Jum’at, 18 Mei
2012
Nami Island –
Petite France – Jogyesa Temple – Cheonggye Cheon - Dongdaemun
Hari ini bangun
jam 6 pagi (waktu korea). Waktu Korea lebih cepat 2 jam dari WIB. Selesai mandi
kami turun ke dapur, masak mie instant yang sudah kami bawa dari Indonesia,
buat toaster bread with starwberry jam, also cereal. Selesai makan, ngecek email bentar.
Selama saya stay
disini saya tidak pernah memanfaatkan wifi, karena sudah terlalu cape, tapi
menurut teman saya wifinya ok, ga lemot.
Jam 9 pagi kami berangkat
naik Subway menuju ke Nami Island. Naik dari Ehwa Woman Univ, lalu kami turun
di Wangsimpri station. Dari sana kami keluar dari exit 4, menuju ke arah
Wangsimni Square.
Ngapain exit ke
sini ? soalnya mo foto dengan lukisan sayap malaikat.
Setau saya
seharusnya ada 3 model sayap malaikat, tapi sekarang hanya ada 1 saja.
Kalau mau lihat
lengkapnya lihat di MV Super Junior KRY – Fly. Disini tempat pembuatan MV Fly.
Alamat : Wangsimni-ro-20-gil
(왕십리로20길)
Sayap asli
sebenarnya ada di Ehwa Village, dipopulerkan oleh aktor Lee Seung Gi, melalui
acara variety show 1N2D. Di Ehwa village banyak terdapat mural, dianak tangga,
tembok, dijalan. Tapi sejak Lee Seung Gi berhasil menyelesaikan misi foto dengan
sayap malaikat, tempat ini menjadi ramai sekali dan menggangu warga sekitar,
siang dan malam banyak sekali turis datang untuk berfoto disana. Sehingga
lukisan sayap tersebut dihapus dan dipindah ke Wangsimni Square. Lukisan inipun
sudah diperbaiki. Tapi saya lebih suka versi angles wings di MV Suju KRY – Fly.
Setelah itu kami
masuk kembali ke subway station melanjutkan perjalanan ke Cheongyanni station,
change subway menuju ke Gapyeong station. Wangsimni Station & Cheongyanni
station sangat luas, jadi bertanyalah supaya tidak salah jalan. Karena untuk
menuju ke Gapyeong harus ganti rute subway warna biru langit, Gyeongchun line
Hari ini hari
Jum’at, entah sedang ada event apa di Korea, kemanapun kami pergi, pasti banyak
berjumpa banyak anak sekolah (mungkin di Korea sedang libur sekolah). Kemarin
juga, waktu kami mengunjungi Korea Folk Village di Suwon, banyak sekali bis bis
anak sekolah, ada kali 40 bis.
Bulan Mei ada
festifal lampion diseluruh Korea. Jadi di sepanjang jalan utama banyak
tergantung lampion, plus banyak orang orang pakai pakaian traditional bawa
lampion.
Selain itu waktu
saya datang di Seoul sedang ada Yeosu festifal (saya kurang tau festifal apa
itu). Yang saya tau di Jogyesa temple akan ada pertunjukkan yang cuma ada 1
tahun sekali.
So next time
visit Seoul at May.
Sampai di
Gapyeong station, rencananya saya mau membeli tiket bus Gapyeong city bus tour,
1 hari penuh pakai fasilitas bus keliling daerah Gapyeong cuma won 5.000.
Rute bis melalui :
Cheongpyeong stasiun - Cheongpyeong terminal - Petite France - Nami Island -
Gapyeong station - Gapyeong terminal.
Beda teminal dan
stasiun, terminal = terminal bis, stasiun = subway.
Ini alternatif
yang paling murah buat keliling di Gapyeong.
Karena sampai di Gapyeong
station sudah jam 10 lebih, sedangkan schedule bis yang paling pagi jam 09.15,
next bus 12.15. Jadi saya putuskan untuk naik taxi menuju Nami Island. Taxi
pakai meter, tarif won 2.700
Sampai Nami
Island sudah terlihat banyak orang mengantri untuk naik kapal. Saya segera beli
tiket dan ikut baris mengantri. Kapal feri kecil, hanya ada dudukan di dalam
kapal. Disini tempat duduk hanya dibagian pinggir saja, sisa naik keatas or di
dek, or didalam tapi berdiri. Diatas kapal banyak terdapat bendera dari
berbagai negara.
Sepanjang perjalanan
nothing much to see, and for me cross to Samosir Lake from Prapat – North
Sumatra, much much better. Banyak kursi didalamnya, pemandangan juga luar biasa
bagus, blue sky, nice view. Disini airnya sama sekali ga biru, tapi coklat –
cuma bersih kagak ada sampah.
Alternatif lain
masuk ke Pulau Nami dengan Zip Wire. Kalau naik kapal harga won 8.000 – include
boat (round way) and admission fee, kalau zip wire harga won 32.000 (round trip
and inlude admission fee too).
Zip wire, mirip
seperti fly fox (menurut saya). Dari bagian bawah tower naik eskalator menuju
keatas (mirip seperti tower Bugge Jumping – as I saw at Running Man and WGM).
Kalau flying fox,
bepegangan pada besi or whatever that things name, kalau zip wire orangnya
duduk dikursi (single chair) dengan kaki kudu lurus sejajar dengan kursi, kemudian
kursi akan berjalan (or ditarik kawatnya yah..., maybe) ke menara disebrang
pulau Nami. Perjalanan by Zip Wire +/- 5 menit. Kalau naik kapal +/- 15 menit.
Tapi beda harganya.....selangit.....
Site pulau Nami :
http://www.namisum.com/
Bagi yang suka
tantangan yang satu ini boleh dicoba. Just Information, don’t forget to wear
jacket and syal, trust me the wind blow really cold. But maybe it will not cold
at July. Saat kami berkunjung ke pulau nami angin tidak bertiup jadi kalau mau
naik zip wire kondisi cuaca bagus. Kalau angin bertiup, naik zip wire bisa
terayun ayun.
Sebelumnya saya
juga sudah searching prakiraan cuaca hari ini, baik di Gyeong gi maupun di
Seoul hari ini berawan, and it’s true.
Sampai dipulau
nami, disambut gate selamat datang, dan banyak orang mengantri untuk berfoto
digate itu. Disamping gate ada batu dengan mini air mancur (kalo dibilang air
terjun, kecil banget, dibilang air mancur juga ga mancur mancur amat, jadi
bingung apa yah vocabulary seharusnya? Air mengalir di batu kali lebih tepat).
Masuk kedalam ada
banyak patung patung kecil, disamping ada toko mini market berjualan snack
(bukan snack special di Nami). Disebrang ada toilet, jadi bagi yang mo ke
toilet buruan setor disini, didalam masih ada toilet tapi jauh and susah
nyarinya.
Tujuan pertama
persewaan sepeda.
Untuk menuju ke
persewaan sepeda diharuskan jalan kaki masuk kedalam, kurang lebih 10-15 menit.
Sepanjang perjalanan ada restaurant, spot spot untuk berfoto.
Pohon pinus tempat syuting winter sonata bukan dibagian ini, tapi masih harus jalan masuk ke dalam.
Pohon pinus tempat syuting winter sonata bukan dibagian ini, tapi masih harus jalan masuk ke dalam.
Menurut saya
pribadi, pulau Nami tidak begitu bagus, hanya pohon pohon saja sepanjang jalan.
Untuk pemandangan alam kurang. Hanya saja pemerintah korea pandai mempromosikan
dan mempercantik pulau Nami, dibuat jembatan, kolam air, spot spot cantik untuk
berfoto. Untuk yang suka landscape, tempat ini tidak menawarkan banyak tempat
yang bagus (compare with the admisson fee).
Sampailah kami
ditempat persewaan sepeda. Sewa sepeda setengah jam won 3000, 1 jam won 5000, 2
jam won 10.000, dst.
Setiap orang yang
menyewa sepeda diminta meninggalkan ID Card (I didn’t know it’s for foregin
only or for all person).
Setiap 10 menit
keterlambatan pengembalian sepeda didenda won 1.000.
Sepeda yang
disewakan sepeda single rider, dan double rider.
Yang pasti
sepedanya, walaupun tampilan sama seperti sepeda mini di Indonesia, tapi
sepedanya enak dinaiki, goesnya tidak berat, jok sepeda juga nyaman. Pengalaman
saya naik sepeda di Pulau Tidung, naik sepedanya cape dan joknya ga empuk, goes
juga berat.
Berhubung banyak
anak sekolah yang datang, (mereka pake seragam sekolah, sama seperti siswa di
Korea Folk Village), naik sepeda kudu ati ati, anak sekolah naik sepedanya
ngebut.
Kami naik sepeda
sampai ujung, sampai terlihat danau, setelah jajaran pohon pinus tempat syuting
winter sonata. And sejauh mata saya memandang, tidak ada tempat yang bisa
membuat saya kagum dengan keindahan pulau Nami. Walaupun saya juga penggemar berat
halluya wave, and K-Pop, tapi tempat ini tidak membuat saya kagum. Semua yang bagus
buatan bukan alami.
Tapi yang pasti
disini tempat yang bagus buat piknik. Kami makan siang dengan bekal yang sudah
kami siapkan dari Seoul, di salah satu meja yang tersedia (banyak tempat yang
tersedia untuk duduk dan makan), dekat dengan restaurant yang ditemboknya ada
gambar Bae Yong Jung dan Choi Ji Woo.
Dan yang paling
heboh minta foto di tempat ini rombongan tur turis dari Indonesia.
Di Seoul jual
nasi Instant, nasi sudah matang tinggal dibuka dan bisa dimakan, jadi tidak
usah repot repot beli nasi putih, harga won 1.000 (beli di GS 25 or 7-11). Ini
bekal makan siang kami hehehe...
Tidak banyak hal
yang bisa saya ceritakan tentang nami Island, cause as long as I see nothing
much to see.
Jam 1 tepat kami
meninggalkan pulau Nami. Jam 1 tepat ada kapal feri yang sandar.
Sampai di
penyebrangan, kami masuk ke salah satu mini market, disamping exit dari kapal
feri. Dimini market ini hanya berjualan sedikit sekali merchandise pulau Nami
(dompet, gantungan HP, handuk, topi, etc), sisa berjualan snack seperti mini
market pada umumnya, dan kayaknya mahal
harga barang disini.
Saya bertanya ke
Information center tentang Gapyeong city tur bus (my next destination = Petite
France), karena lebih murah won 5.000 PP dari pada saya harus naik bus/subway
plus taxi ke Petite France.
Ternyata menurut tourism
informasi center bis sudah lewat jam 12.30, so I miss the bus. Kalau mau ke
Petite France dari Nami Island naik taxi, and you what made me surprise.......
the taxi fare won 40.000 (alamak, mahal kali ....). Dari pulau nami ke Petite
France makan waktu setengah jam.
Kalau ingin naik
Gapyeong city tur bus, harus naik dari depan Family mart (gedung warna pink,
only one – you won’t get lost).
Didekat Nami
Island Zip Wire ada tempat Bugee Jumping. Saat kami lewat disana ada orang yang
bersiap melompat Bugge Jumping, seharusnya bisa saya rekam, tapi saya tidak
prepare camera waktu itu.
Kami berjalan ke
family mart, beli air minum (oh ya, harga air minum disini +/- won 850 -900).
Sekali lagi saya bertanya ke petugas family mart, yang sayangnya tidak bisa
berbahasa Inggris, but fortunally she speak China, so lucky for me.
Dan seperti yang
dikatakan petugas di Tourism information center, I already miss the bus.
So kita balik ke
Gapyeong station, rencana ke Petite France naik subway ke Cheongpyeng station (2 stop dari gapyeong
subway). Dari Nami kita naik taxi ke gapyeong station, ajoessi tidak
memasang meter, tapi saya cuek saja. Tidak sampai 10 menit sudah sampai ke
Gapyeong station, saya bayar won 3.000.
Taxi di pulau
nami semua tidak ada yang buka AC, jadi kita buka jendela.
Sampai di station
Cheongpyeong, saya bertanya ke petugas subway, masih muda +/- 20 tahunan. “Annyeonghaseyo, Yong o hal jul aseyo?”, rupanya dia tidak bisa bahasa Inggris,
saat dia akan memanggil petus didalam yang bisa berbahasa Inggris, tiba tiba
ada ajoessi yang membatu. “ Yes, may help you?”
Bertanyalah saya
tentang lokasi Choengpyeong bus stop. Yang ternyata jauuhhh banget dari lokasi
subway.
Orang korea ramah
ramah, di Subway station pagi hari saya juga bertemu dengan haraboeji
(sepertinya dia duta subway, soalnya pake selempang) yang ramah mengatarkan
saya ke subway station Gyeongchun line, dan haraboeji di subway cheongyangni station juga ramah memberi
petunjuk kereta.
Cara ke bus stop
: dari subway station berjalan ke arah jalan raya (untuk ukuran saya jalan
kakinya bisa 5 menitan), lalu jalan lurus saja sampai ada belokan belok ke
kanan, trus jalan lurus sampai ada belokan lagi lalu belok kiri, trus jalan
sampai ketemu bus stop, menurut informasi jalan kaki 15 menit (untuk ukuran
orang Indo lebih kali yah).
Jam 2 siang,
panas panas disuruh jalan kaki, kamsia deh... mending naek taxi aja kali.
Yah sudah, saya
berterima kasih sama ajoessi. Teman teman saya mampir dulu ke toilet, setelah
itu kami melanjutkan perjalanan.
Baru aja exit
dari station, eh si ajoessi manggil....dia menawarkan bantuan untuk
mengantarkan kita sampai ke Petite France, bukan ke lokasi bus stop lho.... ,
but I’ve to wait 5 minutes, since he was waited for his girlfriends. Saya ok ok
aja, tengkyu tengkyu malah, ada yang mo nganterin ke sana.
Dari Cheongpyong
station naik taxi +/- won 16.000, kalo mo murah won 1.200 naik bis.
Tuhan tau kalo
kita semua lagi cape, jadi dikirimkan seorang baik hati yang mengantarkan kita,
Terima kasih Tuhan.
Menunggulah kami
di gazebo luar stasiun. Didalam gazebo ada seorang sopir taxi dan 3 cewek
korea. Tak berapa lama kemudian keluarlah ajoessi dengan pacarnya.
Tidak tau harus
panggil apa sama pacarnya, mo panggil eonni, tapi sudah terlanjur panggil
ajoessi, masa mau ganti panggil oppa. Ya udah jalan ke mobil diem diem an.
Tampaknya ajoessi
pegawai or bos yang mapan, mobilnya captiva or similar like that, saya tidak
begitu perhatian. Untuk ukuran orang korea, punya mobil seperti itu berarti
orang berduit. Rata rata pegawai di korea berangkat dan pulang kantor naik
transportasi umum.
Ternyata alasan
kenapa ajoessi mo nganterin sampe ke Petite France, disebabkan karena dia kagum
dengan bahasa Inggris saya. Katanya jarang sekali orang korea yang bisa
berbahasa Inggris dengan artikulasi yang jelas. Gamsahamnida ajoessi.
Di Malaysia
ketemu juga sama sopir taxi yang kagum dengan bahasa Mandarin saya, karena
kemampuan bahasa saya, jadi dapet banyak petunjuk.
So learn language
from now on.
Dari Subway
menuju ke Petite France disuguhi pemandangan dam (waduk, tapi kering, airnya
sedikit) , seperti yang saya lihat di Running Man, tapi saya lupa episode
berapa. Jalan menuju Petite France berliku liku dan berkelok kelok. Kira kira
20 menit kami sampai di Petite France (ajoessi sedikit ngebut).
Kita rame rame
say thank you sama ajoessi, saya sambil membungkuk say :
“neomu gamsahamnida “ (너무 감사합니다), - artinya : banyak terima kasih
“annyeonghigyeseyo” (안녕히 계세요), - artinya selamat tinggal,
“mannaseo bangapseumnida” (만나서 반갑습니다!)- artinya : senang bertemu dengan anda.
Pacar ajoessi
tersenyum menoleh melihat ke saya, thank you oenni. Mungkin oenni kagum dengan
bahasa korea saya yang walaupun cuma bisa segitu aja hehehehe.....
Kami langsung
menuju entrance. Jalan menuju entrance mendaki. Beli tiket masuk won 8.000 per
orang.
Gambaran Petite
France sama persis seperti yang saya lihat di Running Man ep 40 (guest star = 2PM
: Nichkhun dan Taecyeon). Karena teman teman sudah gempor jadi tidak begitu mengeksplore
tempat ini.
Saat membeli
tiket tidak lupa saya tanyakan jam bis dari Petite France menuju Cheongpyeong
station dan letak bus stopnya. Oleh pegawai tiket, saya dituliskan schedule bis
dan diberi 10 menit lebih awal dari jam kedatangan bis. Maksud petugas tiket
baik, supaya saya tidak ketinggalan bis. Karena last bus jam 17.00.
Jam bus dari
Petite France ke Cheongpyeong bus stop (info dari petugas tiket) = 14.50 (won
1.200), 15.50 (won 5.000 – yang ini Gapyeong city tur bus), 16.50 (won 1.200).
Benar benar
suasana ala perancis, bahkan ada tembok dengan gambar menara eifel disini.
Disini kumpulkan 10 stamp yang tersebar didalam ruangan ruangan, bila berhasil
mendapatkan 10 stamp bisa ditukarkan dengan merchandise khas petite France.
Lagu yang dinyanyikan
Yoo Jae Suk di Ep 40 – Running Man, adalah back sound lagu waktu saya sampai
disana. Ternyata lagu itu merupakan lagu di Petite France, dan pada jam +/- 4
sore an ada pertunjukkan nyanyi lagu klasik ala korea di Ampetite Theather,
pertunjukkan hanya sebentar saja.
Turis yang datang
sedikit, dibandingkan dengan nami Island yang padat pengunjung, disini lebih
bisa menikmati suasana.
Ada cafe dan
snack khas korea. Tapi saya tidak mencoba, karena berdasarkan info yang saya
dapat dari mbah Google kalau menu makanan disini mahal.
Bahasa korea
mahal : bisseoyo
Jam 16.50 kami
menuju ke bus stop, karena last bus jam 17.00
Jam bis disini on
time, jadi jangan sampai ketinggalan, karena taxipun tidak ada yang ngetem
disini.
Sesuai dengan
petunjuk ajoessi kami turun di Cheongpyeong bus stop, bis mengarah ke Gapyeong
juga, tapi saya tidak tau letak bus stop di Gapyeong (waktu sampai Gapyeong
subway station saya melihat didepan subway terlihat ada bus stop), tapi saya
tidak tau apakah bus ini stop disana or ga.
Masalah muncul
lagi disini, sama sekali tidak ada taxi yang lewat. Kalaupun ada, pasti ada
penumpangnya. Padahal tidak mungkin kami jalan kaki kembali ke station subway.
Selain jauh kami juga tidak tau arah.
Akhirnya saya
masuk ke salah satu toko didekat bus stop :
“Annyeonghaseyo, Yong o hal jul aseyo?”
Yang jaga toko
haraboeji and halmeoni – of couse tidak bisa bahasa Inggris, tapi saya basa
basi aja – biar keliatan sopan gitu.
Masalahnya saya
tidak tau bagaimana bilang saya mau naik taxi dari sini ke Cheongpeyong
station.
Akhirnya saya
bilang:
“Cheoneun Cheongpeyong station ga.....”
Seharusnya dalam
tata bahasa korea ga (pergi) diikuti imbuhan akhiran, tapi saya tidak tau apa
akhirannya.
Akhirnya halmeoni
paham maksud saya, halmeoni bilang :
“ aegi, noneun Cheongpeyong station gasipseoyo”
Aegi – dalam
bahasa korea anak.
“ne”
Saya tidak tau
bahasa Korea bilang apa, intinya haraboeji bilang tidak bisa naik taxi dari bus
stop, kalo mau naik taxi dari sini harus telepon.
Halmeoni : “Teksi number opssoyo?”
Saya geleng
kepala : “ “opssossoyo”
Lalu
haraboeji telpon taksi plus
memberitahukan tujuan taksi, supaya saya tidak tersesat. Thank you haraboeji,
thank you halmeoni. Sangking hepi anda groginya saya bilang gamsahamnida, thank
you, xie xie....hehehehe..
Haraboeji bilang
hanya perlu waktu 1 menit saja, walaupun saya tidak bisa bahasa korea, tapi
saya mengerti, yang saya tau il fun =
1 menit. Dan kamipun menunggu didepan toko mereka.
Tidak sia sia
saya belajar bahasa korea ala mandiri hehehehe.....
1 menit kemudian,
taksi datang, sopir taksinya cakep. Saya duduk didepan, sepanjang perjalaan
trip kali ini saya selalu duduk didepan (petunjuk arah). Oppa
(ceillah...istilahnya...ga pa pa panggil oppa aja) nganterin kita ke
Cheongpyeong bus terminal. Trus saya bilang no no, subway station. Keliatannya
oppa ngeh, trus perjalanan dilanjutkan ke subway station. Tarif taksi won
3.700, oppa bilang annyeonghaseyo,
saya bilang annyeong... (ga sopan
yah, seharusnya bales annyeonghaseyo juga).
Kami naik subway
kembali ke Seoul. Berhubung sudah jam 6 subway padat dengan pegawai kantor.
Disini terjadi
peristiwa lucu, waktu kereta subway yang akan kami naiki datang, pintu kereta
tidak bisa terbuka. Teman saya iseng mengetuk pintu subway sambil ngomong, permisi.
Eh,.... tiba tiba dari dalam ada petugas subway melambaikan tangan hahaha...
gokil.
Ternyata kereta
subway itu ga bisa dibuka pintunya, pengumuman bilang kalo subway akan kembali
ke stasiunnya dan disuruh menunggu 10 menit untuk kereta subway selanjutnya.
Trus dibelakang
kami ada train (train biasa) yang baru saja sampai dan menurunkan penumpang. Setelah
semua penumpang turun, eh tempat duduk secara otomatis berputar arah
kebelakang. Keren deh.... kereta api agro anggrek aja, kalo mo diputer kudu
manual satu satu, yang ini serentak 1 gerbong kursinya berbalik arah 180
derajat.
Setelah ganti
train sampailah kami di stasiun Angguk, get off at exit 6. Tujuan : Balwoo 2nd
branch, makan malam – di daerah Insandong depan Jogyesa temple.
Keluar dari exit
6, belok di belokan gang kecil pertama – jalan Insadong. Jalan lurus aja sampai
mentok trus belok kanan. Lalu jalan mengikuti jalan sampai kelihatan Tourism
Information Center, belok ke kanan. Dari sana jalan sampai jalan raya, letak Balwoo
2nd branch ada digedung sebelah kanan ujung jalan.
Tepat didepan Balwoo
2nd branch ada temple Jogyesa.
Balwoo 2nd branch
banyak direkomendasikan orang, karena itu saya pilih makan disini. Menu makanan
disini mahal, dibandingkan dengn Loving Hut.
Saya pesan menu
jamur harga won 9.000
Selesai makan
lanjut ke Jogyesa temple, just cross the street.
Karena keesokan
harinya ada festifal lampion, maka seluruh langit langit temple ini tergantung
lampion. Kalau siang hari menjadi teduh tidak terkena sinar matahari, bila
berkunjung malam hari kesini cantik, karena lampu lampu lampion dinyalakan.
Lampionnya
berwarna warni, cantik sekali. Once again my camera not support, maklum camera
jadul.
Temple ini
tidaklah terlalu besar. Ada satu bangunan induk. Didalamnya ada 3 patung Budah
era Budha Sakyamuni. Ada beberapa orang datang berdoa disini, tapi saya hanya
sebentar saja disini.
Karena sudah
malam dan kamera tidak support jadi saya tidak bisa memfoto detail temple ini.
Tapi temple yang satu ini merupakan temple yang paling terkenal di Seoul.
Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan ke Cheonggye Cheon (Stream sungai dalam kota Seoul).
Dari Jogyesa temple menyebrang ke sebrang jalan lalu jalan ke sebelah kanan
menuju bus stop. Naik bus warna merah no 9710. Get off di Cheonggye Plaza.
Ada bis lain 704
(biru), 1020 (hijau), tapi bus no 9710 paling dekat bus stopnya.
Bus ini datangnya
lama sekali dibandingkan dengan bus yang lain.
Sepanjang saya
naik bis di Seoul tidak pernah saya melihat orang berdesak desakan naik bis.
Kalau di Subway yah..... biasalah kalo sedang rush hour pasti subway ramai.
Perjalanan
melalui Gyeongbokgung Palace, terlihat Gwanghwanmun Gate, lalu Gwanghwamun
square, terlihat patung King Sejong dan Admiral shi. Lalu bis belok menuju
kearah Cheonggye Plaza, dibelokkan ke 2 kami turun (hanya 1 stop dari kami naik
bis).
Lalu jalan
kesebrang jalan, disanalah letak Cheonggye cheon.
Karena ada Yeonsu
festifal, maka sepanjang Cheonggye Cheon dipasang banyak lampion dan patung 12
shio dari kertas. Karena sudah malam maka lampu menyala, sehingga sepanjang
Cheonggye Cheon menjadi cantik.
Disini ada
panggung, yang besoknya akan ada acara bazar, pengisi acara sedang gladi resik,
menyanyikan lagu tradisional seperti di film Heartstring, yang dimainkan Park
Shin Hye dengan alat musik tradisional.
Kami foto foto
sebentar disini. Banyak sekali penduduk lokal dan turis di tempat ini.
Karena dingin,
teman saya tidak tahan berlama lama disini. Jadi kami melanjutkan perjalanan.
Masuk ke Gwanghwamun subway to next Destination – Dongdaemun.
Sampai Dongdaemun,
kami berjalan menuju Dongdaemun, seharusnya Doota dan Migliore. Tapi kami
tersesat, seperti masuk ke pasar lokal yang jual barang grosir, yang sama
sekali tidak menarik dilihat.
Karena tersesat
kami jalan terus sampai terlihat Dongdaemun Gate, berfoto sejenak disana.
Didekat gate terdapat Daiso, kami masuk kesana beli oleh oleh. Saya dapat 1 set
manicure set harga won 1.000, sendok & sumpit plus tempatnya won 2.000,
karet rambut + jepit 6 pcs, won 1.000.
Akhirnya saya
tanya jalan menuju ke Doota dan Migliore. Ternyata harus jalan kaki jauuhhh
sekali. Lebih baik naik taksi dari Subway station, really really far...
Sampai di Doota,
didepannya ada banyak tenda tenda berjualan makanan. Dan terdengar Fantastic
Baby – Big Bang (dimana mana pasti terdengar lagu Big Bang, bahkan di dalam
kereta subway, diputar MV fantastic Baby).
Berhubung sudah
jalan terlalu jauh dan sudah cape jadi teman saya tidak tertarik untuk masuk
kedalam. Sebenarnya saya masih ingin masuk kedalam walaupun kaki saya sudah
cape banget, tapi karena yang lainnya sudah mau pulang ya udah ga masuk.
Pulang dari sini
kami naik taksi. Dan taksi disini susah sekali didapat, berebutan dengan orang
orang. Pak Polisi yang ada disana juga sama sekali tidak membantu kami untuk mencegat
taksi.
Akhirnya kami
mendapatkan taksi. And you know what, ini taksi yang paling kurang ajar yang
pernah saya naiki. Sopirnya keliatan kayak orang kurang beres.
Berhubung sudah
cape terpaksa, ya udah naik aja. Sopir tidak mau pakai meter dia pasang harga
won 25.000 (yang seharusnya menurut saya ke shinchon dari Dongdaemun ga sampe
won 10.000). Karena sudah lewat jam 12 malam, jadi kami di charge midnite
price, saya tau ini, tapi kayaknya koq ga sampe 3x lipat.
Sepanjang
perjalanan sopir usil, tapi dicuekin aja. Akhirnya hampir jam 1 kami sampai
dipenginapan, gempor abis hari ini.
2 komentar:
Eonni waktu itu gak pake travel? Sebelumnya udah kesana? Ada rencana kesana lagi kah?
Hi Dini,
Iya, waktu itu ga pake travel, semua jalan sendiri.
Belum pernah ke Korsel sebelumnya, kemarin perjalanan pertama kali kesana.
Untuk waktu dekat ini belum ada planning ke sana ^^
Posting Komentar