macet.
Dari sini naik bis 103, tarif RM 1.4 (only 2/3 stop ke halte didepan hotel Tune hotel).

Karena tidak tau jalan, begitu naik saya info ke pak supir kalau mau turun di Tune hotel. Ternyata turun dihalte sebelum traffic light (halte terdekat). Jadi saya harus menyebrang, trus berjalan lurus saja menuju ke hotel. Walaupun jarak dekat, tapi karena sudah cape and laper, plus harus bawa koper, jalan ke Tune berasa jauh, menyebrangi beberapa lorong.

Sampai di Tune, check in tidak antri, proses cepat.
Dibanding hotel Tune yang lain yang pernah saya inap (Legian, LCCT), Tune hotel dipenang kurang bagus. Karena tidak ada jendela, lalu terasa pengap, juga lokasi kamar mandi didepan tempat tidur, kurang bagus menurut saya. Biasanya lokasi kamar mandi disamping tempat tidur. Tapi saya tidak complain, karena harga hotel ini waktu saya book murah, tidak sampai RM 40 per roomnya (kalo ga salah RM 32).

Karena sudah lapar, kami langsung ke Gurney Mall untuk makan, jadi skip ke Chowrasta Market. Naik bis no 103, tarif RM 1.4 ke Gurney Plaza. Oleh pak supir kami diperbolehkan membayar hanya RM 1 per orang.
Kembali saya bertemu dengan orang baik. Karena sudah sepi, penumpang bis tinggal seorang saja, jadi Pak sopir ngajak kami ngobrol. Diberi pengetahuan sekilas tentang Penang, penduduk lokal, makanan lokal, Rumah sakit yang murah. Pak sopirnya takjub karena kita bisa keliling ke luar negri sendiri (dari Malaka, ke Langkawi trus Penang), naik bis pula dinegara orang. Padahal banyak lho orang Indonesia yang ke luar negri ala Backpacker.
Kami dilarang naik taxi, karena sudah malam, tarif taxi mahal, disarankan untuk kembali ke hotel kami naik bis 103 lagi, menuju ke KOMTAR. Diberitahu juga alternatif bis lain, jam terakhir bis operasi.

Sampai di Gurney Plaza, kami say good bye dengan pak sopir and get off dari pintu depan hehehehe..... (harusnya dari pintu tegah).
Gurney Plaza, sama seperti mall mall yang lain, jadi ga perlu dikometari, food court terletak dibasement, lantai G. Dari pintu masuk, cari eskalator turun kebawah.
Makan dengan konsep outdoor juga ada, tapi kurang tau berapa harganya. Ga nyoba soalnya keliatannya mahal.

Food courtnya kecil, dan waktu kesana lagi direnovasi, jadi makan didepan food court.
Harga menu kurang lebih RM 6 (saya order nasi goreng), saya tidak beli minum jadi tidak tau berapa harga minumanya. Karena sudah malam jadi mall sudah sepi.
Selesai makan kami langsung kembali ke hotel, karena sudah malam dan outlet outlet disana sudah banyak yang akan tutup. Lagian juga ga plan mau beli barang disana, mall branded, ga cocok buat kita yang duitnya udah menipis.

Exit mall, kembali ke bus stop, menunggu bus no 103. Halte disini sangat informatif, terdapat informasi bis dan rutenya.
Thats all for today.

Hopping City Trip – Day 2



Sabtu, 8 Maret 2014
Jadwal hari ini mengunjungi Cheng Hoon Teng Temple (temple yang wajib harus didatangi di Malaka). Sebelumnya kami mampir dulu ke temple kecil disebrang penginapan, Temple Kwan Im.
Jam 6 Pagi temple temple di daerah ini sudah buka.

Jalanan masih sepi, semua tempat usaha yang hingar bingar kemarin belum ada yang buka, kecuali kedai kelontong dan depot yang menjual sarapan pagi. Jalanan Jonker Street dan sekitarnya yang kemarin disulap jadi depot makan dadakan sudah dibereskan. Jalan bersih, tidak terlihat seperti bekas makanan atau limbah lain yang disebabkan dari lapak jualan dadakan. Bersih seperti sedia kala. Jempol buat penduduk Malaka yang bertanggung jawab untuk kebersihan fasilitas umum.

Temple Kwan Im ini kecil, hanya ada 3 buah rupang Budha saja. Ditengah sebelah kiri dan kanan. Walaupun demikian sudah terlihat beberapa penduduk local yang datang bersembahyang.

Kami hanya sebentar saja disini, lalu melanjutkan ke Cheng Hoon Temple. Dari penginapan berjalan ke belakang gang saja, jarak dari penginapan hanya 450 meter saja. Disepanjang perjalanan terdapat beberapa temple kecil.

Didepan Cheng Hoon Teng  temple ada satu buah temple baru (bangunannya baru, atap dan lantai sudah modern) atau mungkin lebih tepat disebut Wihara. Ada biksu yang menjaga tempat ini (jubah warna coklat). Didalamnya terdapat banyak rupang Budha. Happy Budha didepan pintu masuk, dibelakangnya ada rupang Budha yang besar. Disamping kiri kanan terdapat banyak rupang Budha berjajar diatas meja dengan ukuran yang lebih kecil. Dibelakang rupang Budha besar terdapat ruangan tempat rupang Budha yang lain. Bangunan Wihara berlantai dua, tapi kami tidak naik ke lantai atas.


Lalu kami menyebrang ke Cheng Hoon Teng Temple. Jam baru menunjukkan pukul 8, tapi sudah terlihat 1 rombongan bis turis dari Cina. Kalau lebih siang mungkin temple ini sudah penuh dengan orang.
Ornamen temple ini sangat kuno, tapi masih terpelihara dengan baik. Dipintu gerbang terdapat lukisan naga bercat warna emas didaun pintunya, dan ada jendela motif naga dan lukisan kuda yang terpahat didinding belakang pintu. Untuk orang Indonesia tempat ini mungkin lebih familiar dengan sebutan Klenteng.



Temple ini tergolong besar. Seperti  temple pada umumnya didepan adalah tempat menancapkan dupa untuk dewa langit. Lalu didalamnya terdapat banyak rupang Budha.  Atap, tiang penyanggah semua dari kayu dengan ornament cina klasik, dan juga tergantung lampu kuno. Atap temple dicat banyak warna yang eye cathing dengan ornament detail.

Disamping dan belakang temple sepertinya tempat sembahyang untuk para leluhur. Terdapat banyak papan kayu nama dan masih disembahyangi (entah dari klan apa). Mengunjungi temple ini paling tepat pagi hari, sebelum banyak turis yang datang. Udara bersih, belum banyak asap dupa, juga matahari belum terik.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dan kami membeli makanan, lebih tepatnya “jajan pasar” dipinggir jalan. Jualannya Bakcang, ada yang isi daging babi, ada yang isi daging ayam. Kue serabi, lalu ada gorengan seperti pisang molen, tapi isinya kentang, murah, enak, mengenyangkan, boleh dicoba. Saya beli kue serabi dan “kentang” goreng, sudah disiapkan dalam bungkusan plastic @ 3 buah, total RM 4,2 (mahal ya, sarapan pagi saya) baru nyadar pas nulis blog, #tepok jidat.com#.

Saya melewatkan Baba and Nyonya Heritage Museum, ga mampir ke LW Nyonya Pineapple Tart House (tempat jual pineapple tart paling enak di Malaka – hasil berguru sama mbah Google).
Tapi saya tulis sekilas info yang saya tau.

Baba and Nyonya Heritage Museum – Opening hour Monday to Sunday from 10:00 AM to 12:30 PM,and 02:00 PM to 04:30 PM. Admission fee RM 12.
LW Nyonya Pineaplle Tart House
Alamat : 33 Lorong Hang Jebat (Jonker Street) 75200.
Ditempat ini terdapat berbagai macam pineapple tart, dengan berbagai macam ukuran dan rasa, harga juga bervariasi mulai dari RM 10.

Karena tiket bis ke LCCT jam 10.30 pagi, jadi jam setengah 10 kami sudah on the way kembali ke Melaka Sentral.
Tarif taxi sama RM 15, tapi lebih cepat, hanya 10 menit sudah sampai. Info dari supir taxi karena jalan tidak macet, kalau macet bisa 20 menit. Selain itu rute dari Malaka sentral ke Jongker street memutar, sedangkan dari  Jongker street ke Malaka Sentral rute lebih pendek.

Terminal bis walaupun dari depan terlihat sepi, tapi didalamnya sudah banyak penumpang. Untuk yang belum berangkat disediakan ruang tunggu yang besar dan nyaman. Terdapat beberapa kios menjual sncak, manisan dan minuman. Ada kursi pijat elektrik juga, tapi harus bayar RM 3 or 5 (kalo ga salah ingat – untuk 15 menit). Karena kami beli tiket 1 hari sebelum hari H, jadi kami dapat nomor kursi didepan.

Bis berangkat on time. 2,5 jam sudah sampai di KLIA. Setelah itu lanjut ke LCCT.
Akan tetapi bis berhenti mengisi bahan bakar dulu.
Baru tau kalau ternyata angkutan umum di Malaysia, taxi, bis semuanya diisi dengan PGN (gas) dan self service. Petugas hanya terlihat ada 2/3 orang saja. Tempat pengisian gas untuk angkutan umum dan mobil pribadi dibedakan. Hebat ya, maju sekali Malaysia, dan tidak ada yang melanggar sama sekali, antri dengan tertib.

Sampai LCCT tujuan kami adalah Medan Selera food court, dan kembali saya hanya order nasi putih dan air mineral. Kalau tau jalan tidak macet, saya beli tiket bis ke LCCT yang jam 12 siang, jadi bisa main lebih lama di Malaka. Tapi apa mau dikata, sudah terlanjur beli.

Jam 3 sore kami masuk ke ruang tunggu. Dan dikagetkan dengan berita pesawat MAS MH370 yang hilang pagi hari. Para penumpang focus dengan berita yang ditayangkan diTV. Tapi banyak juga yang cuek.

Flight on time, landing on time, hanya 1 jam penerbangan dari LCCT menuju Langkawi.
Kami sewa mobil diairport, paling murah adalah mobil kancil RM 50, matic (harga low season). Berhubung tidak ada yang bisa nyetir mobil matic, kami sewa mobil manual, tarif RM 70, dan hanya ada 1 saja. Mobil kuno tahun 90 an, AC OK, power window tidak berfungsi, hanya disisi supir saja yang bisa, karena mobil kuno bahan bakar lebih boros.
Mobil yang parkir diairport rata rata tidak dikunci, sangking amannya. Mungkin banyak kamera CCTV dimana mana yah (tapi saya ga liat tuh).

Tujuan pertama adalah Telaga Harbor park. Yang menurut informasi dari blog yang saya baca, letaknya dekat, dan merupakan tempat yang dianjurkan untuk mengisi bahan bakar. Tapi menurut saya  jauh. Entah apa karena saya tidak bisa membaca peta atau rute kami yang salah. Kami beberapa kali berhenti bertanya dengan orang local.


Sebelumnya saya ceritakan dulu pengalaman mengisi bahan bakar disini (dipom terdekat dengan airport). Oh ya, sebelumnya tanyakan ke rental mobil bahan bakar mobil supaya tidak salah isi. Rata rata mobil disini bahan bakarnya petronas.
Cara isi bahan bakar, tidak ada petugas sama sekali. Jadi harus turun dulu ke loket kasir, loket kasir disebelah kasir supermarket mini. Tapi tidak perlu masuk ke dalam mini market, dari luar tinggal bilang mau isi berapa RM, bukan liternya (misal RM 20), dan info di pom nomor berapa. Setelah itu kembali ke pom ambil selang isi bahan bakar sendiri (hasil nyontek dari orang yang antri sebelum saya).
Apa yang saya lihat difilm film, akhirnya saya alami sendiri hehehe…….katrok.com.

Setelah menempuh perjalanan kira kira setengah jam, akhirnya sampai juga diPerdana Quay.
Disini ada gas station, rumah makan, dan ruko ruko disamping gas station, gereja, and Yatch. Inilah tujuan ngapain saya kesini, mau bernarsis ria dengan background Yatch. Yang kata teman saya, ngapain jauh jauh ke Langkawi kalo hanya foto kayak beginian, di Jakarta juga bisa. Tapi kan saya bukan orang Jakarta (ngeles.com).
Setelah puas bernarsis ria disini. Lanjut ke tujuan selanjutnya Pantai Tanjung Rhu, yang infonya pantai paling bagus untuk sunset di Langkawi. Tapi menurut saya masih jauuuhhh lebih bagus sunset di Dreamland, Bali daripada disini.

Trus lanjut perjalanan makan malam. Lewat didepan Four season hotel, turun, foto bentar, trus lanjut lagi.
Depot vegetarian satu satunya di Langkawi adalah Xin An Vegetarian café, yang menurut saya lebih tepatnya depot, sama sekali tidak terkesan café, didaerah Kuah.
Pemilik depot, mengenalkan diri, memberikan kartu namanya, kesannya ramah sekali menawarkan tempat menginap dihotel bintang 3, dan saya bilang kalo sudah book penginapan di JS Motel. Trus bilang kalo stay di motel ga bagus, menakut nakuti kami kalo disana tempatnya tidak bagus dan sering kali kalo mandi diintip. Lalu menawarkan tur macam macam, yang ternyata dibelakang depotnya pemilik depot juga buka tour. Setelah menolak halus semua tawarannya, akhirnya menyerah juga pemilik depot. Nyebelin juga sih orangnya.

Menu makanan disini sama sekali tidak rekomen deh (kayak masakan rumahan, lebih enakan masakan mama saya), saya ga selera and ga foto sama sekali menu makanannya, trus mahal lagi. OMG deh, ditempat ini. Bukan maksud saya berkomen jelek, tapi memang itu kenyataannya.

Bertanya ke pemilik depot dimana tempat Haji Ismail Group (tempat belanja yang wajib kunjung di Langkawi), diinfokan kalo sudah malam sudah tutup. Mereka tutup jam 8, padahal info dari mbah Google buka jam 8 pagi – 2.30 siang, lalu buka lagi jam 6 sampai  jam 10 malam. Ya udah, langsung ke penginapan saja, yang ternyata HIG singkatan dari Haji Ismail Group sudah kami lewati tadi, besar tempatnya, dan ada hotel disampingnya.

Tapi it’s OK, masih ada cabang HIG didekat penginapan kami, jadi kami mampir beli oleh oleh.
Kalau di Malaka saya beli manisan, disini saya beli coklat. Beraneka ragam coklat, yang pasti yang tidak dijual diIndonesia. Murah murah harganya. 1 pack ukuran sedang coklat kecil-kecil (isinya mungkin ada 50pcs) RM 9,5. Ga rugi beli coklat disini, borong aja.
Disini kami bertanya kepada orang local alamat penginapan, yang ternyata adalah turis domestic. Baik sekali  bapaknya, kami dibukakan GPS di HPnya, dan dikasih liat petunjuknya.

Oh ya, penginapan JS Motel, info detail bisa dilihat di agoda or booking.com agak sulit dicari, kami sampai berputar putar ditempat yang sama 3 kali, karena nama motel diatas gedung (warna biru) dan tidak ada lighting lampu, jadi kalo tidak negok ke atas tidak keliatan, warna gedung merah muda.
Karena sampai penginapan sudah jam 11 malam, petugas receptionis sudah tidak ada, hanya meninggalkan secarik kertas di counter check in, bahwa ruangan kami sudah disiapkan dan kunci kamar didalam kamar. Motel di lantai 2, no elevator, jadi gotong bagasi sendiri. Mungkin karena saya book dengan agoda.com dan sudah bayar ya.

Kamar penginapan luas, besar, TV flat, kamar mandi ada air panas, hanya saja kebersihannya kurang. Tapi Ok lah, dengan AC harga penginapan tidak sampai 300ribu, secara harga penginapan di Langkawi mahal.

That’s all today trip.