Sabtu, 03 September 2011

Pematang Siantar, Prapat, Tomok, Ambarita, Pagururan

Rabu, 31 Agustus 2011

Hari ini hari 1 hari raya. Jadi jalanan lenggang. Kami berangkat dari Medan pagi jam 5, setelah jemput sana sini, and betulin jedela sopir - kagak bisa ditutup, jam 7 kami depart to Pematang Siantar. Tujuan Kuil Avalokitesvara di Pematang Siantar, Jl. Pane.

Sepanjang jalan, kalo ada mesjid, kami pelan pelan, banyak umat islam sedang sholat Id. Karena jalanan sepi, jadi perjalanan lancar. Untuk sampai disini, bila sudah sampai di jalan Sutomo (or Sutopo - lupa, jalan besar) lihat disebelah kiri (dari arah Medan), belok ke Jl. Bandung, disana ada tanda menuju ke Vihara Avalokitesvara (Jl. Pane), ikuti jalan sampai ada papan petunjuk ke Vihara Avalokitesvara 350 meter, belok kiri, trus belok ke kanan, sampai dah disini.

Konon, menurut info dari teman yang sudah datang ke sini bulan April lalu, bahwa vihara ini sempat mengalami kebakaran 2 tahun yang lalu dan masih dalam proses penyempurnaan bangunan. Akan tetapi patung Avalokitesvara bisa dikunjungi. Waktu kesini, sama sekali tidak ada petugas yang terlihat hanya ada seorang satpam yang duduk berjaga dan belum ada pengunjung yang lain, jadi kami bebas berpose hehehehe.....nih hasil jepretan disana.


12 Shio - urut






Disini kami hanya sebentar, +/- 30 sampai 45 menit, lanjut ke Prapat, kami akan menyebrang ke Samosir. Sampai di pelabuhan Ajibata (penyebrangan ferry untuk mobil) jam 11.30, kapal ferry barusan berangkat, dan kami harus antri. Ada 2 kapal ferry, kapasitas 30 mobil dan kapasitas 40 mobil. Dalam 1 hari hanya melayani penyebrangan dari pagi - sampai malam, sebanyak 5 kali (08.30, 11.30, 14.30, 17.45, 21.00), karena ramai, maka penyebrangan tidak sesuai dengan jadwal. 1 kali menyebrang diperlukan 45 menit.

Pelabuhan Ajibata - Prapat
Peraturan antri, diluar antri dulu, setelah itu masuk kedalam - ada petugas yang mengatur, plus harus bayar parkir, ga tau berapa, waktu itu saya bayar Rp. 2.000. Setelah itu masuk kedalam dermaga (ada pintu), antri disana untuk naik ke ferry. Kami dapat ferry jam 14.30, tidak ada calo tiket, smua tiket beli diloket dermaga (syukurlah). Harga tiket ferry per mobil (tidak dihitung penumpangnya) Rp. 91.500 + jasa raharja Rp. 3.500 = Rp. 95.000 per mobil.

On the way to Samosir Island
Didalam dermaga ada kantin mini plus toilet (tidak bayar), diluar juga ada toilet tapi harus bayar. Kami bawa bekal dari Medan, jadi kami makan siang numpang di kantin, hanya beli minum saja. Kalau malas bawa bekal bisa beli dikantin atau diluar pintu dermaga banyak sekali warung.

Didepan kantin ada bakso. Bakso ini yang paling laku dibeli orang.

Saya tidak tau tarif makan disana, menurut bapak sopir makan diwarung perporsi Rp. 10.000.

Sampai di Samosir - Tomok, +/- jam 16.00, saya langsung menuju ke makam raja di Tomok. Disini suasana seperti di Legian bali, hanya saja lebih pendek, tidak sepanjang Legian. Jualan macam macam pernak pernik, gantungan kunci, baju, ulos, mainan anak anak. Kalau beli barang disini jangan lupa menawar. Saya membeli gantungan kunci, harga Rp. 7.000 (kayaknya seluruh kios seragam, harganya sama), saya tawar Rp. 10.000 untuk 3 pcs, dan hanya ada 1 kios yang memberikan.

Replika Patung Gale Gale
Untuk kesini perlu naik keatas, dan harus jalan kaki, tapi dekat koq +/- 50 meter saja. Sampai di atas juga banyak kios pedagang, kami foto rumah adat (setelah foto, harus mengisi sumbangan ala kadar - terserah tidak ada jumlah  minimal). dan foto di replika patung gale gale.

Adapun patung originalnya ada didalam, disana ada orang yang menggerakan patung Gale Gale dari belakang. Tidak banyak turis disini, karena banyak yang lebih suka berbelanja.

Setelah itu masuk ke makam Tomok. Disini wajib pakai ulos. Anak anak tidak perlu pakai. Untuk yang belum menikah pakai ulos diselempangkan di sebelah kiri, sedangkan untuk yang sudah menikah diselempangkan disebelah kanan. Pakai ulos tidak perlu bayar, ambil saja dimeja yang sudah disediakan. Setelah selesai melihat lihat dan foto foto, kembali mengisi sumbangan dikotak yang sudah tersedia.

Perjalanan dilanjutkan ke desa Amabrita - disini ada meja kursi batu. Konon dahulu kala penduduk disini kanibal, memakan daging manusia. Adapun mereka makan daging manusia bukan disebabkan karena lapar, akan tetapi supaya lebih kuat.
Meja Kursi Batu - Ambarita, Samosir

Disini bisa berfoto menggunakan pakai adat (hanya kain ulos) dan hiasan kepala serta ikat pinggang, berpose disalah satu rumah adat - biaya Rp. 5.000.
Dibawah salah satu rumah adat ada tempat pemasungan.
Sedangkan untuk rumah adat yang masih dihuni sampai saat ini, pada bagian bawah rumah panggung diisi hewan ternak ayam.

Untuk masuk ke kawasan ini perorang dewasa dipungut Rp. 2.000 dan mengisi buku tamu.
Disebelah meja kursi batu terletak tempat penyembelihan manusia (dari batu), mirip dengan tempat persembahan yang saya lihat difilm mesir kuno.

Dibawah terletak toko berjualan asesoris, tidak sebanyak di Tomok, hanya beberapa kios saja. Saya tidak mampir karena tidak tertarik untuk belanja, jadi tidak tau didalam barang apa saja yang dijual.

Oh ya, di Tomok atau Ambarita, bila ingin pakai Tourist Guide juga ada, petugas parkir biasanya akan menayakan, saya tidak tau berapa tarifnya.

Setelah itu perjalanan dilanjutkan kepenginapan Hotel Tiga Besar di pagururan.Saya book via www.booking.com payment via BCA, saya kontak by email. Disini saya sewa family room/hr Rp. 250.000, 2 tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, meja makan plus ruang tamu mini - tidak ada TV dan hot water, karena room dengan fasilitas itu sudah penuh (padahal saya book 3 minggu sebelum hari H).

Disebelah Hotel Tiga Besar ada penginapan bagus sekali, kalau tidak salah namanya Damiang, letak penginapan ini persis dipinggir danau toba, view disini bagus sekali. Sunset sangat bagus disini.

Next trip to sidikalang, Brastagi, Sobolangit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar